Bunyi decitan sepatu seiiring dengan seruan penonton memenuhi lapangan basket indoor. Hari ini, suatu waktu di musim panas ada sebuah pertandingan basket putri antar sekolah menengah pertama yang dilaksanakan di kota Fiore—lebih tepatnya, pertandingan final.

Ditengah-tengah lapangan, bisa terlihat para pemain dari kedua tim sedang beraksi. Berlari kesana-kemari mengikuti jalannya bola basket. Tampak seorang gadis yang ber-jersey hitam dan di jersey yang ia pakai bertuliskan Fiore Junior High School tengah men-dribble bola basket dengan lihai. Sesekali ia berkelit menghindari musuh yang berusaha menghadangnya. Rambut blondienya yang tak seberapa panjang dan diikat dengan karet yang berhiaskan pita yang sangat imut itu pun mengikuti arah sang pemilik saat berlari. Peluh keringat membasahi wajah cantik gadis itu, gadis itu pun terengah-engah saat berhenti didepan lawannya yang ia pikir agak sulit.

Tangannya terus men-dribble bola basket yang ia anggap teman. Di dalam lapangan, gadis itu bisa mendengar kalau penonton bersorak dan memanggil namanya. Ah, memberinya semangat. Dengan senyuman diwajahnya, ia melakukan gerakan fake, kemudian melempar bola tersebut ke dalam ring dengan gerakan yang cantik.

Rekan satu timnya melihat kearah bola yang meluncur kearah ring, penonton pun terdiam untuk mengetahui hasilnya. Dan..

Sorakan penonton pun pecah seiiring dengan bola masuk kedalam ring sehingga tim gadis tersebut mendapatkan tambahan 2 poin. Dan terdengar bunyi yang khas didalam pertandingan basket, yang menandakan usai nya pertandingan.

"Yoshaaa!" seru gadis itu sambil berlari menuju ke rekan-rekannya.

Fairy Tail © Hiro Mashima

A Fairy Tail Fanfiction

You're My Hikari

By Suzuha Loreilenne

Warning : AU, Typo(s), OOC.

"Let your lights shine so brightly, because the lights will guide you out from the dark"

.

.

.

.

.

"Lucy.."

"Lu-cy.."

Gadis yang dipanggil "Lucy" itu pun menggeliat malas didalam selimutnya. Sosok yang memanggilnya pun tersenyum dan menarik selimut yang dipakai gadis itu.

"Ayo, sudah pagi. Ini hari pertamamu masuk SMA bukan?"

Gadis itu pun membuka matanya dengan perlahan dan memperlihatkan bola mata cokelatnya—coklat caramel lebih tepatnya.

"Mama? Ohayou.." ucapnya.

Sosok yang memanggilnya merupakan Ibu dari gadis itu. Layla Heartfilia. Dan siapa gadis itu?

Lucy Heartfilia. Gadis dengan surai blonde panjang, berusia 15 tahun dan hari ini resmi menjadi siswa SMA.

Gadis itu bangun dan mengucek matanya perlahan. "Sekolahku dekat bukan? Tak perlu membangunkanku sepagi ini, Ma" keluhnya pelan.

Sosok Ibunya membuka gordyn kamar putrinya dan membuka sedikit jendelanya, "Tapi lebih bagus bangun pagi bukan? Badan menjadi sehat dan juga—"

"Baiklah..baiklah aku mengerti Mama~" potong Lucy yang sekarang sudah menyambar handuk yang tergantung di kursi meja belajarnya. "Aku akan mandi sekarang~" ucap Lucy.

Layla menoleh dan tersenyum, "Jika kau sudah rapi, turun lah, Mama sudah membuatkan sarapan untukmu dan Papa juga sudah menunggumu"

Sebelum menutup pintu kamar mandinya, gadis itu sempat menjawab dengan gumaman. Dan Layla pun keluar dari kamar putrinya.

XXX

"Ohayou, Papa..Mama" seru Lucy yang kini sudah rapi mengenakan seragam sekolah barunya—Fairy tail High School.

