Ini cerita memang dibuat rada selengean, jadi harap dimaklum kalau rada sulit dimengerti. Lagian ini cerita udah aku buat dari jaman kapan tapi belum sempet di post karena WB. Berhubung ada event jadi ya udahlah kesempatan dan mendadak dapet ide buat nerusin. Mungkin karena itu juga gaya penulisannya sedikit berbeda, tapi semoga tetep menarik.
Warning : Banyak karakter yang OOC di sini jadi siap-siap aja. Lalu banyak pergantian antara dialog dan suara hati, jadi mohon diperhatikan perbedaan penulisan Italic dan Bold juga tanda kutip. Selain itu cara bicara satu dan yang lainnya berbeda, mohon diperhatikan juga.
.
Note :
Isi hati Naruto
Isi hati Sasuke
'Isi hati yang lain'
"Oke semuanya sekian untuk hari ini. Silahkan pulang," ucap sang dosen mesum berambut silver tanpa memandang murid-muridnya. Hari sudah menjelang sore dan ini mata kuliah terakhir. Para murid pun sudah bersemangat untuk segera membereskan barang-barang mereka dan pikiran masing-masing sudah menuju ke rumah atau ke tempan lainnya selain kampus.
"Sensei, Sensei serius sama projek yang tadi?" Salah seorang murid bertanya, menghentikan pergerakan sang dosen dan juga murid lainnya yang sudah bersiap akan meninggalkan kelas. Dia salah satu murid termanis di kampus ini. Banyak orang yang menyukai gadis ini, termasuk para dosen. Rambutnya kuning cerah panjang dengan berbagai macam hiasan di rambutnya, matanya biru jernih, kulitnya tan dan badannya seksi(?). Bukan hanya penampilannya saja yang cantik tapi dia juga pintar dan sopan. Karena itulah banyak yang tergila-gila padanya. Tapi tidak ada yang tau kalau sebenarnya dia itu lebih dari yang dibayangkan.
"Ada apa Narumi? Kamu ga suka? Apa kurang banyak? Aku tau kamu pintar tapi aku ga nyangka kalo kamu suka banget dikasih tugas. Dengan senang hati aku khususkan tugas tambahan…" Dosen berambut silver yang dikenal dengan nama Kakashi itu bicara tanpa henti, tidak memperdulikan tatapan murid lain yang sudah bosan dengan kelakuannya yang selalu seperti ini.
Ya ampun, ini dosen kenapa sih? Mana bicaranya sok akrab begitu lagi. "Ngga, bukan gitu sensei. Tapi ini kan tugas kelompok."
"Hm, terus kenapa? Ada masalah? Jangan bilang kamu mau sekelompoknya sama aku ya? Duh, ga boleh Narumi. Aku ini kan dosen kamu. Tapi kalo projek yang lain sih boleh-boleh aja," jawabnya genit.
Narumi hampir ingin muntah mendengar ucapan sang dosen, tapi dia tetap memasang muka manis di depan semuanya. "Bukan itu juga sensei, tapi anu Sasuke-kun…" Narumi tidak yakin apa harus meneruskan kata-katanya atau tidak.
"Lo, Sasuke kenapa? Sakit? Mual? Panas dingin? Gatel-gatel?"
Memang susah bicara dengan dosen satu ini. Kenapa dia bisa jadi dosen pun tidak ada yang mengerti. Akhirnya Narumi menyerah dan tidak meneruskan perbincangan. "Ga jadi deh sensei."
"Ya udah deh. Tapi kalo Narumi butuh apa-apa bilang aku aja ya," tawar si dosen sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Narumi. Sumpah kalau bukan sedang di kelas, kalau bukan dosennya, kalo bukan di depan teman-temannya, mungking sudah di mutilasi orang ini oleh Narumi. Tapi untuk sekarang Narumi hanya bisa balas senyum(palsu). "Nah ga ada lagi kan. Udah pada PULANG sana! Buat Narumi hati-hati ya."
"Makasih sensei." Hoek, muntah sudah di ujung lidah tapi ditahan. Sabar ya Narumi, nanti kamu pasti punya kesempatan kok buat nyiksa dia.
Nah, akhirnya Narumi terbebas dari si dosen mesum tadi dan sudah waktunya untuk pulang. Tapi ada satu masalah yang belum selesai gara-gara si dosen itu. Narumi melirik ke sumber masalahnya dan disambut gembira dengan tatapan tajam dari si masalah. Sasuke Uchiha. Tatapannya yang tajam itu serasa ingin membunuh gadis manis kita. Ditatap begitu Narumi inginnya sih membalas lebih tajam lagi, tapi yang muncul malah senyuman dari bibirnya.
