Fan fiction Tittle: Fated… (Forbidden Love)- KaiBaek Sequel Posesif

Author: AyouLeonForever

Genre: Incest, Yaoi, hurt, Romance

Rate: TTM (?) Length: 2Shot

Main cast: * Kim Jong In/ Kai * Byun Baek Hyun (yang demi kepentingan author dalam cerita, marganya diganti jadi Kim)

Support Cast: Find them by your self ^^

Disclaimer: All member EXO itu milik SM, orang tuanya, dan Tuhan. Saya hanya mencantumkan nama mereka sebagai karakter dalam FF saya dan TIDAK bertujuan untuk membunuh(?) karakter asli, tujuan komersil dan sebagainya.

Copyright: AyouLeonForever™. Ide cerita dan karakter tambahan asli/murni dari pemikiran saya. Bila ada kesamaan cerita, itu murni kebetulan semata. YANG BERANI COPAS TANPA IZIN, ALF SUMPAHIN MASUK NERAKA. Warning: There's lime inside. Just lime, but not for child… okay! Cari satu dua ama posesif, ini alurnya juga agak ngebut. Ciri khasnya Forbidden Love. Alah… *modus.


.

.

.

FATED

Salahkan takdir jika ini tabu…

Salahkan takdir jika ini terlarang…

Salahkan takdir jika ini tak layak…

Abaikan kenaifanku…

Raibnya akal sehatku masih karena pesonamu…

Ketidak pedulianku terhadap hal terlarang

Masih karena keindahanmu yang memabukkan

Aku terjerat dan terbenam sangat dalam.

Tapi aku tidak ingin dibebaskan

Yang akan terus kulakukan, memelukmu, menciummu, mendekapmu…

Menutup mata dan telingaku…

Menciptakan dunia di mana hanya ada kau dan aku.

Karena kau adalah aku, diriku, milikku, untukku, dan padaku.

Matamu hanya untuk menatapku…

Telingamu hanya untuk mendengar bisikanku…

Mulutmu hanya untuk menyebut namaku…

Bibirmu hanya untuk ciumanku…

Tubuhmu hanya untuk dekapanmu…

Kau lahir untuk menungguku,

Aku lahir untuk melengkapimu…

Karena seluruh jiwa dan ragamu, hanyalah milikku.

Jauh sebelum kita mengenal cinta…

Takdir telah mengikat kita dalam sebuah dunia…

Tempat di mana kita acuhkan kata terlarang…

Karena aku dan juga kau…

Selamanya, ditakdirkan bersama!

.

.

.

FATED

.

Kai POV

.

Ini aneh. Jelas sangat aneh. Malam itu pertama kalinya aku merasakan dekapanku kosong. Hidungku yang terbiasa menghirup aroma tubuhnya kini tak menangkap apapun.

Saat kubuka mata lelahku, benar… tak kudapati tubuh malaikat terindahku ada di sisiku. Kemana ia?.

Jam di dinding kamar kami masih menunjukkan pukul 3 dini hari, dan jelas ini sebuah fenomena jika di jam-jam seperti itu kekasihku tercinta tidak ada di tempatnya.

Dalam dekapanku.

Tidak jauh-jauh aku mencarinya. Sosok itu begitu indah. Dengan kaos putih tipis dan longgar membungkus tubuhnya. Itu kaosku yang kupakai tadi malam sebelum tidur dengannya. Yang entah kenapa saat melekat ditubuhnya, aku justru merasa ia sedang mengenakan gaun malam yang indah. Semakin membuatku mengiyakan bahwa ia hanya butuh identitas asli sebagai seorang malaikat.

Ia Berdiri di balkon kamar dan menikmati terpaan angin malam yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatannya. Dan itu tidak boleh kubiarkan terlalu lama.

segera kuraih sesuatu untuk menutupi tubuh polosku. Hm, handuk pun tidak masalah. Dan segera kuhampiri ia di balkon kamar dan langsung memeluknya dari belakang.

"apa yang membuatmu tidak bisa tidur hyung?"bisikku begitu lirih di telinganya.

Baek Hyun, kekasihku tidak menjawab.

"Hyung…"tegurku sekali lagi.

Ia pun menghela nafas panjang, kemudian menyentuh lenganku yang melingkar di perut datarnya "tidakkah kau pikir ini salah Kai?"

"hm? Tentang apa?"

"semuanya… tentang semua yang telah kita lakukan"

"jadi kau memikirkan ini lagi?"

"menurutmu hal apalagi yang bisa mengganggu pikiranku selain ini?"

Aku tersenyum, ia selalu saja gundah seperti ini, "kau terlalu banyak berpikir hyung… sementara kebersamaan kita sudah sejauh ini" kuberi ia sedikit kecupan di sisi lehernya.

"pernahkah kau berpikir bahwa ini terlarang, Kai?"

"hm, pernah… tapi hanya sampai di situ, memangnya kenapa kalau cinta kita terlarang? Lagipula Tidak akan ada yang tahu"

"kau pikir Tuhan tidak tahu?"

Aku tertawa kemudian memutar tubuhnya untuk menatapku, memandangi keindahan setiap garis sempurna yang membentuk wajahnya "Lalu kenapa? Tuhan yang menciptakan perasaan ini, jadi kita hanya tinggal menjalaninya. Kalau memang Ia melarang, kenapa tidak Ia lenyapkan perasaan kuat ini?"