"Ohayou, sayang..ayo kita sarapan" sahut Layla

Lucy meletakkan ransel pink miliknya di sebelahnya dan ia duduk didekat Ayahnya—Jude Heartfilia.

"Hari pertama ingin Papa antar kesekolah?" tanya Jude setelah menyesap kopi miliknya. Lucy menoleh, "Haha sekolahku yang sekarang dekat, tak perlu diantar kok, Papa" jawabnya.

Jude tersenyum, "Begitukah? Ya sudah kalau begitu"

Lucy memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Ibunya, sebuah sandwich kesukaan Lucy yang berisi sayur-mayur dan juga tidak lupa dengan sedikit mayones dan saus tomat.

"Papa, pulang dari kantor belikan aku cheese cake ya!" pinta Lucy dengan seruan.

Jude menoleh, "Cheesse cake? Baru kemarin kau memintaku membelikan sebuah brownies" sahut Jude.

Lucy mengulum senyum, "Ayolah, Papa.." rengeknya.

Jude menghela nafas, tak ada alasan baginya untuk menolak permintaan dari putri tunggalnya itu. "Baiklah, akan aku belikan. Khusus untukmu"

Lucy tersenyum, "Arigatou, Papa!"

Layla menyela percakapan ayah dan putri tersebut dengan berdeham pelan, "Ayo cepat habiskan sarapan kalian, kalau tidak, kalian akan telat"

Lucy dan Jude tersentak dan saling tersenyum, "Ha'i.. Ha'i~~~"

XXX

Lucy Heartfilia adalah putri tunggal dari pasangan Jude Heartfilia dan Layla Heartfilia. Ayahnya yang tak lain adalah Jude merupakan pengusaha besar di bidang teknologi. Ia memiliki perusahaan besar dan juga mengelola cabang yang ada di beberapa kota besar dan bahkan lingkup Negara luar—Heartfilia Corporation. Mungkin kehidupan gadis cantik nan manis ini begitu sempurna di mata orang lain, tetapi bagi diri gadis itu..

kehidupannya, kini…jauh dari kata sempurna.

.

.

.

Gadis itu turun dari dalam bus dan menginjakkan kakinya di halte dekat sekolahnya—FT High School. Semilir angin musim semi berhembus membuat rambut blonde panjangnya berayun indah. Senyum kecil terlihat diwajah manisnya bak dewi Aphrodite.

"Yosh..ganbatte Lucy..daijoubu..daijobu.." gumamnya pada dirinya sendiri.

Kaki jenjangnya pun melangkah untuk berjalan menuju sekolahnya. Ia tak ingin terlambat saat upacara penerimaan berlangsung. Tak perlu berjalan jauh, gadis itu kini telah melihat gedung sekolahnya yang sudah berdiri kokoh dihadapannya.

"Ah..ini dia.." ucapnya dengan spontan.

Kaki jenjangnya pun melangkah masuk kedalam, memulai kehidupan SMAnya—FT High School.

XXX

"Natsu, lihat siswi-siswi anak kelas satu sekarang cantik-cantik ya?!" seru sosok pemuda dengan surai raven kepada sosok pemuda dengan warna rambut yang aneh yang sedang berjalan disampingnya dengan malasnya.

"Hmm" jawab pemuda 'Pinky' itu yang dipanggil temannya dengan 'Natsu'.

"Oy..Oy setidaknya kau lihat dulu" ujar teman pemuda berambut pinkish itu.

Pemuda bernama Natsu itu pun menghembuskan nafas dan melihat kesana kemari, melihat anak-anak baru yang akan menjadi adik kelasnya sedang berjalan ke gedung yang sama.

Dan saat itu pula ia menangkap sosok gadis yang berdiri diam didepan gedung sekolahnya. Entah kenapa pemuda itu tak dapat memalingkan pandangannya dari sosok itu. Rambut blonde panjang gadis itu dibiarkan melambai oleh pemiliknya.

'Apa dia anak kelas satu? Dia terlihat seperti model..' pikir Natsu.

"Natsu..woy.."