Untuk apa aku senyum-senyum padanya? Cih, batin Narumi.
Yang diberi senyum hanya diam saja. Ya pada dasarnya memang dia tidak pernah bilang apa-apa juga sih. Bisanya hanya 'hn' sana sini. Entah apa yang salah. Apa memang tenggorokannya sakit seumur hidup atau karena ada larangan kalau-bicara-bakal-mati? Tidak ada yang tau.
Karena bete dengan kejadian di kampus hari ini Narumi memutuskan untuk cepat-cepat pulang. Dengan mengendarai mobil miliknya, gadis manis ini meninggalkan bangunan kampus yang sudah dikunjunginya selama satu tahun lebih. Dia sudah tidak sabar untuk sampai di rumahnya yang bisa dibilang salah satu rumah terbesar di kota ini. Tapi tidak ada yang tau kalau Narumi tinggal di situ. Tidak juga sih, ada beberapa orang yang tau dan mereka adalah yang Narumi benar-benar percaya untuk diberi tahu. Belajar dari pengalaman lama tidak bagus orang-orang tahu dimana dia tinggal. Bisa jadi neraka yang kedua kalinya bagi Narumi.
Akhirnya Narumi sampai di depan rumahnya. Sehabis memarkirkan mobilnya di garasi dia pun berjalan ke pintu depan dan memutar handle pintu yang tersepuh emas itu. Di sana dia disambut oleh 5 orang gadis yang sudah menunggu kepulangannya.
"Naru-chan udah pulang ya?"sapa Ino. Ino ini seumur dengan Narumi dan dia juga masih kuliah tapi beda kampus. Dia tinggal bersama Narumi di rumah ini.
"Ih bukan Naru-chan tapi Naru-kun! Kita udah nunggu kamu pulang Naru-kun. Cape?" Nah kalau yang ini Tenten. Dia satu kampus dengan Narumi tapi beda jurusan. Gadis satu ini jago banget olahraga.
"Suka-suka kita dong mau panggil apa iya kan, Naru-chan? Naru-chan kan manis." Temari ini lebih tua dua tahun dari Narumi. Dia sudah tidak sekolah dan sama seperti Ino dia pun tinggal di rumah ini.
"Na..Naru-kun met sore." Yang pemalu ini Hinata namanya. Dia dua tahun lebih muda dari Narumi jadi dia masih SMA. Hinata ini jago masak. Hampir setiap hari dia yang memasak untuk Narumi dan yang lainnya.
"Duh, berisik banget sih. Udah deh yang mana aja boleh."Bisa dibilang Sakura ini leader dari keempat gadis sebelumnya. Meskipun Temari lebih tua tapi karena Sakura kenal Narumi lebih lama jadi dia yang lebih mengatur semuanya. Seperti halnya Ino dan Temari, Sakura pun tinggal di sini. Sakura tidak meneruskan sekolah, tapi dia menekuni hobinya mendesain baju dan berencana untuk membuka butik sendiri.
"Hahaha, kalian manis. Iya, aku sudah pulang. Met sore juga Hina-chan. Kalian semangat seperti biasanya ya," jawab Narumi. Atau harus kita panggil Naruto saja? Kenapa? Karena itu nama aslinya Narumi.
"Naruto, sebelum 2 rambut kuning di sana ngelempar pertanyaan ga bermutu mereka mendingan kamu ganti baju dulu aja. Aku dah siapin air buat mandi juga, baju nya juga udah aku siapin di kamar. Hinata lagi nyiapin makan malam buat kita. Abis itu kita bisa makan bareng, ya," perintah Sakura.
"Ih Sakura, nyerobot aja. Siapa yang kuning? Naru-chan juga rambutnya kuning tau, tapi dia manis. Berarti aku juga manis dong," timpal Ino.
"Iya, Sakura sirik aja deh bisa nya," kata Temari setuju dengan komentar Ino.
Kediamannya ini memang selalu ramai, terutama ketika dia pulang dan kelima gadisnya ada di rumah. Tapi keributan diantara mereka tidak boleh dibiarkan. "Girls, jangan ribut. Benar kata Sakura, aku butuh mandi. Kalian tunggu saja ya di ruang makan, sehabis aku ganti kita makan bersama."
"Iya Naru-chan/Naru-kun," jawab semuanya serempak.
