Disclaimer:
Bleach by Tite Kubo
Mistress by Black Hat
Warning: Fic pertama, really newbie, OOC, typo(s), AU, deskripsi kurang, abal dan masih banyak lagi kekurangan lainnya di dalam fic ini.
A/N: Jika ada kesamaan cerita itu bukanlah kesengajaan. Plot fic ini murni punya saya dan jika menemukan kesamaan dengan cerita lain, mohon dikonfirmasi ke saya yah. Fic ini terinspirasi dari kisah antara Pangaran Charles dan Camilla (dikit doang sih). Hope You like, Minna^^
Don't like, don't read.
.
.
.
"Maaf Rukia, aku akan menikah."
"Bukankah kau telah berjanji untuk menikahiku?"
"Aku benar-benar minta maaf Rukia. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi."
"Kau benar-benar kejam, Grim! Aku membencimu!
"Hah!" kedua kelopak indah itu terbuka lebar di tengah gelapnya malam. Peluh bercucuran di dahi hingga merembes ke lehernya. Napas yang terputus-putus serta jantung yang terus bertalu menandakan bahwa ada yang tak beres dengannya di pagi buta seperti ini.
Yah, ia baru saja mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terus saja menghantuinya beberapa tahun terakhir ini. Wanita tersebut menyeka keringatnya, membuka selimut kemudian bangkit mengambil ponsel pintarnya di nakas samping ranjangnya berbaring.
Jarinya menekan tombol speed dial, mencoba menghubungi seseorang tidak peduli dengan waktu yang menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Tidak, ia tidak peduli. Yang ia butuhkan sekarang adalah 'obat penenangnya'
"Rukia?" suara bariton terdengar dari ponselnya.
"Aku membutuhkanmu sekarang, Grim. Kumohon, datanglah."
.
.
.
"Bagaimana?"
Rukia mengangguk pelan menjawab pertanyaan dari seorang pria dihadapannya. Tangan mungilnya mengelap sisa air yang menempel di mulutnya. Irisnya yang indah menatap pria dihadapannya yang terlihat begitu khawatir.
"Aku sudah mendingan, Grim."
Grimmjow, pemuda berambut biru terang itu bernapas lega. Ia usap perlahan kepala wanita di hadapannya dengan sayang dengan memberikan senyuman terbaik yang ia punya. "Syukurlah. Aku begitu khawatir kau kenapa-kenapa."
Rukia terharu mendengar pernyataan khawatir dari Grimmjow. Seketika ketakutan yang ia rasakan tadi lenyap seketika, tergantikan dengan perasaan aman yang ia cari sedari tadi. Ternyata benar, pria biru ini adalah obat penenangnya.
"Terima kasih Grim. Kau bahkan repot-repot kemari pada jam segini. Aku minta maaf yah," ujar Rukia tulus. Rukia memang tak enak hati menyuruh Grimmjow datang pada pagi buta seperti ini, namun ketakutannya tadi mengalahkan rasa tidak enaknya.
Namun diluar dugaan, Grimmjow menggeleng. Ia berjongkok di hadapan Rukia yang berada di atas ranjang, kemudian mengamit kedua tangan mungil tersebut dan menciumnya dengan lembut. "Tidak apa Rukia. Kau seperti ini karena aku. Jadi aku harus bertanggung jawab bukan?"
Rukia membenarkan dalam hati. Semua mimpi buruknya selama ini berasal dari Grimmjow sendiri. "Dan kau pula yang menjadi penawarnya, Grim."
Senyuman lebar mengembang di wajah tegas Grimmjow. Bagaikan remaja SMA, Grimmjow terkekeh seraya mengacak gemas surai hitam Rukia. "Kau benar, akulah penawar yang kau butuhkan. Tanpa aku, kau tidak bisa hidupkan?"
Ya, itu benar sekali. Tanpa Grimmjow dirinya tak berarti apa-apa hidup di dunia ini lagi. Hanya pria dihadapannya inilah alasan ia masih bertahan hingga sekarang. "Aku mencintaimu, Grim." Rukia bersemu merah mengucapkan kata cinta tersebut. Dan walaupun Grimmjow sudah sering mendengarnya, entah kenapa rasanya ia tak akan pernah bosan mendengar lantunan indah tersebut.
"Aku lebih mencintaimu, Rukia."
Entah siapa yang memulai, kedua bibir mereka bertemu. Saling memagut mesra seperti pasangan kekasih yang baru saling bertemu setelah sekian tahun berpisah. Tangan Grimmjow mulai bermain nakal di sekitar bahu Rukia, terus turun hingga menyentuh kancing piyama, pertanda bahwa ia meminta lebih.
Namun untung sang wanita masih memiliki kesadarannya. Dengan sedikit paksa ia mendorong bahu tegap Grimmjow, menyisahkan raut kekecewaan yang terpancar jelas di wajahnya.
"Ada apa?"
Rukia menggeleng. "Pulanglah," pinta Rukia pada Grimmjow. Sedangkan Grimmjow sontak menggeleng, menolak perintah tersebut.
"Sebentar saja Rukia. Aku merindukanmu."
"Tidak bisa Grim. Ini hampir pagi, kau tidak ingin kena masalah, kan?"
Grimmjow menghela napas kasar, mengacak rambut bergelombangnya, kemudian menatap Rukia putus asa. Ia benar-benar menginginkan wanita ini sekarang.
"Pulanglah. Istrimu akan curiga kalau kau tidak ada di sampingnya saat ia bangun."
To be continued…
A/N: Haii minna… perkenalkan aku author baru yang mau mencoba menyalurkan imajinasi liar yang selama ini terus saja bersarang wkwkwk. Aku IchiRuki shipper? Tentu saja. Jadi buat IR shipper dan para author yang sudah berpengalaman mohon bantuannya yah. Aku sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam fic ini, jadi mohon dikritik dan beri saran jika berkenan minna
Oia fic ini mungkin bisa dikatakan prolog sekaligus chap 1, jadi Ichigo nya mungkin di chap depan or chap 3 baru muncul yah hehehe… Dan agak ragu sih ama judulnya, agak gmn gt liatnya, kalau ada yg pnya saran monggo keluarin semua di kotak review.
Well sankyu…
Black Hat.