Natsu masih tak bergeming dengan panggilan temannya tersebut. dan mau tidak mau, temannya yang bersurai raven tersebut menjitak kepala pink itu.

"Itte! Apa-apaan kau Gray!" bentak Natsu yang menoleh ke pemuda yang berdiri disampingnya.

"Lagian dipanggilin malah enggak nengok, lagi lihat apa sih?" tanya Gray, pemuda itu ingin tahu kenapa temannya itu bisa terperangah seperti tadi.

"Tidak ada apa-apa" jawab Natsu singkat.

"Ha? Benarkah? Ah ya..benar..kau ini kan maniak basket, jadi tak mungkin kau terpesona saat melihat seorang gadis, Yak an? haha" ledek Gray.

"Uruse, Gray!"

XXX

Untuk hari pertama masuk sekolah tingkat menengah keatas, bagi Lucy tidaklah terlalu buruk. Setelah ia memberikan pidato saat upacara penerimaan tadi pagi, sontak membuat siswa-siswa memperhatikannya. Bagaimana tidak? mereka heran, kenapa ada seorang gadis yang begitu sempurna yang masuk kesekolah mereka yang notabenenya tak terlalu bagus dan juga tak terlalu buruk—sedang-sedang saja.

Lucy membuka pintu kelasnya dan menutupnya kembali. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya.

Belum ada lima menit, sudah ada seorang gadis menghampirinya, "Hey..hmm—Heartfilia-san?"

Lucy menoleh dan tersenyum, "Ya?"

Gadis yang mengajaknya bicara pun mengulurkan tangannya—ah, mengajak berkenalan. "Aku Levy—Levy Mcgarden" ucapnya dengan senyum manis diwajah imutnya.

Lucy terperangah, 'Ah kawaii..' batinnya.

Lucy tersenyum dan menyambut tangan gadis yang dipikirnya imut itu, "Hmm, Lucy Hear—ah mungkin kau sudah mengenalku hehe kau bisa memanggilku Lucy, tak usah terlalu formal dengan ku" jelas Lucy dengan ramah.

Wajah sumringah pun tampak di wajah gadis bernama Levy itu. "Baiklah, kalau begitu kau juga boleh memanggilku Levy!" serunya.

Lucy mengangguk, "Baiklah, bagaimana dengan Levy-chan?"

Levy pun mengangguk, "Hnn, aku akan memanggilmu dengan..Lu-chan? Kau tak keberatan bukan?"

Lucy mengangguk, "Hnn, senang berkenalan denganmu, Levy-chan!"

"Aku juga! Senang berkenalan denganmu!" sahut Levy.

XXX

"Nah, perkenalkan, aku adalah wali kelas kalian. Mirajane Strauss..Yoroshiku minna-san~"

Lucy memandangi sensei-nya sambil tersenyum, 'Dia masih muda' pikir Lucy

"Baiklah..baiklah..Karena hari ini tidak ada pelajaran, bagaimana kalau sekarang kita menentukan perwakilan kelas terlebih dahulu—untuk menjadi ketua kelas, wakil ketua, bendahara dan lain-lainnya?" usul Mirajane—Mira-sensei.

"Ha'i!" jawab semua siswa termasuk dengan Lucy.

"Ada yang mau usul?" tanya Mira-sensei.

Lucy duduk melamun memandangi pemandangan luar jendela kelasnya dari tempat duduknya. Tangannya tak bisa diam untuk tak memutar pencil miliknya. 'Perwakilan kelas..' pikir Lucy.

"Bagaimana kalau Heartfilia-san saja yang menjadi ketua kelas, dia kan siswi dengan nilai ujian tertinggi!" seru seorang gadis yang duduk didepan Lucy yang tak lain adalah Levy.

Mendengar namanya disebut, ia agak tersentak dan menoleh kedepan

"Eh?"

XXX

Pemuda bersurai pink yang senada dengan warna bunga sakura itu—Natsu sedang duduk bermalas-malasan di bawah pohon. Tangan kanannya memangku wajahnya dan menghela nafas berkali-kali.