Narumi/Naruto berjalan menuju kamarnya dengan santai. Dia menaruh tasnya di samping tempat tidur begitu masuk dan perhatiannya segera tertuju pada beberapa hal disana. Seperti yang dibilang Sakura tadi semuanya sudah siap. Air untuk mandi, baju ganti dan kamarnya pun rapi. Naruto pun masuk ke dalam kamar mandi lalu mulai membuka bajunya satu per satu sampai akhirnya dia tidak memakai sehelai pun. Sehabis itu dia juga melepas jepitan di rambutnya yang membuat rambut panjangnya terlepas dan jatuh ke lantai.
Ya terlepas, karena itu hanyalah wig. Rambut asli Naruto itu pendek dan sedikit acak-acakan, tapi itu yang membuat dia sexy. Naruto pun menyalakan showernya dan membiarkan air mengalir ke badannya. Mulai dari kepala, pundak, dadanya yang bidang, perutnya yang datar, dan ke kakinya yang mulus. Ya Naruto Uzumaki adalah seorang laki-laki. Narumi Namikaze hanyalah topeng yang dia gunakan di depan publik untuk menyembunyikan jati dirinya yang asli.
Naruto merasa segar sehabis mandi. Dia pun akhirnya berpakaian dan menuju ke ruang makan untuk menemui para gadisnya.
"Kyaa! Naru-kun keren seperti biasa!" jerit Tenten.
Naruto hanya tersenyum mendapatkan reaksi yang sudah biasa itu. "Hari ini kita makan apa?"
"Um Naru-kun, hari ini Hina bikin ramen. Soalnya para Neechan bilang mereka pengen makan yang berkuah. Ga apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa, Hina-chan. Apapun yang kamu masak pasti enak. Yang terpenting kita bisa makan bersama. Lagipula siapa yang bakal menolak ramen, hm?"
Gadis berambut raven itu tersipu. "Makasih."
"Nah nah, ayo kita mulai makan aja," perintah Sakura. Dia memang suka sekali bertindak seperti bosa dan perintah sana sini.
Mereka berenam pun makan dengan riangnya. Sudah sekitar hampir satu tahun mereka hidup seperti ini. Mulanya Naruto hanya hidup sendiri karena orangtuanya tidak tinggal di Jepang. Yang pertama kali datang adalah Sakura. Setelah itu datang Ino, lalu Tenten, Temari dan yang terakhir Hinata.
Banyak yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Yang pasti sekarang mereka menikmati hidup mereka yang seperti ini. Kelima gadis ini sangat menyukai Naruto. Mereka bersedia melakukan apapun demi Naruto. Bahkan Sakura, Ino dan Temari rela meninggalkan rumah mereka agar bisa tinggal dengan Naruto. Tapi bukan, mereka bukan pacar Naruto. Tidak seorangpun dari mereka adalah pacarnya. Jika ditanya mereka akan menjawab bahwa mereka adalah gadisnya Naruto, tetapi bukan pacar. Agak rumit memang, tapi begitulah keadaannya.
"Ne Naru-chan, kayaknya kamu ada masalah ya? Cerita dong," tanya Ino tiba-tiba. Gadis satu ini memang lebih sensitif dari yang lainnya. Walaupun Naruto sudah memasang senyum lebar tapi dia tahu kalau Naruto sedang agak mumet.
"Eh, Naru-kun kenapa? Ada yang godain lagi ya?" timpal Tenten sekenanya.
Naruto menghentikan pergerakan tangannya yang sedang menyendok kuah ramen dari mangkuk miliknya dan menatap Ino lalu ke Tenten. "Ah tidak bukan itu. Kalau itu sih bukan masalah baru. Liat saja dosen mesum itu, tiap hari makin genit saja. Kali ini masalahnya lain. Ini soal Sasuke."
"Sasuke? Yang ganteng itu kan?" tebak Temari.
"Idih Temari, Naru-chan lebih ganteng kali," kata Ino.
"Kalo itu sih udah pasti. Cuman komen aja kan. Iya kan Naru-chan?"
"Terima kasih," jawab Naruto sambil tersenyum.
"Um Naru-kun, Sasuke itu yang temannya Neji-nii bukan ya?"
"Iya Hina-chan, yang itu. Dia itu menyebalkan. Tapi ini juga gara-gara dosen mesum itu. Dia yang membuat aku sekelompok dengan si Uchiha untuk membuat laporan."
"Hm, jadi kalian sekelompok. Terus apa masalahnya Naruto?" Tanya Sakura heran. Menurut dia tidak ada masalah yang serius soal itu.