"Kai…"

"sudahlah… jangan memikirkannya lagi. Sudah hampir pagi, dan kau tidak boleh kelelahan. Lanjutkan tidurmu hyung"

Kudengar helaan nafas pasrah darinya, "arasso…"

Aku mengecup bibirnya yang tak pernah satu kalipun membuatku bosan, bahkan semakin lama, aku semakin ingin terus menciumnya, lebih dan lebih.

.

~***FATED***~

.

"Kakakmu sakit?"tegur eomma saat aku dan Baek Hyun bersiap berangkat ke sekolah.

Aku menatap eomma bingung "Aniyo, waeyo eomma?"

"Lalu kenapa kau yang memasangkan sepatunya?"

Aku dan Baek Hyun bertatapan, kemudian kukembalikan pandanganku ke eomma "ada yang salah eomma?"

Eomma balas menatapku, juga Baek Hyun bergantian "Opssoyo chagi, eomma hanya gelisah belakangan ini, entahlah"eomma mendekat dan menyentuh pipi Baek Hyun "kalau kau sakit, tolong katakan pada eomma sayang"

"aku tidak sakit, eomma"jawab Baek Hyun dengan suara indahnya.

"hm baiklah. Mungkin hanya perasaan eomma saja"eomma memeluk Baek Hyun erat.

Sebenarnya aku sedikit takjub, aku pernah mendengar mengenai kontak batin antara ibu dan anak. Jika ada sesuatu yang terjadi pada anak-anaknya, seorang ibu akan merasakannya. Dan aku juga Baek Hyun yang berbagi rahim di kandungan ibuku jelas memiliki kontak itu.

"Aku akan menjaga Hyung, eomma. Jadi eomma jangan khawatir"ucapku.

Eomma menghela nafas kemudian beralih memelukku "mianhae Jong In chagi, eomma justru menempatkanmu pada posisi anak sulung. Tapi eomma harap kau mengerti, Hyungmu tidak sekuat dirimu, dan tidak sedewasa dirimu sayang. Ditambah dua kali ia mengalami kehilangan, eomma rasa…"

"gwenchanayo eomma. Aku suka dengan posisiku. Akan kudedikasikan hidupku untuk menjaga Hyungku"

"Jong In-ah…" eomma menatapku kaget.

"jadi jangan cemas lagi"

Eomma menghembuskan nafasnya panjang kemudian membelai pipiku "Eomma sayang kalian… nae aideul"

.

~***FATED***~

.


Sore itu, club dance bubar lebih awal, tapi aku tidak buru-buru pulang.

Aku punya alasannya…

.

.

.

"Kai…"

Dan saat alasanku itu muncul di depan pintu ruang latihan, semua rasa lelahku karena latihan berjam-jam tadi menguap entah kemana.

"Hyung…"sahutku hangat.

Dengan langkah mungilnya, ia memasuki ruang latihanku dan menghampiriku yang tengah duduk bersandar di sudut ruangan.

"sudah selesai yah?"tanya Baek Hyun lembut sembari membantuku menyeka keringat dengan handuk putih yang tadinya kupegang.

"Ne, hyung sendiri bagaimana? Latihan vocalmu lancar?"balasku.

"Hm… kami bahkan kedatangan anggota baru, dan dia sangat memukau, suaranya daebak"

Aku tertawa kecil kemudian mengusap puncak kepalanya "sedaebak apapun dia? Aku yakin tidak akan bisa menyaingimu"

Kulihat kedua pipinya bersemu merah karena perlakuanku, dan itu yang sering kali membuatku hilang kendali untuk tidak segera memeluk dan menciumnya. Tapi tidak, di sini masih ramai.

"Kai… kau tidak pul_ hei…. kenapa kau tidak bilang kalau kau punya pacar secantik ini"

Aku menatap jengah pada Se Hun, rekan sekaligus rivalku dalam club dance, "Pulanglah"usir ku, tapi namja tampan berkulit putih itu tidak menggubris, dengan santainya ia justru ikut duduk di sudut ruangan dan berhadapan dengan Baek Hyun.

"Annyeonghaseyo… Oh Se Hun imnida… kupikir karena Kai terlalu dingin, dia tidak akan pernah punya pacar. Tapi… ah, dia pasti mengancammu. Mana mungkin namja secantik kau bisa bertahan bersamanya"

.

PLUK~

.

Sebuah handuk putih sukses mendarat di wajah Se Hun "Cepat pulang kau sialan"

"Aih tunggu, kau tidak melihat kami sedang berkenalan?"

Lagi-lagi aku sedikit mengutuk sikap Baek Hyun yang easy going, dan tidak bisa menolak, dengan terpaksa aku menahan sabar saat Baek Hyun membalas uluran tangan Se Hun dan tersenyum padanya, "bBangapda Se Hun-shii, Kim Baek Hyun Imnida, dan aku bukan pacarnya. Aku kakaknya"

Aku memejamkan mataku, tidak suka melihat reaksi Se Hun yang pastinya akan sangat heboh.

"Kalian bersaudara?"

Bisa kudengar antuasiasnya Se Hun mendengar itu.

"Ne Se Hun-shii"

"Tidak mungkin, kau terlalu cantik untuk bisa bersaudara dengan iblis jelek ini"

"Kau sudah bosan hidup Se Hun-ah?"tegurku.