Ya, pemuda itu sedang duduk di stand pendaftaran untuk klub basket. Ia merupakan anggota dari klub basket sekolah FT High yang ditugaskan untuk menjaga stand pendaftaran klub basket yang menurut pemuda itu sangat merepotkan.

"Flame-Head! Kau harus lebih semangat untuk mempromosikan klub kita, baka!" seru pemuda raven yang bernama Gray yang sedang sibuk membagikan brosur-brosur klub basket.

"Aku bersemangat kok, sudahlah, Ice-princess urus saja tugasmu" sahut Natsu sambil menguap.

"Hhhh, kau menyebalkan sekali, akan aku adukan kau ke senpai tentang kerjamu itu" gerutu Gray.

"Hmm..Hmm..terserah saja" sahut Natsu dengan malas dan menutup matanya sejenak.

"Nee..Nee.. Lu-chan? Kau akan masuk klub apa?"

"Klub? Entahlah..haha.."

Dan saat itu pun angin musim semi pun berhembus, Natsu membuka matanya saat indera penciumannya menangkap sebuah harum yang begitu membuatnya ingin membuka mata.

'Vanilla..' batin Natsu.

Tak lama dari itu, Lucy dan Levy telah melewati meja pendaftaran klub basket milik Natsu. Pemuda itu hanya melihat rambut blonde yang tergerai melambai padanya.

'Rambut itu…gadis itukah?' batin Natsu.

XXX

"Tadaima~"

Lucy telah sampai ke rumahnya dan disambut hangat oleh Ibunya—Layla.

"Okaerinasai, Lucy.." sahut Layla dengan lembut.

Lucy tersenyum melihat Ibunya yang keluar dari ruang tamu dan menyambutnya. "Bagaimana dengan hari pertama sekolahmu, nak?" tanya Layla.

"Tidak buruk, Ma" jawab Lucy seadanya.

Lucy kini duduk berhadapan dengan Layla, gadis itu menceritakan bagaimana ia menyampaikan pidatonya dengan lancara saat upacara penerimaan, lalu berkenalan dengan Levy dan teman-teman sekelasnya juga dan tidak lupa bagaimana ia menjadi pusat perhatian seluruh siswa disekolahnya.

"Lalu? Kau sudah memutuskan untuk masuk ke klub apa?" tanya Layla sambil tersenyum.

Lucy menggeleng, "Aku belum menentukan akan daftar klub apa. Aku masih memikirkannya hehe" jelas Lucy.

Layla bangkit berdiri dan duduk disamping Lucy, meraih kedua tangan Lucy dan menggenggamnya. Wajah Layla terlihat cemas dan putrinya itu tersenyum untuk menenangkan Ibunya.

"Daijoubu, Mama..semua akan baik-baik saja.." ucap Lucy.

Layla pun menarik putrinya untuk masuk kedalam pelukannya. "Lucy.."

XXX

"Kau tak boleh bermain basket lagi, Lucy"

"Gomenne…Sting.."

"Ke—kenapa kau memutuskan untuk berhenti bermain basket?"

"Aku tak mencintai, basket. Lagi.."

Lucy membuka matanya perlahan. Matahari sudah mulai meninggi dan menerobos masuk melalui jendela kamar gadis itu. Lucy merasa matanya masih begitu berat, kelopaknya belum sepenuhnya rela saling terpisah namun ia mencoba untuk membuka matanya.

'Ah sudah pagi..' pikirnya.

Ia melirik kearah jam dindingnya yang kini menunjukkan pukul enam pagi. Ia harus cepat-cepat bergegas merapikan dirinya. Ia harus pergi kesekolah, hari ini sudah seminggu ia bersekolah.

Lucy menurunkan kakinya dan bangkit berdiri tetapi tiba-tiba..

BRUK!

Gadis itu tiba-tiba terjatuh. Wajahnya tercengang dan kini ia memegangi kakinya. Matanya agak membulat, ia terkejut kenapa ia bisa terjatuh tiba-tiba.

"Lucy!"

Lucy tersentak saat Ibu dan Ayahnya masuk kedalam kamarnya. "Mama..Papa.."