Sang pemuda meletakan sendoknya di atas meja. Dia menarik napas panjang lalu tiba-tiba saja bicara dengan setengah berteriak. "Bagaimana tidak masalah! Bagaimana caranya aku harus berdiskusi dengan orang yang tidak pernah bicara sepatah kata pun kecuali dua huruf menyebalkan itu! Kenapa sih harus dia? Mana dia itu kan alergi perempuan, sedangkan yang dia tau aku ini perempuan! Lalu bagaimana aku harus berdiskusi dengannya? Hina-chan, aku heran dengan kakakmu, kenapa dia bisa tahan dengan orang macam si Uchiha itu?" Tingkahnya yang bisa dibilang OOC ini membuat para gadisnya kaget.
'Oh iya ya,' para gadis itu berpikir hal yang sama. Yang mereka ingat Naruto ini adalah pemuda paling cool yang pernah mereka kenal. Dia selalu tenang dan juga cerdas. Tapi jika sudah menyangkut soal Sasuke dia agak berbeda.
"Udah Naru-kun, jangan terlalu depresi gitu. Kan masih ada kita di sini. Kita pasti bantu kok."
Seperti disadarkan oleh sesuatu Naruto menghela napas panjang dan memasang wajah coolnya lagi. "Iya, terima kasih ya. Kalian memang mengerti aku. Maaf sudah membuat kalian kaget barusan." Gara-gara si Uchiha itu aku jadi OOC, lagi. Apalagi di depan para gadisku ini. Aah, sungguh memalukan. Di fic ini aku kan seharusnya cool. Apa yang salah sih dengan Uchiha? Hm, bicara soal Uchiha.. "Sai kemana ya? Sejak tadi tidak kelihatan. Padahal dia selalu ribut kalau aku pulang."
"Sai minta ijin buat pulang beberapa hari. Katanya sepupunya lagi ada di Jepang jadi dia mau jenguk. Sekalian minta oleh-oleh," jelas Sakura.
"Sepupu itu maksudnya Itachi?" Dia belum dengar bahwa Itachi ada di Jepang, karena itulah Naruto sedikit kaget.
"Lho, Naru-kun kenal anggota Uchiha yang lain? Aku baru tahu," tanya Tenten.
"Iya, tapi dia tidak perlu dibahas. Setidaknya Itachi tidak semenyebalkan Sasuke. Hmm, sudahlah kita nikmati waktu kita saja sebelum Hina-chan dan Tenten pulang. Tidak perlu membahas Uchiha lagi."
"Iya," jawab mereka serempak.
Kita sudah melihat keadaan di tempat Narumi alias Naruto. Bagaimana ya keadaan di tempat Sasuke? Mari kita tengok sedikit.
Berbeda dengan Naruto yang tinggal di rumahnya sendiri, Sasuke memutuskan untuk tinggal di sebuah apartemen bersama dengan sahabatnya Neji Hyuuga yang kakak sepupunya Hinata itu. Sasuke sendiri sebenarnya dari kalangan atas sama seperti Naruto. Keluarga Namikaze, Uchiha dan Hyuuga adalah beberapa nama dari deretan keluarga terpandang di negeri Konoha ini. Tapi daripada tinggal bersama dengan keluarganya dia lebih memilih untuk tinggal sendiri dan menyewa apartemen. Tidak sendiri juga sih, kan ada Neji.
Sasuke yang dikenal sebagai si cowo pendiam tapi cool itu ternyata hanya memperlihatkan sifat aslinya di depan sahabatnya Neji dan keluarganya. Seperti apa ya? Nah mari kita liat.
"Menyebalkan sekali sih perempuan itu. Siapa namanya? Ya Narumi, Narumi Namikaze. Dari semua perempuan yang ada kenapa aku harus satu kelompok dengan dia? Dari semua perempuan yang aku benci dia yang paling aku benci. Aku tidak suka dengan sifat sok manisnya itu. Menjijikan," gerutu Sasuke.
"Hei, hei, berhenti memaki orang. Tidak bisakah kau tenang seperti yang biasanya kau lakukan di depan orang-orang itu? Kenapa kau selalu ribut di depanku?" protes Neji santai sambil berbaring di sofa di apartemen mereka. Tidak seperti Sasuke, Neji tidak sekolah. Dia lebih memilih untuk meneruskan usaha keluarganya. Meskipun dia tidak seantusias itu untuk menjalaninya (jadi inget Shikamaru deh).
"Hah, liat saja rambutnya yang kuning itu! Dia pikir dia cantik? Dia pikir semua orang suka padanya? Apa dia tidak tahu kalau mendengar suaranya saja membuat aku muak? Kenapa Kakashi seenaknya saja memasangkan aku dengan dia? Memang tidak ada perempuan lain? Kenapa harus dengan perempuan? Kenapa tidak dengan laki-laki saja? Memangnya dia tidak tau kalau aku ini benci perempuan? Dia sengaja mau merusak hidupku?"
