Disclaimer: Vocaloid © Yamaha Corporation. Tidak ada keuntungan material apapun yang saya dapat dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: AU (Universitas di Indonesia), bahasa tidak baku, typo(s).

Summary: Bulan Oktober berarti dua hal: menjelang akhir kepengurusan dan pemilihan umum mahasiswa. Oh, satu hal lagi. Drama.

dra(ke)ma oleh reycchi
ditulis untuk situasi politik kampus yang semakin tidak sehat


―prolog

.

.

.

Bulan Oktober telah tiba! Artinya dalam kamus perpolitikan kampus adalah persiapan menuju akhir kepengurusan. Laporan pertanggungjawaban, laporan keuangan, beres-beres ruang sekretariat, penyelesaian program kerja, rekapitulasi publikasi dan dokumentasi, dan segala macam tetek-bengek lainnya harus diurus untuk dilaporkan kepada pihak birokrat. Tak lupa pula, kepada mahasiwa nonpengurus.

Namun, ada satu hal lagi selain persiapan menuju akhir kepengurusan yang harus dikerjakan ketika bulan Oktober datang.

Pemilihan umum mahasiswa.

Semua tingkatan organisasi di universitas, mulai dari tingkat universitas itu sendiri, fakultas, hingga jurusan, semuanya mengadakan pemilihan umum dalam waktu yang kurang-lebih berdekatan. Kampus ramai dengan selebaran warna-warni berisi visi-misi para pasangan calon. Kampus penuh dengan spanduk berbagai ukuran berisi foto para pasangan calon. Kampus ribut dengan desas-desus mengenai latar belakang para pasangan calon di berbagai penjuru. Intinya, kampus benar-benar berbau politik, politik, dan politik.

Salah satunya yang juga ramai akan suasana politik adalah Fakultas Angka dan Alam atau biasa disingkat FADA. Di dalamnya pemilihan umum mahasiswanya atau biasa disebut Piluda―Pemilihan Umum Ketua BEM Kema FADA, terjadi sebuah kisah penuh drama menjelang pemilihan umum mahasiswanya.

Ah, rasanya sebuah kisah tidak akan lengkap tanpa perkenalan tokoh-tokoh di dalamnya.

Pertama ada Yuuma, mantan Ketua Himpunan Jurusan Optik yang mencalonkan diri sebagai Ketua BEM Kema FADA. Tidak banyak dikenal orang karena tidak banyak berkecimpung di fakultas, namun berambisi untuk memimpin FADA dengan segala kemampuan yang ia miliki.

Kedua ada Tonio, mantan Ketua Himpunan Jurusan Listrik yang mencalonkan diri sebagai Wakil Ketua BEM Kema FADA alias wakilnya Yuuma. Banyak dikenal orang karena kontribusinya yang begitu besar untuk OSPEK FADA, namun terlalu idealis dan sulit menerima sesuatu yang menyimpang sama sekali dari pemikirannya.

Ketiga ada Piko, mantan Ketua Himpunan Jurusan Data yang ingin mencalonkan diri sebagai Ketua BEM Kema FADA. Mohon garisbawahi kata "ingin" pada kalimat sebelum ini. Cukup dikenal orang karena berkontribusi di fakultas pada tahun pertamanya pun berambisi untuk menjadi pemimpin FADA, hanya saja segala macam situasi dan kondisi tidak memungkinkan dirinya untuk maju.

Keempat ada Luka, seorang warga yang taat dari Jurusan Data. Cukup dikenal karena banyak berkontribusi di fakultas, namun tidak ada niat untuk mencalonkan diri meski hanya sebagai Wakil Ketua BEM Kema FADA. Sekali lagi ditegaskan, Luka hanyalah seorang warga yang taat, dan perannya di sini hanyalah sebagai pemerhati berbagai isu yang terjadi seputar Piluda.

Keempat orang ini tidak terhubung secara langsung―bahkan ada kemungkinan kecil bahwa keempat orang ini tidak saling kenal. Keempat orang ini dihubungkan oleh Piluda, dan keempat orang ini nantinya akan menghubungkan kisah dengan tokoh-tokoh yang muncul seiring dengan berjalannya waktu.

Karena meski Piluda berarti semua tentang politik; kampanye, desas-desus, debat, obrolan menjurus, tim sukses, hingga tiba di hari pemilihan, tetap saja bukan politik namanya jika tidak menyangkut dua hal.

Pertama, organisasi sebagai wadah berpolitik―dalam kasus ini, BEM Kema FADA.

Kedua, drama sebagai bumbu penyedap suasana kampanye.

Sebenarnya yang kedua bukan tolak ukur utama, namun apalah artinya pemilihan tanpa sedikit kerusuhan di sana-sini? Apa artinya kampanye tanpa ada pertanyaan-pertanyaan menjebak yang datang dari audiens?

Apa artinya politik tanpa drama? Ramai-ramai mencalonkan jadi ketua, kampanye damai, pemilihan lancar, pengumuman tanpa kekeliruan, apa serunya?

Akui saja, politik yang kalian kenal selama ini pastilah mengandung drama di dalamnya, sekecil apa pun itu, pasti ada.

Tanpa drama, kalian juga tidak akan peduli, bukan?

Sama halnya dengan kondisi warga Kema FADA sebenarnya. Tanpa adanya drama politik di Piluda, memangnya mereka akan peduli soal Kema FADA itu sendiri?

.

"Kema FADA kenapa, sih?"

.

"Drama mulu ini Kema FADA."

.

"Kalau kayak gini terus mending jadi Senat lagi aja nggak usah Keluarga!"

.

"Ngakunya keluarga tapi kayak gini."

.

"Ah, males ngurusin Kema FADA."

"Bukannya kamu Kema FADA juga?"

.

"Apa kita masih butuh Kema FADA?"

.

Sesungguhnya, semua pertanyaan itu harus ditanyakan kepada diri mereka masing-masing. Atau mungkin termasuk ... diri kalian masing-masing?

.

.

.

TBC
―next: rekrutmen terbuka


A/N.

Kema: Keluarga Mahasiswa, organisasi yang menaungi fakultas/universitas dan di bawahnya baru ada BEM, BPM, UKM, dan sebagainya.

Halo! Rey balik lagi ke Vocaloid dengan MC yang insya Allah akan diselesaikan, nggak gantung kayak BSW :")) /HEH

Cerita ini terinpirasi dari kejadian di sekitar Rey, kejadian menyedihkan yang bikin Rey cuma bisa bilang "hah?" setiap kali ada info baru. Kejadian-kejadian yang menciptakan apatisme, dan malah memperkeruh bukannya memperbaiki.

Mungkin ini pertama kalinya Rey keluar dari comfort zone (aslinya anak ini gak suka politik). Semoga hasilnya gak mengecewakan!

Dan Rey harap pembaca fanfiksi ini juga bisa lebih melek politik setelah membaca ini. Sambil menyelam minum air; sambil baca fanfiksi nambah ilmu, ehehe.

Ditunggu komentarnya! /o/