Ayahnya membantu Lucy bangkit dan mendudukinya di tepi tempat tidur gadis itu. "Ada apa?"

"Ti—Tidak apa-apa haha aku bermimpi dan terjatuh haha" ucap Lucy mencoba menjelaskan keadaannya—dengan kebohongan.

"Benarkah?" tanya Layla. Wajahnya terlihat sangat cemas dan khawatir. Lucy mengangguk, "Papa, Mama jangan berlebihan ah. Orang Lucy Cuma bermimpi terus jatuh haha"

Layla dan Jude saling berpandangan dan mengangguk. "Baiklah..kalau begitu Papa dan Mama akan keluar dari kamar, kau cepatlah bersiap untuk kesekolah, ya?" ucap Jude diiringi anggukan Lucy.

Seiiring kedua orang tuanya keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamar gadis itu, Lucy memandangi kakinya dan menggigit bibir bawahnya. "Tidak lagi.." gumamnya.

XXX

Lucy berjalan di koridor sekolahnya sambil membawa beberapa buku yang akan ia kembalikan ke perpustakaan. Ya, sudah seminggu ia bersekolah, teman-temannya sudah memutuskan untuk mengikuti klub, tetapi hanya ia yang belum menentukan. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Saat ia menoleh ia menemukan sebuah mading, dimana mading tersebut masih dipenuhi dengan brosur-brosur klub. Lucy tersenyum. "Hmm aku akan melihatnya sebentar" gumamnya.

Kini gadis itu telah didepan papan mading. Matanya menelusuri tiap-tiap brosur yang ditempel disana. Senyum menghiasi wajahnya saat melihat itu semua. Dan matanya pun menangkap sebuah objek yang membuatnya tersentak.

"Basket.." gumamnya.

Senyuman gadis itu perlahan menghilang dan matanya memancarkan kesedihan. Setelah berlama-lama melihat mading, Lucy pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

XXX

"Lucy-chan, hari ini ada rapat untuk para perwakilan kelas, kau jangan lupa datang ya!" ucap gadis berambut ungu dan memakai kacamata—Laki yang merupakan teman sekelasnya.

Lucy menoleh, "Ha? Ada rapat? Benarkah? Baiklah..aku akan datang, terimakasih, Laki" sahut Lucy.

"Ne, Lu-chan.."

Lucy menoleh, "Ada apa, Levy-chan?"

"Kau belum memutuskan untuk ikut klub tahu" ucap Levy

Lucy membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas ranselnya, "Ah ya, benar haha" jawabnya dengan spontan.

Levy menggembungkan pipinya, "Mouu, Lu-chan padahal kau sudah berkali-kali ditawari beberapa klub kan? Masa tak ada yang menarik sih"

Lucy menutup tasnya dan memandang Levy, "Entahlah, sudah ah jangan membahas klub terus..bukankah kau harus ke ruangan klub mu, Levy-chan?" tanya Lucy.

Gadis imut itu melirik kearah jam tangan yang dipakainya, "Ah ya benar! Ya sudah, Lu-chan, aku duluan ya!" Lucy menjawabnya dengan sebuah anggukan, "Jaa mata nee" ucapnya.

"Mata nee!" sahut Levy.

Lucy menghela nafasnya. "Rapat..rapat…" ucapnya dengan berulang kali. Ia pun keluar dari kelasnya menuju ruang rapat perwakilan kelas.

XXX

'Kenapa harus aku yang menjadi perwakilan kelas, merepotkan' batin seorang Natsu.

Ya, Natsu kini sedang berada ditengah-tengah rapat perwakilan kelas. Ia sedang mendengarkan arahan ketua osis—Erza Scarlet bersama dengan wakilnya yaitu Jellal Fernandez.

Natsu melirik ke samping dan membulatkan matanya. Ia menemukan sosok yang ia kenal.

'Gadis itu..' batin Natsu.

Tanpa disadari Natsu terus menerus memperhatikan kegiatan yang dilakukan gadis itu bahkan Natsu pun tak mendengar apa yang dikatakan oleh ketua OSIS beserta dengan wakilnya.