"Kalau tidak suka ya bilang saja. Bilang 'tidak' sesekali. Buang dua huruf menyebalkanmu itu."
"Kau pikir mudah melakukannya? Kau pikir aku tidak mencoba? Kau tau apa yang akan terjadi jika aku membuat mulutku. Imej Uchiha yang kujaga selama ini akan runtuh begitu saja. Kau pikir itu bukan masalah buatku?"
"Belajarlah berkata manis, seperti kakakmu itu. Kau bisa belajar padanya. Atau mungkin dari adik sepupumu. Meskipun dia agak aneh tapi dia tidak sekejam dirimu ketika berbicara. Coba saja."
Mendengar nama 'kakak' dan 'sepupu' nya keluar dari mulut Neji emosi Sasuke semakin naik. Secara dia tidak suka dibanding-bandingkan dengan kakak dan adikya itu. "Hyuuga! Kau pikir apa yang baru saja kau katakan?! Sejak kapan aku mau berurusan dengan mereka apalagi belajar sesuatu dari mereka?! Kau pikir aku sudah gila?! Sampai kapan pun aku tidak mau berurusan dengan dua orang bodoh itu!"
"Uchiha! Tidak perlu berteriak begitu! Kau pikir aku tuli?!" Padahal sendirinya juga berteriak. "Aku hanya berusaha mengobati kelainanmu itu! Kau pikir aku tidak capek mendengar semua ocehanmu setiap hari, hah?!"
"Jangan seenaknya bicara! Kupikir kau sahabatku! Seharusnya kau menolongku bukannya menjerumuskanku!"
Neji hanya menghela napas mendengar jawaban Sasuke. Dia pun menurunkan nada suaranya sebelum menjawab. "Hah, tidak ada gunanya menolong orang bebal sepertimu. Membuang-buang waktuku saja. Sudahlah aku pergi dulu." Neji pun bangkit dari sofanya dan berjalan menuju pintu keluar.
"Hei, mau kemana kau?! Jangan menghindar!"
"Sesukamu sajalah. Dah, Sasuke," ucap Neji sambil berjalan keluar dan menutup pintu dibelakangnya.
"Hyuuga, tunggu!"
Dan ditinggalah sang Uchiha sendiri di apartemennya. Memang sadis si Neji pergi begitu saja. Tapi salah Sasuke sendiri, siapa juga yang tahan mendengar orang teriak-teriak tepat di kupingnya.
"Awas si Neji kalau pulang nanti mati dia. Tapi ini semua gara-gara si dosen mesum itu. Bukan! Ini semua gara-gara si perempuan Namikaze itu. Kalau saja di dunia ini tidak ada yang namanya perempuan aku tidak akan menderita begini. Kenapa? Kenapa?! KENAPAA?!"
Tiba-tiba telepon genggam Sasuke berdering. Dengan kesal Sasuke meraih benda itu dari sakunya. Tanpa melihat siapa yang menelepon Sasuke menjawab panggilan itu. Terdengar suara seseorang yang sangat dikenalnya dari sebrang sana.
"Hei Uchiha, berhenti merengek dan jangan berteriak! Kau menggangu ketenangan tetangga, apa kau tau itu!" Oh ternyata Neji toh. Padahal belum lama pergi tapi sudah menelepon. Sepertinya Neji tahu apa yang dilakukan sang Uchiha.
"Darimana kau tau kalau aku sedang merengek?! Eh, maksudku siapa yang merengek?! Awas kau ya. Cepat kembali ke sini agar aku bisa merobek mulut cerewetmu itu!"
"Enak saja memerintahku. Aku punya urusan yang lebih penting daripada meladeni anak kecil sepertimu. Sudah aku harus pergi, dan berhentilah merengek."Dan Neji pun menutup teleponnya begitu saja.
"Hei Hyuuga, aku bukan anak kecil dan jangan seenaknya menelepon dan menutupnya begitu saja! Hei! Haloo! Sialan. Awas kalau nanti dia pulang. Benar-benar akan kubunuh dia."
Sepertinya Sasuke benar-benar berniat mau membunuh Neji. Tapi tenang saja, ini bukan pertama kalinya mereka begini. Nanti juga Sasuke lupa, karena biasanya juga begitu.
~Keesokan harinya~
Naruto sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Dia sudah berdandan menjadi Narumi dibantu oleh Sakura, Ino dan Temari tentunya, seperti biasa. Untuk hari biasa jika mereka ingin pergi main bersama, Sakura yang akan mengurusi baju Narumi. Untuk make-up diserahkan pada Ino dan Temari yang menata rambutnya. Tidak berbeda jauh dengan hari sekolah seperti hari ini, hanya saja bajunya tidak se-seksi seperti yang biasa dikenakan untuk main.