"Bercanda… Bercanda. Aku hanya sedikit takjub bahwa kalian bersaudara sementara kalian tidak begitu mirip"

"Ne… kami memang tidak begitu mirip. Aku lebih dominan mewarisi gen ibuku, dan Kai lebih dominan ayahku"

"Oh pantas…"

"Cukup wawancaranya, pulanglah atau kulapor pada Lu Han kalau kau menggoda namja lain"ancamku.

"Hey sahabat, jangan begitu. Arasso… arasso, aku pulang. Sampai ketemu lagi Baek Hyun hyung, sering-seringlah main ke sini"

"Ne…"

"Aigo, kau membuatku gemas"

.

TEP~

.

Segera kutangkap tangan Se Hun saat kulihat gerak-geriknya hendak menyentuh pipi Baek Hyun "Kau belum pernah merasakan tanganmu patah?"ancamku.

Se Hun menatapku kaget "K… Kai…"

"jangan sentuh kakakku, dia milikku. Kau mengerti?"

Kulihat dia masih kebingungan, seperti tak percaya, padahal aku betul-betul serius.

Se Hun menepis tanganku "Arasso… arasso, aku pulang. Cih posesif sekali"

Kutatap kepergian Se Hun dengan ekspresi dingin. Sungguh, siapapun orang itu kalau dia berani menyentuh milikku, akan kuhabisi dia.

"Kai… jangan kasar begitu. Kau bisa kehilangan teman kalau kau seperti itu" teguran lembut itu menyadarkanku, membuatku menoleh.

"Tidak masalah, asal aku punya Hyung, aku tidak masalah kalau aku kehilangan semua temanku"

Baek Hyun hanya menghela nafas, kemudian menyentuh pipiku "Aku tidak akan meninggalkanmu Kai… jadi, kau tidak perlu bersikap begini"

Kutapakkan tanganku di punggung tangannya, dan kotolehkan wajahku agar bisa menciumi telapak tangannya yang lembut itu "Hm… hyung memang tidak boleh meninggalkanku. Karena Hyung adalah milikku"

.

~***FATED***~


"Kai… temanku menitip salam padamu"

Aku menoleh pada Baek Hyun yang tiba-tiba saja mengatakan itu. Kututup buku PR ku dan kuhampiri ia yang tengah duduk santai di sofa kamar kami "Siapa? Aku kenal?"

"Tidak, kau tidak mengenalnya. Dia siswa baru di kelas 2 D, dan anggota baru klub Vocal kami, dia yang waktu itu kubilang suaranya daebak"

"Lalu, kenapa dia minta salam padaku?"

"Kau kan rutin mengantarku dan menjemputku saat latihan Vocal. Dia melihatmu"

"Lalu?"

"Eum… dia terus menanyakanmu"

"Kenapa? Apa aku punya hutang padanya?"

Baek Hyun tertawa kecil dan mencubit pipiku "Ini pasti karena kau terlalu banyak bersamaku, bahkan kau tidak peka untuk hal seperti ini"

"Hyung…"

"Dia menyukaimu"

.

DEG~

.

"MWO?"

Baek Hyun mengangguk santai "Ne, dia menyukaimu"

Kurasakan ada gejolak aneh di dadaku "Dan kau santai menanggapinya Hyung?"

"Eh…?"

"Saat aku hampir gila melihatmu bermesraan dengan namja lain, kau hanya sesantai ini saat tahu bahwa ada namja lain yang menyukaiku?"

Baek Hyun terkejut menatapku "Aku tidak… ng mengerti…"

Kupejamkan mataku sejenak, berusaha meredam emosi "Hyung… kau tidak mencintaiku?"

.

Lama…

.

Baru Baek Hyun menjawab "Aku mencintaimu"

"Bukan… bukan karena aku adikmu. Apa kau mencintaiku sebagaimana aku mencintaimu Hyung?"

"Aku mencintaimu Kai… tidakkah kau melihatnya? Kubiarkan kau menjamahku berkali-kali, menciumku dan memperlakukanku seperti kekasihmu, tidakkah kau melihatnya?"

"Ne… itu aku yang mencintaimu, semua yang kau katakan itu adalah aku yang mencintaimu. Bukan salah satu bukti bahwa kau juga mencintaiku"

Baek Hyun terdiam, dan entah kenapa aku baru menyadarinya.

Harusnya kutegaskan ini dari awal, harusnya kuhilangkan semua keraguan di matanya itu. Bungkamnya adalah karena dia ragu, karena dia tidak yakin bahwa dia mencintaiku.

Dan untuk itu… akan kubuat dia menyadarinya, aku butuh kepastian, dan akan kuberikan dia penegasan.

"siapa nama temanmu itu Hyung?"

"Eh?"

"Siapa nama temanmu yang menitipkan salam padaku?"

"Dia… ng, Do Kyung Soo"

"Hm, Do Kyung Soo, aku akan mengajaknya bicara besok"

.

~***FATED***~

.

Aku hanya bisa mengangkat alis saat Baek Hyun mengajak temannya bertemu denganku di sebuah cafe yang tidak jauh dari gedung latihan club vocal mereka.

Aku tidak bisa menyangkal, namja itu sangat manis dan menawan. Matanya begitu jernih, walau dia kebanyakan menunduk, tapi aku sempat menangkap keindahan itu.

"Hai, namaku Kai, senang mengenalmu Kyung Soo-shii"sapaku.

"Eh iya, aku Kyung Soo…"

Aku sedikit tertawa karena melihat tingkah lucunya saat terkejut begitu. Dan lebih menggemaskan lagi saat wajahnya memerah sempurna karena aku menertawainya.