'Dia terlihat bosan..sudah keberapa kalinya gadis itu menghela nafasnya' pikir Natsu.

"Baiklah, apa ada pertanyaan?" tanya sang ketua osis—Erza.

Natsu membenarkan posisi duduknya dan melihat kedepan. Tidak ada jawaban dari yang lainnya.

'Oh ayolah, akhiri saja semua ini..' pikir Natsu yang sudah tak sabar untuk pulang.

"Baiklah..jika tak ada pertanyaan, kalian bisa pulang. Terima kasih atas perhatiannya" ucap sang wakil—Jellal.

"Ha'i.."

Natsu pun bangkit berdiri dan sebelum keluar dari ruangan tersebut ia sempat melirik kearah gadis yang tak diketahui namanya itu yang kini tengah mengobrol dengan Erza dan juga Jellal. Natsu menghembuskan nafasnya, "Mereka mencoba merekrut gadis itu ya? Tak salah lagi.." gumam Natsu. Setelah itu ia pun kembali kekelasnya untuk mengambil tas miliknya.

XXX

"Bagaimana dengan tawaran kami, Heartfilia-san?" tanya Jellal.

Lucy tersenyum, "Bagaimana ya..bolehkah aku meminta sedikit waktu untuk memikirkannya? Jabatan didalam OSIS itu mungkin terlalu berat" ucap Lucy dengan sopan.

"Berat?" ucap ketua dan wakilnya.

Lucy mengangguk, "Onegaishimasu"

Jellal dan Erza saling memandang, "Baiklah..kapanpun, pintu OSIS ini terbuka untukmu, Heartfilia-san" ucap Erza.

Lucy mengangguk, "Arigatou gozaimasu..baiklah..aku akan pamit ya, senpai.. "

Gadis itu pun keluar dari ruangan tersebut dan kembali kedalam kelasnya untuk mengambil tas nya.

XXX

Lucy berjalan keluar dari sekolahnya, saat ia melewati pintu gedung olahraga atau lebih tepatnya lapangan basket indoor sekolahnya, ia berhenti sejenak didepannya.

Kaki jenjangnya berjalan mendekati gedung tersebut dan membuka pintunya. Kosong. Tetapi ada satu objek yang membuatnya tersenyum tipis saat melihatnya.

—bola basket.

"Apakah hari ini tak ada yang berlatih basket?" gumam Lucy sambil melangkah masuk menghampiri bola tersebut.

Lucy berjongkok dan mengambil bola tersebut, memandanginya sambil tersenyum—senyuman yang menyimpan kepedihan.

'Aku sudah tak mencintai basket lagi..'

Lucy mengeratkan pegangannya pada kedua sisi bola basket itu. Ia bangkit berdiri dan berjalan mendekat garis three point—berdiri diluar garis tersebut. Tangannya mulai memantulkan bola basket yang ada di tangannya, mata karamelnya memandang fokus kearah ring basket didepannya.

Gadis blonde itu melakukan pose saat bersiap untuk melakukan shooting. Ia agak melompat sedikit dan melemparkan bola tersebut kedalam ring yang berjarak agak jauh dari tempatnya berdiri. Beberapa detik kemudian, bola tersebut sukses masuk kedalam ring.

Lucy mendarat dengan sempurna. Senyum mirisnya menghiasi wajah cantiknya setelah ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring dengan tembakan tiga poin miliknya. Ia berjalan untuk mengambil bola basket dan meraih bola tersebut.

"Nee..Nee..Sting-kun..apa kira-kira aku bisa sepertimu? Jago bermain basket?"

"Tentu! Aku akan mengajarimu, tetapi ada satu syarat yang harus kau penuhi"

"Eh, syarat?"

"Hmm, kau harus mencintai basket dengan sepenuh hatimu dan saat bermain anggap bola orange itu adalah partnermu..kau mengerti?"

Lucy yang mengingat hal itu pun mendecih dan melemparkan bola tersebut kesembarang arah. Bibir bawahnya ia gigit dan kedua tangannya mengepal.

"Hmm aku akan mencintai basket dengan segenap jiwaku!"