Para gadis ini punya sedikit kelainan, mereka sangat suka mendandani Narumi. Sakura sering memakaikan baju-baju yang manis tapi juga seksi pada Narumi. Narumi sendiri tidak keberatan. Untungnya dia memiliki tubuh yang mulus tidak seperti laki-laki pada umumnya. Tapi meskipun mulus dia tetap memiliki otot-otot yang menandakan bahwa dia tetap lelaki sejati.
Kesimpulannya, jika didandani Narumi benar-benar terlihat seperti seorang gadis yang manis. Tapi dengan penampilannya yang biasa dia adalah seorang pemuda yang tampan. Tidak ada yang bisa menolak keduanya. Khususnya sisi Naruto yang asli. Itu adalah salah satu alasan mengapa dia menyembunyikan jati dirinya yang asli.
Semua sudah siap. Sakura juga sudah menyiapkan tas dan semua peralatan sekolahnya. Naruto, oke saat ini Narumi, pun sudah siap untuk pergi tapi sewaktu ingat kalau dia harus bertemu Sasuke tiba-tiba dia merasa malas.
"Naru-kun, jangan menghela napas di pagi hari. Nanti bisa menghilangkan keberuntungan lo."
"Oh, Hina-chan. Iya, aku tidak semangat untuk pergi. Mengingat harus berhadapan dengan Sasuke mendadak aku malas."
"Jangan gitu. Aku udah siapin bekal buat hari ini. Para neechan udah mau berangkat, aku juga harus berangkat. Nanti sore kita ketemu lagi, ya. Ayo semangat."
"Iya, terima kasih Hina-chan. Hati-hati, ya," ucap Naruto sambil mengecup keningnya Hinata. Ini adalah salah satu kebiasaan Naruto. Sebelum kelima gadisnya pergi Naruto akan memberi kecupan di pipi, khusus untuk Hinata di keningnya. Karena dia masih kecil Naruto bilang. Padahal sama saja, toh bukan di bibir.
Dengan semangat baru akhirnya Naruto melangkah keluar rumah untuk menjalani hari lainnya sebagai Narumi. Dia mengendarai mobilnya ke kampus sendirian hari itu. Biasanya Tenten ikut karena mereka satu kampus tapi hari ini Tenten ada latihan karate pagi sekali jadi dia sudah pergi duluan. Di perjalanan Narumi memikirkan tentang apa yang harus dia katakan pada Sasuke. Selama ini dia mempertahankan sikap manisnya di depan siapapun. Apa dia harus mengesampingkan itu semua, menunjukkan sifat aslinya untuk memaksa Sasuke bicara?
"Ah, tidak tidak mungkin. Mana boleh aku bersikap seperti itu. Untuk apa selama ini aku bertahan kalau hanya untuk dihancurkan oleh seorang Uchiha seperti dia? Tapi aku merasa ada yang aneh dengan orang itu. Dia berbeda dengan Uchiha lain yang kukenal. Mereka biasanya kan pintar bicara."
Itulah yang Narumi pikirkan. Tapi setelah berpikir keras akhirnya dia menyesali perbuatannya yang membuang-buang waktu hanya demi seseorang seperti Sasuke. Tidak lama dia pun tiba di kampus. Saat keluar dari mobil dan menguncinya Narumi mendapat pelukan hangat dari seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. Siapakah dia?
"Naru-kuuun! Aku rindu padamu, Naru-kun. Kemarin kau kemana? Aku mencarimu kemana-mana setelah beres kuliah tapi kau tidak ada," seru orang yang berambut merah dan bermata hijau dengan lingkaran hitam di sekelilingnya itu.
"Gaara-kun, dua hari yang lalu kita kan baru ketemu," Naruto menjawab dengan suara Narumi.
"Tapi sehari saja tidak bertemu aku tidak bisa. Aku benar-benar rindu," jawabnya sambil lebih mengeratkan pelukannya pada Naruto. Gaara ini teman satu jurusannya Tenten dan sekaligus adiknya Temari. Gaara tahu mengenai jati diri Naruto dan terobsesi padanya. Sejak saat itu dia selalu menempel pada Naruto dan memeluknya setiap bertemu seperti sekarang ini.
"Gaara-kun, bisa agak pelan ga meluknya? Badan Naru sakit nih."
"Naru-kun, cara bicaranya jangan seperti itu. Seharusnya kamu ini keren."
"Tapi sekarang kita kan lagi di sekolah. Aku ga bisa. Kamu inget, kan?"