"Kai, bersikaplah sopan"teguran Baek Hyun membuatku menghentikan tawaku, walau jujur itu sangat sulit.

"Maaf maaf, aku bukan menertawaimu. Kau sangat manis, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa"ucapku.

Barulah kulihat ada senyum kecil di bibir seksinya "gwenchanayo Kai-shii"

"Kelihatannya kau tidak jauh beda dengan Hyungku. Semoga kita bisa akrab ke depannya"

"N… ne Kai-shii"

.

~***FATED***~

.

Aku menatap ponselku saat SMS dari Kyung Soo masuk. Hm, sudah beberapa minggu kami berkenalan dan ternyata sangat mudah untuk akrab dengannya. Sekali lagi, dia seperti Baek Hyun. Hanya seperti, karena dia bukan Baek Hyun.

Kyung Soo meminta tolong padaku, dia merenovasi apartemennya yang baru, berhubung dia tinggal sendiri jadi dia bebas mengatur semua perabot rumahnya.

Pertanyaanku…

Kenapa dia memanggilku?

Aku jelas bukan orang yang berkecimpung di bidang itu, tapi… ini justru kabar baik… bukankah aku memang punya rencana di balik ini semua?.

"Mau kemana Kai?" tanya Baek Hyun saat ia melihatku tengah berganti baju.

"Ke tempat Kyung Soo"jawabku santai.

"Untuk?"

Good, bertanyalah terus, kau pasti khawatir kan?

"Dia sedang membenahi apartement barunya, dan dia meminta pertolonganku"

"Oh, ya sudah. Bantulah dia, Kyung Soo itu tidak lebih kuat dariku, jadi dia jelas kesusahan mengatur perabotnya sendiri"balasnya santai. Sangat santai.

Baiklah, masih langkah awal. "Ne hyung, mungkin aku akan pulang agak malam" aku merapatkan jacketku kemudian menghampirinya yang duduk di tepian tempat tidur.

"Hm, jangan terlalu malam"

Kusunggingkan senyumku sebelum mengecup bibirnya pelan. "Ne, tunggu aku"

.

~***FATED***~

.

Sebenarnya tipe-tipe orang seperti Kyung Soo ini mudah ditebak. Apanya yang membenahi rumah? Kulihat semuanya sudah sangat rapi, kecuali letak sofa, lemari buku dan pot besar itu yang letaknya sedikit bergeser, dan kutahu itu hanya disengaja.

Dan setelah dengan sangat bodohnya aku menggeser kembali barang-barang itu ke tempatnya semula, aku menghampiri Kyung Soo yang duduk manis di atas sofa panjang di ruang tengah.

"Terima kasih bantuanmu Kai"ucapnya manis, ia bahkan menyuguhkan segelas cokelat hangat untukku.

"Bukan masalah besar, hanya menggeser tempatnya saja"balasku setelah duduk di sebelahnya."sebenarnya kenapa kau memilih tinggal sendiri di apartement?"

"ck, hanya suka saja. Bagiku tidak ada bedanya, di rumah maupun di sini, aku tetap saja sendiri. Ayahku lebih suka menghabiskan waktunya di rumah istri barunya"

Menarik. Bukankah ini lebih mudah.

"Wah, kau pasti sangat kesepian" kulurkan tanganku untuk menyibak poni tipis yang menutupi keningnya.

Ia mendongakkan wajah dan menatapku.

Matanya besar, berbeda sekali dengan mata sipit Baek Hyun. Mata namja ini indah, seperti ada sesuatu di sana, tapi tetap saja bagiku itu tidak cukup mengalahkan keindahan yang kudapat saat menatap mata Baek Hyun.

Ya Tuhan… baru beberapa jam aku tidak melihatnya, hatiku sudah merana seperti ini. Sialnya… kenapa Baek Hyun masih mempunyai keraguan itu?

"Kai…"lirih Kyung Soo membuyarkan lamunanku.

"Waeyo Kyung Soo-ah…"

"Aku menyukaimu"

Aku tahu, sangat tahu, jadi kurasa ini saat yang tepat untuk merealisasikan rencanaku "Aku juga menyukaimu"

Mata bulatnya itu semakin melebar, sedikit membuatku gemas hingga kutundukkan wajahku untuk menggapai bibirnya.

Bibir ini juga beda. Lebih tebal. Tapi Tuhan… gilakah aku kalau kukatakan bibir Baek Hyun yang tipis itu lebih dari sekedar candu untukku?

.

~***FATED***~

.

Cklek…

Blam…

.

"Kai? Baru pulang?" sambut Baek Hyun yang tampaknya belum tidur. Hm memang karena ini belum jam 10. Aku sengaja pulang cepat karena sialnya, berciuman dengan Kyung Soo justru membuat libidoku naik.

"Ne…" kulepas jacket dan kaosku sekaligus, dan kubuang ke sembarang arah.

"K… Kai?"

"Besok tidak ada pelajaran olahraga Hyung, jadi tidak apa-apa" aku menghampiri Baek Hyun dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur kami.

Sekali lagi, tidak ada perlawanan. Sebuah kepasrahan ketika aku menjamahnya lagi, yang dia katakan sebagai bukti bahwa dia "juga" mencintaiku.

Tapi belum pernah kulihat wajah Baek Hyun terlihat cerah saat aku mengekspresikan cintaku padanya. Maksudku…

Ini bukan bentuk sebuah penerimaan.

Tapi…

Keterpaksaan.