"Aku harus pulang..mungkin ini yang terakhir.." ucap Lucy yang berlari dan saat Lucy melangkahkan kakinya untuk meninggalkan lapangan, ia dikejutkan dengan sosok yang tiba-tiba muncul—yang berdiri didekat pintu masuk.

"Kenapa kau melempar bola basket seperti itu"

Lucy memalingkan wajahnya dan menjadi gelisah. Sosok itu melangkah perlahan mendekati Lucy.

'Gawat, jangan-jangan dia mau marah padaku karena aku melempar bola basket seperti tadi' pikir Lucy

Lucy menunduk ketakutan. "Seharusnya kau tak melempar partnermu seperti itu" ucap sosok itu. Lucy membulatkan matanya saat mendengar pernyataan yang dilontarkan sosok yang tak dikenalnya itu.

Lucy mengangkat wajahnya dan memandang sosok yang kini berhadapan dengannya. Seorang pemuda dengan rambut spike pinkish—senada dengan bunga sakura yang sedang bermekaran dan memiliki mata onyx berwarna hitam. Aneh—itulah kesan pertama Lucy saat melihat rambut pemuda itu. Belum lagi, syal putih bermotif kotak-kotak yang melilit leher sang pemuda.

Detik berikutnya, pemuda itu mengulurkan tangannya. "Aku Natsu—Natsu Dragneel. Kelas 2-3. Yoroshiku"

Lucy tersadar dari lamunannya dan menjabat tangan senpai-nya itu. "a—aku Lucy, Lucy Heartfilia desu. Kelas 1-1. Yo—yoroshiku, senpai" sahut Lucy dengan gugup.

Natsu tersenyum, "Tak perlu gugup seperti itu, Luigi! Aku tak menggigit"

"Luigi? Namaku Lu-cy, senpai" terang Lucy untuk membenarkan namanya yang salah disebutkan oleh Natsu. Mereka pun melepas genggaman tangan mereka dan saling memandang. Lucy memandang datar senpai yang sudah salah menyebutkan namanya itu. Natsu menggaruk tengkuknya "Hmm namamu sulit, Luce!" keluhnya.

"Luce?"

Natsu mengangguk, "Aku akan memanggilmu seperti itu, Luce!"

Lucy membulatkan matanya saat melihat cengiran senpainya. Pipi Lucy merona merah, gadis itu terpesona dengan grins yang diberikan Natsu itu. "Bagaimana? kau tak keberatan kan Luce?"

Lucy menunduk dan mengangguk—berusaha menutupi rona merah yang menghiasi pipinya. 'Apa-apaan ini..kenapa aku menjadi berdebar seperti ini..' batin Lucy.

"Apakah kau mencintai basket?"

Saat mendengar pertanyaan yang menurut gadis itu sangat menohok, sontak membuat Lucy mengangkat wajahnya, memandang Natsu dengan mata karamel yang membulat—terkejut.

Saat Lucy membuka mulutnya, Natsu sudah membuka suara terlebih dahulu. "Kalau aku—aku sangat mencintai basket.."

Seperti semilir angin musim semi yang berhembus, ucapan sang senior pun membelai lembut seorang Lucy dan membuat jantung gadis itu berdegub dengan cepat—mengingatkan gadis itu pada masa lalunya.

No matter what your history has been, your destiny is what you create today.

—Kisah mereka pun dimulai dari sini.

.

.

.

.

.

To Be Continued


Hello, Everybody..genki desuka? udah lama Suzu gak share fanfic disini.. hmm sekarang Suzu buat fanfic baru lagi padahal fanfic Suzu yang lama belum dilanjutin hehehe tapi Suzu akan segera melanjutkan fanfic Nalu Suzu yang berjudul Sweet Melody for Our Love.

Oiya, fanfic ini terinspirasi dari Kuroko No Basket sih dan Shigatsu wa Kimi no Uso. Dicampur-campur gitu hehe semoga kalian menikmatinya ya^^

Nah, readers..gimana nih? Dilanjutin apa didelete aja? Hehe mohon reviewnya ya ^^