"Ha~, iya aku mengerti. Tapi aku lebih suka dengan Naru yang keren dan maskulin."
"Gaara-kun.."
"Oke, aku tidak akan protes lagi tapi hari ini aku boleh main ke rumahmu ya? Aku ingin bertemu dengan Temari juga."
"Boleh, nanti kita pulang bareng aja. Temari pasti bakal seneng deh kamu dateng."
"Terima kasih, Naru-kun. Aku memang suka dengan dirimu yang keren tapi sisimu yang ini juga imut. Membuatku semakin tidak ingin melepasmu."
"Hei Gaara, lepaskan Naru! Kau mau membunuh dia, hah?" terdengar teriakan Tenten dari arah belakang Naruto. Tenten sedang berjalan ke arah mereka dengan tas di bahunya. Dilihat dari penampilannya dia baru saja selesai latihan.
"Tenten, baru beres latihan ya?" tanya Narumi.
"Iya Naru. Waktu mau jalan ke kelas aku liat si rambut merah ini sedang mencoba mau matahin tulang rusuk kamu. Makanya aku mampir."
"Mana mungkin aku mau menyakiti Naru-kun. Dia itu lebih berharga dari apapun, bahkan lebih berharga dari medali emas jelek yang kau bangga-banggakan itu."
"Seenaknya aja kamu menghina medali emasku. Aku ini dapetinnya dengan susah payah tau. Dasar cowo panda!"
"Cewe karung!"
"Udah-udah, kok jadi pada ribut gini sih. Ini kan masih pagi. Gaara-kun, nanti kita ketemu lagi ya abis kuliah sekarang mendingan kita masuk kelas. Aku juga ada kuliah nih."
"Iya Naru-kun, ini semua gara-gara cewe karung ini nih."
"Enak aja cowo panda. Dah Naru, sampe ketemu lagi nanti ya."
Tenten dan Gaara itu memang selalu ribut kalau sudah bertemu. Naruto hanya bisa geleng-gelemg kepala melihat kelakuan mereka. Dia tidak pernah keberatan dengan perlakuan Gaara yang selalu menempel padanya karena menurut Naruto itu terlihat manis meskipun dia laki-laki.
Naruto bertemu dengan Gaara karena Temari. Gaara itu termasuk orang yang tidak terlalu suka banyak bicara dan juga dingin. Hanya jika dekat Naruto saja dia berbeda. Gaara memang menyayangi Naruto meskipun mereka berdua sama-sama laki-laki dan Naruto pun tidak keberatan. Menurut dia gender itu tidak masalah, meskipun Naruto sendiri sempat mengalami pengalaman buruk dengan para pria tapi dia percaya pada Gaara. Lagipula walaupun Gaara berani macam-macam , sebelum Naruto menghukumnya Temari pasti sudah membunuhnya duluan.
Setelah mereka berdua pergi Naruto pun bergegas menuju kelas. Untuk jam pertama ini dia tidak akan bertemu dengan Sasuke jadi dia sedikit tenang. Tapi apa yang sebenarnya dikhawatirkan oleh pemuda satu ini? Bukankah dia sudah terbiasa berurusan dengan Uchiha? Sejak dulu keluarga Uzumaki memang dekat dengan keluarga Uchiha karena itu juga Naruto mempekerjakan Sai di tempatnya dan juga mengenal Itachi.
Bisa dibilang Naruto mengenal hampir semua anggota Uchiha tapi yang mengetahui bahwa Naruto menyamar menjadi perempuan hanya Sai dan Itachi saja. Mereka berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Anehnya Naruto tidak ingat apa-apa mengenai Sasuke. Tidak ada sedikit pun ingatan bahwa ada seseorang seperti Sasuke di keluarga Uchiha. Karena itu pula dia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Lagipula Sasuke itu berbeda dengan semua Uchiha yang dia kenal.
"Pagi, Narumi," sapa salah satu teman satu kelasnya.
"Pagi, Kiba-kun. Udah dateng ya, padahal kamu kan biasanya telat. Tumben."
Kiba adalah salah satu dari sekian banyak fans Narumi. Dia sering terang-terangan menggoda Narumi tapi karena itu juga mereka jadi dekat. Setidaknya lebih dekat dari para fansnya yang lain.
"Iya, aku kan pengen ketemu kamu." Nah kan, baru saja bertemu sudah menggoda.
"Ih, Kiba genit deh. Udah ah kita duduk. Bentar lagi dosennya dateng lho," jawab Naruto sambil duduk di bangku terdekat.