Dan bodohnya aku, baru kusadari hal itu. Atau mungkin saja aku sudah tahu sejak awal tapi aku mengabaikannya karena keinginanku untuk memiliki Baek Hyun lebih menderaku untuk tidak peduli apa-apa lagi, terlebih penolakan.

.

~***FATED***~

.

GREB~

.

Aku menunduk sebentar saat kurasakan pelukan Baek Hyun di perutku menguat. Mungkinkah aku terlalu cepat melajukan motorku?.

Ekspresinya aneh sekali beberapa hari ini. Entahlah, kurasa ada sesuatu.

"Kai…"serunya saat aku menghentikan motorku di pelataran parkir gedung latihan club vocal.

"Hm…" aku menoleh setelah turun dari motor dan melepaskan helm.

"Kau dan Kyung Soo berpacaran?"

Kuusahakan agar senyum kemenanganku tidak terlihat "Dia bilang begitu?"

"Ne, bahkan dia bilang, tak cukup semenit kalian jadian, kau sudah menciumnya"

Aku mengangguk "bukankah Kyung Soo sangat manis"

"jadi Kai juga menyukainya?"

"menurutmu?"

Baek Hyun menghela nafas, menatapku lembut, "kalian cocok"

.

Deg~

.

Bukan… bukan itu yang kumau. Mana ekspresi cemburunya? Mata rasa kesalnya? Mana penolakannya?

"Setidaknya kau juga harus memiliki kehidupan normal di luar"lanjutnya.

Sekali lagi, kalimatnya mengejutkanku "Apa maksudmu hyung?"

Baek Hyun kembali menghela nafas kemudian menyentuh pipiku "Ada satu dunia di mana aku membenarkan cinta ini. Hanya di sebuah ruangan dengan luas 7 kali 10 meter yang sering kau sebut kamar kita" Baek Hyun menatapku serius "Tapi ketika kakimu keluar dari dunia itu Kai… cinta ini sudah menjadi cinta terlarang"

Seperti terhimpit karang, kutatap ia lamat-lamat "Jadi Hyung setuju aku berpacaran dengan Kyung Soo?"

"Kenapa aku harus tidak setuju?"

Aku tidak bisa menjawab lagi.

.

Aku marah…

.

Tuhan… aku marah…

.

Aku tidak suka responnya ini…

.

Aku…

.

"Kai… Baek Hyun-ah" seruan seseorang membuat kami berdua menoleh.

Itu Kyung Soo. Ia berlari menghampiri kami.

Baek Hyun tidak cemburu? Benarkah?

Mari kita lihat.

.

"Baek Hyun-ah, latihan sudah hampir mul_"

.

Greb~

.

Kutarik tangan Kyung Soo hingga ia terhempas ke pelukanku, tidak kuberi ia jeda karena detik selanjutnya kubungkam mulutnya dengan ciumanku.

Sebuah ciuman yang kuharap cukup membuat Baek Hyun terkejut karena kulakukan di depan kedua matanya.

Aku bahkan melumat bibir Kyung Soo sedikit kasar agar dia sedikit bersuara. Sampai ketika kurasa cukup, barulah kulepaskan ciuman itu dan kutatap ia hangat "Aaku merindukanmu chagi-ah"

Wajah namja bermata bulat itu memerah sempurna, kemudian meninju pelan lenganku "Kau hampir membunuhku Kai, bagaimana kalau aku menderita penyakit jantung setelah ini?"

Aku tertawa, lalu dengan ekor mataku kulirik Baek Hyun yang masih berdiri di sebelahku.

Kosong…

Hampa…

Aku tidak bisa membaca matanya.

Di sana tidak ada apa-apa…

Marahkah ia?

cemburukah ia?

Tidak suka kah ia?

Aku tidak tahu, dan kurasa aku harus lebih memastikannya lagi. Lebih dari ini…

Sampai tidak ada keraguan lagi di sana.

~***FATED***~

Sore itu, kubawa Kyung Soo ke rumah kami. Kedua orang tuaku sedang pergi keluar kota dan akan menginap seminggu di sana. Bagiku itu berita baik karena aku bisa lebih leluasa di rumahku.

"Wah, kamar kalian keren yah"seru Kyung Soo dengan matanya yang membulat saat ia takjub akan sesuatu.

Aku tidak mengunci pintu, karena aku punya alasan untuk itu.

"Kenapa ranjangnya hanya satu?"

Aku tersenyum, "Agar tidak makan tempat, lagipula ini king size", aku menghampiri Kyung Soo dan duduk di tepian tempat tidurku.

"Baek Hyun mana?"tanya Kyung Soo saat aku mulai melepas jacketnya.

"Molla, mungkin sedang membuat susu strawberry"

"Dia tahu kalau aku datang?"

Kutatap Kyung Soo sambil tersenyum "Untuk apa dia tahu?"

"Eung… karena dia Kakakmu kan? Kurasa aku harus tahu sopan santun"

"Tidak masalah, dia memang kakakku, tapi dia tidak pernah protes mengenai kelakuanku"

"Ng, Kai…" keluhnya saat aku mulai membenamkan wajahku di leher jenjangnya.

"It's okay dear… percayalah padaku"

"Ne…tapi…di sini?"

Aku mengangkat wajah dan menatapnya, "Kuharap kau terbiasa"

Dia menyambutku dengan mata bulatnya, dan itu membuatku sedikit gemas hingga kuhempaskan ia ke tempat tidur dan mulai menjamahnya.

.

Ini sedikit kejam kalau aku mengakui sesuatu…

Ah tidak, dalam beberapa poin mungkin.

Kyung Soo itu manis, tapi tidak semanis Baek Hyun…

Tubuh Kyung Soo itu indah, tapi tidak seindah Baek Hyun…

Ciuman Kyung Soo cukup memabukkan, tapi tidak seperti ciuman Baek Hyun…

Desahan Kyung Soo memanjakan telingaku, tapi tidak menembus hatiku seperti suara indah Baek Hyun…

Terakhir… walau aku baru pertama kali menyentuh Kyung Soo, dan kurasa ini juga pertama kali untuknya, tetap saja ini tidak sebanding dengan apa yang biasanya kulakukan dengan Baek Hyun… sedikitpun.

.

.

Cklek…

Srak~

.

"K….Kai…?"

Suara yang begitu lirih itu terdengar jelas, walau desahan Kyung Soo lebih mendominasi. Aku menoleh dan kulihat tubuh malaikatku berdiri di sana dengan wajah memucat.

Kutarik selimut untuk menutupi tubuh polosku dan Kyung Soo, dan sebisa mungkin terlihat seperti orang yang kedapatan selingkuh atau sejenisnya.

"H…Hyung?"balasku (berlagak) terkejut.

Kyung Soo yang masih di bawahku lebih terkejut lagi, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan membalikkan badannya untuk memunggungiku.

"I… Itu, pintunya tidak dikunci jadi aku… itu" Baek Hyun gelagapan, kupikir ia salah tingkah. Tapi ada yang lain di sana, tatapannya yang tidak fokus itu, aku yakin ada yang lain di sana.

.

"A… aku keluar dulu, tolong kunci pintunya"pamitnya masih terlihat kebingungan.

Dan saat daun pintu itu tertutup, kusunggingkan senyum kemenanganku.

.

.

Dapat kau… hyung.

.

"Kai… bagaimana ini?"

Suara Kyung Soo membuyarkan lamunanku. Kutatap ia sambil tersenyum.

"Berpakaianlah, akan kuantar kau pulang"

Mata besarnya membulat indah "Ha… Hanya sampai di sini?"

Kukecup sebentar bibirnya dan menyeka peluh yang menetes di pelipisnya "Kita lanjutkan lain waktu"

.

~***FATED***~

"Hyung…" tegurku saat malam itu kudapati Baek Hyun tengah melamun di balkon kamar kami.

"Hm" sahutnya tanpa menoleh.

"Terjadi sesuatu?"tanyaku sembari memeluknya dari belakang dan menapakkan daguku di bahu sempitnya.

"Mollayo Kai… aku bingung"jawabnya ragu.

"Bingung?"

Baek Hyun tidak segera menjawab. Ia seperti memikirkan sesuatu yang memang membutuhkan waktu lama. Setelahnya ia melepaskan pelukanku untuk bisa memandang wajahku. Ia menyibak poni tipis yang menutupi keningku, dan mengecupnya pelan, "Aku…. mencintaimu Kai"

.

Cesss….~

.

Seolah ada tetesan embun yang membasahi ladang tandus di hatiku. Kali ini berbeda.

"Kau yakin Hyung? Bukan karena keterpaksaan lagi?"

Baek Hyun menunduk, masih dengan tangan kanannya menapak di rahangku "Molla… aku hanya merasakan hal yang sangat aneh di sini" ia menunjuk dada kirinya. "Pertama, saat kau mencium Kyung Soo. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Aku menyukai Kyung Soo karena dia teman yang baik, tapi saat kalian berciuman di depanku, entah mengapa tiba-tiba saja aku menjadi tidak suka pada Kyung Soo"

Sekali lagi, aku menemukan harapanku itu. sudah kubilang malaikatku ini hanya ragu, dan dia butuh penegasan.

"Bukankah hyung sendiri yang memintaku berpacaran dengannya?"pancingku.

Ia mengangkat wajah, dan bisa kutangkap wajah sendunya itu, tatapannya sayu, menatap mata kanan dan kiriku bergantian, membentuk gerakan mata yang indah dibalik kelopak sempit miliknya. "Ne… karena kupikir Kai memang membutuhkan seorang kekasih"

Aku tertawa mendengar jawaban polosnya, kubenturkan pelan keningku di keningnya, menatapnya lebih dalam "Aku sudah punya kekasih, untuk apa aku mencari lagi"

"Kai…"

"Hyung itu adalah kekasihku, belahan jiwaku, pemilik hatiku. Hyung itu milikku, apa itu masih kurang jelas?"

Baek Hyun terdiam. Masih mengatur nafasnya. Dan lagi-lagi hembusan nafasnya itu menyapu wajahku, sedikit mengundangku untuk menciumi wajahnya.

"Waktu Kai melakukan hal itu dengan Kyung Soo… aku… marah"Lirihnya pelan.

Kuhentikan kegiatanku untuk menatap wajahnya yang memerah, "Wae?"

Ia menggigit bibir, mungkin ragu atau bahkan malu mengatakannya, "Aku ingin Kai hanya menyentuhku, karena Kai memang hanya boleh menyentuh tubuhku, bukan tubuh orang lain"

Sekali lagi aku tertawa. Lihatlah hasil yang kudapatkan, ini bahkan melebihi apa yang kuperkirakan "Aku tidak sempat melakukannya. Tenang saja"

Mata kecilnya membulat, "Benarkah?"

"Hm… bukankah kita memang hanya ditakdirkan untuk bersama. Jadi tidak boleh ada orang lain di antara kita. Ini memang sedikit kejam karena kujadikan Kyung Soo sebagai alat untuk memancing emosimu. Kau sangat tidak peka hyung, makanya aku memilih cara ini untuk menyentuh hatimu secara langsung"

Baek Hyun tertunduk malu "Mianhae, aku terlalu memikirkan hal terlarang ini sampai mengabaikan apa yang diinginkan hatiku sebenarnya"

Kuraih tubuh mungilnya itu dan kudekap ia dalam kehangatan pelukanku "Lupakanlah… aku sudah mendapatkan apa yang selama ini kucari. Kejelasan akan perasaanmu padaku Hyung, dan ini sudah lebih dari cukup"

"Lalu… bagaimana dengan Kyung Soo?"

"Bagaimana apanya?"

"Tentu saja dengan hubungan kalian, kau tidak mungkin meninggalkannya begitu saja tanpa alasan kan?"

"Aku akan menjauhinya sampai dia bosan sendiri. Dia juga tidak boleh tahu alasan sebenarnya kan? setidaknya aku sedikit menolongnya dengan tidak menyakitinya secara langsung"

"Kai…"

"Sudahlah, jangan memikirkan orang lain. Pikirkan saja tentang kita, dan tentang apa yang akan menyambut kita di depan nanti"

Baek Hyun melepas pelukannya "Itu yang kucemaskan Kai… orang seperti kita tidak akan punya masa depan"

Aku tersenyum, mengecup bibirnya sejenak "Nobody knows dear… berharaplah yang terbaik"

Malaikatku ini menghembuskan nafas pasrahnya "Dan bersiaplah untuk yang terburuk"

"Arasso.. Arasso. Jadi…"

"Jadi apa?"

"Aku ingin mendengarnya sekali lagi"

"Apanya?"

"Tentu saja perasaanmu terhadapku"

Baek Hyun akhirnya tersenyum setelah kegundahan menyelubunginya dalam waktu lama, "Aku mencintaimu Kai, sangat mencintaimu. Jika benar kita ditakdirkan untuk terus bersama, maka aku dengan senang hati menerimanya"

"Ne, itulah yang ingin kudengar" kuraih tubuh mungilnya itu dan kugendong ia masuk ke kamar kami, dunia kami. Di mana hanya ada aku dan dia.

.

~***FATED***~

.

END

.

.

.

.

.

.

.

.

.

kekekkekekeke…. just kid….*Dikeroyok berjamaah

~***FATED***~

.

Aku dan Baek Hyun menghentikan langkah saat mendapati seseorang menunggu di pelataran parkir sekolah.

Itu Kyung Soo…

Sudah beberapa hari ini dia terus mengejarku dan meminta kejelasan mengenai hubungan kami. Saat ini pun dia juga menanyakan hal yang sama, dan tetap kujawab dengan kalimat yang sama.

"Hubungan apa? Kurasa kita tidak pernah terjalin dalam sebuah sebuah hubungan"

Walau aku sudah mengatakannya berulang kali, tapi Kyung Soo tetap menunjukkan ekspresi keterkejutannya yang tidak jauh berbeda dengan yang kemarin-kemarin.

"Bu… Bukankah kau bilang kalau kau mencintaiku?"serunya dengan suara agak ditinggikan.

"Aku bilang, aku menyukaimu. Hanya itu, dan kurasa tidak ada penegasan yang lebih dari kalimatku itu"

Ia terhenyak dan mundur beberapa langkah ke belakang "Tapi Kai… semua yang kita lakukan selama ini…"

Aku tersenyum kemudian menepuk pundaknya "Aku tidak cukup baik untukmu Kyung Soo-ah, carilah namja yang lebih baik dariku"

"Shireo… aku hanya mencintaimu"

"Kyung Soo-ah…"

"Kai jebal… aku tidak bisa menerima ini semua, aku… aku terlalu mencintaimu"

Aku berdecak, kemudian menoleh pada Baek Hyun yang ekspresinya cukup datar saat itu. setelahnya kutatap Kyung Soo kembali "Aku sudah mencintai orang lain. Mian"

Kyung Soo membelalak "Mwo?"

"Aku pulang, jaga dirimu" kuusap pipinya perlahan sebelum aku dan Baek Hyun meninggalkannya yang terpaku di pelataran parkir.

.

~***FATED***~

.

"Ponselmu Kai…"keluh Baek Hyun malam itu.

"Abaikan saja…" aku mengeratkan pelukanku di tubuhnya.

"Aku tidak bisa tidur…"

"Kalau ku-reject, dia akan tersinggung"

"Nonaktifkan saja"

Aku menghela nafas kemudian membuka mataku dengan malas. Kuraih ponselku di atas nakas dan benar saja, itu masih dari Kyung Soo.

"Ne Kyung Soo-ah"

Baek Hyun membelalak ke arahku karena aku menjawab panggilan itu.

"Kai… hiks…" terdengar suara serak Kyung Soo dari seberang.

"Ini sudah larut malam, tidurlah, kita bisa bicarakan lain kali saja"

"Aku tidak ingin berpisah"

"Kita tidak berpisah, kita tetap berteman"

"Aku ingin tetap menjadi kekasihmu"

"Bukankah sudah kubahas ini berkali-kali, aku sudah punya kekasih jauh sebelum kita berkenalan"

"Siapa dia? Katakan padaku, aku akan memohon padanya agar dia mengizinkanku untuk bersamamu, tidak masalah kalau kau menduakanku"

Aku tersenyum tipis "Tapi masalah untuknya kalau aku menduakannya, mian"

"Kai…"

"Tidurlah Kyung Soo-ah, jangan menelpon lagi jebal. Ini sudah pukul 1 malam, sudah lewat 3 jam dari jadwal tidur kakakku"

"Kenapa harus kakakmu?"

"Hm? Karena memang segalanya untuk kakakku"

Baek Hyun menyunggingkan senyum ke arahku kemudian menyandarkan kepalanya di dadaku.

"Sudah dulu, lain kali kita bicara. Jaljayo"

"Kai tunggu"

.

Ppiiip...

Sesuai petunjuk Baek Hyun, kunonaktifkan ponselku setelah, aku bahkan melepas batere nya.

"Sudah, kembalilah tidur hyung"

"Ne…"

Aku bergeser sedikit dan merapatkan pelukanku di tubuh mungil malaikatku. Adakah yang lebih membahagiakan dari ini?

Hm?

kurasa… Tidak ada!

~***FATED***~

"Kai…"

"Hm…"

"Kau ganti nomor ponsel saja, aku bosan mendengar deringnya terus-terusan seperti ini"Protes Baek Hyun sambil menunjukkan ponsel milikku. Bisa kulihat lagi-lagi ada panggilan masuk dari Kyung Soo.

Aku tertawa kemudian menarik tangannya hingga ia terhempas ke pangkuanku "Hyung bisa marah? Ini ajaib"

"Aku juga manusia Kai…"

"Bukan…"

"Mwo?"

"Tapi kau malaikat"

Greb~

"Huaaaaaa…"

~***FATED***~

Aku sedikit heran saat melihat Baek Hyun memandangi ponselku dengan ekspresi yang…

..

..

..

Aneh…

..

..

..

"Hyung?" tegurku sembari membawa 2 gelas susu strawberry sore itu.

"Kai, aku keluar dulu"

"Kemana?"

"Latihan vocal"

"Hari minggu?"

"Hm, jadwal mendadak. Aku akan kembali sebelum jam 9 malam"

"Ya sudah, kuantar"

"Tidak perlu,aku bisa naik bis ke sana. Bukankah hari ini Appa dan Eomma akan pulang, kau harus menjemput mereka"

Aku menatapnya curiga "Terjadi sesuatu?"

Ia tersenyum, kemudian menggeleng "Aku pergi dulu"

..

~***FATED***~

..

Ini sudah pukul 10 malam, dan Baek Hyun belum juga pulang. appa memarahiku karena saat ia dan eomma pulang, mereka tidak menemukan Baek Hyun.

Aku sudah berkeliling mencarinya, tapi tidak ketemu. Gedung club musik tempatnya biasa berlatih sudah kosong dan gelap. Dan kuyakin memang tidak ada aktivitas latihan sejak tadi.

Aku semakin panik karena saat kuhubungi ponselnya, tidak ada jawaban. Terakhir kuingat bahwa Baek Hyun memang pergi tanpa membawa ponsel.

Aku berdecak kesal ketika ponselku yang berdering, dan nama Kyung Soo terpajang di sana. Oh baiklah, dia teman satu club Baek Hyun, jadi mungkin dia tau sesuatu.

"Yeoboseyo…"sapaku

..

"…."

"Yeoboseyo" ulangku karena yang kudengar hanyalah suara nafas yang terengah-engah dan samar. "Kyung Soo-ah…"

..

"…"

..

Aku semakin kesal, sempat-sempatnya namja ini mengusikku "Kyung Soo-ah, kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan, sebaiknya_"

..

"Kai…"

..

Deg~

..

Mataku membulat sempurna saat mendengar suara yang begitu lirih dan bergetar itu. "H…Hyung?"tanyaku memastikan. Bagaimana mungkin Baek Hyun menelponku dengan menggunakan ponsel Kyung Soo?

"Kai… hiks… aku takut"

Seluruh tubuhku menegang, seketika aku semakin panik mendengar Baek Hyun-ku menangis ketakutan "Kau dimana hyung? Aku akan menjemputmu"

"Aku…. hiks… aku tidak sengaja, dia…"

Firasatku makin memburuk, kurasa Baek Hyun begitu kacau saat ini hingga tidak bisa menjawabku dengan sempurna, entah apa yang tengah atau telah terajadi, kuyakin ini sudah lebih dari sekedar buruk, "Hyung, aku akan menjemputmu, jadi katakan di mana kau sekarang?"

"Aku tidak sengaja Kai… hiks, dia yang keras kepala sampai akhirnya… hiks"

"Hyung… jebal… apa yang terjadi?"

"Tolong aku Kai… tolong…"

Kuacak rambutku frustasi "Ne hyung, jadi katakan di mana kau sekarang?"

...

...

"Aku… bukan… pembunuh…"

Aku membalalak kaget. "MWO?"

To Be continued!

ALF special note: Lama-lama member EXO habis nih gara-gara ALF metongin(?) semua. *slapped. ini rencananya mau dibikin Trilogi. Jadi setelah "Fated" kelar, bakal ada lagi lanjutannya dengan judul berbeda. Bwakakakaka gak kelar-kelar ini lama-lama. Mian kalo sequelnya jadi kacau begini… ane juga pusing mau dibawa kemana hubungan KaiBaek ini… The last but not least, Mind to review?