Seperti yang dikatakan Naruto tadi tidak lama dosen pun datang. Mereka segera memulai pelajaran saat itu. Saat ini Naruto sedang tidak bisa fokus karena pikirannya kembali terbang ke masalah Sasuke tadi. Menurut Naruto Sasuke itu mungkin bukan murni Uchiha. Uchiha yang dia kenal adalah orang-orang yang pintar bicara dan atau bermulut manis. Sedangkan Sasuke tidak berbicara sepatah kata pun selain 'hn'. Itu pun masih diragukan apakah bisa dikategorikan sebuah kata.
Walaupun dia benar Uchiha itu berarti ada masalah dengan dia. Sebenarnya Naruto tidak peduli dengan masalah Sasuke tapi karena dalam jangka waktu yang agak lama dia akan berurusan dengan pemuda itu mau tidak mau dia harus peduli. Dia tidak mau masa depannya gagal hanya karena tidak bisa menyelesaikan satu laporan saja.
Apa aku harus mencoba memaksa Sai bercerita tentang Sasuke lagi? Tapi dia selalu berakhir bercerita yang tidak-tidak. Kalau aku tanya pada Itachi dia terang-terangan menolak. Dia selalu bilang kalau tidak asik jika aku tahu dari dia. Apa aku harus bertanya pada orangnya langsung?
Pagi itu pikiran Naruto dipenuhi oleh Sasuke, Sasuke dan Sasuke. Bahkan dia sampai menolak ajakan Kiba untuk makan ramen gratis di waktu istirahat nanti. Tidak sepenuhnnya menolak sih karena sepuluh detik setelah penolakan Naruto sadar apa yang dia katakan dan segera meralatnya. Tentu saja dia tidak akan melewatkan ramen gratis untuk apapun.
Akhirnya waktu yang (tidak)dinantikan datang juga. Di kelas berikutnya Sasuke akan ada di sana. Naruto masih tidak yakin apa yang harus dia katakan pada pemuda itu. Saat Naruto berjalan masuk ke kelas sang pemuda sudah berada di sana duduk di salah satu bangku dekat jendela. Sepertinya dia sedang menerawang karena pandangannya nun jauh di sana. Naruto mempersiapkan wajah imut dan senyum termanis Narumi di wajahnya sebelum dia memberanikan diri untuk menyapa Sasuke. Dia pun berjalan mendekati pemuda itu dan menepuk bahunya pelan.
"Hai, Sasuke-kun. Met pagi," ucapnya sambil mempertahankan senyum manis di bibirnya. Yang disapa hanya melirik dan tidak menjawab, seperti biasa. Naruto bersabar diri, dia tahu kalau Sasuke memang cuek. Sangat cuek. Meskipun sebenarnya dia ingin berteriak sekeras mungkin di depan telinganya dan memukul kepalanya sekeras mungkin tapi tidak mungkin seorang Narumi Namikaze akan melakukannya. Kalu saja dia sedang jadi Naruto sudah habis si Uchiha ini.
"Sasuke-kun, aku pengen ngomongin soal projek dari Kakashi-sensei. Kira-kira ada waktu besok sore? Gimana kalo kita kerjain mulai besok biar cepet selesai gitu. Kan lebih cepet lebih bagus. Gimana Sasuke-kun?"
Sasuke sekarang menatap Narumi yang masih tersenyum di hadapannya. Dia tidak pernah menyukai senyum itu, terlihat palsu menurutnya. Sasuke berpikir tentang kata-kata yang baru saja dilontarkan Narumi padanya. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga.
Semakin cepat aku menyelesaikan projek ini maka aku pun tidak perlu berlama-lama berurusan dengan cewe menyebalkan ini. Hah, ternyata otak bodohnya itu tidak terlalu bodoh juga. Untuk kali ini aku setuju dengan si pirang, ucap Sasuke dalam hati.
"Bagus deh kalo kamu sependapat, Sasuke-kun. Besok kita mau kerjain di mana nih? Apa mau di perpustakaan, di tempat Naru atau di tempat Sasuke?"
Eh? Kapan aku bilang setuju? Sudahlah. Hm, bagaimana ya. Aku tidak mau dia datang dan mengotori tempatku dan aku juga tidak sudi pergi ke rumah perempuan, apalagi dia cih. "Hn."Sasuke berpikir keras di dalam otaknya walaupun wajahnya menunjukkan ekspresi tidak peduli terhadap apapun yang dikatakan sang gadis di hadapannya.
"Oke deh. Kalau gitu besok kita ketemu di perpustakaan ya, abis beres kelas sore. Naru tunggu."
Apa? Aku tidak bilang apa-apa! Sialan cewe ini. Jangan-jangan dia punya ilmu hitam yang membolehkan dia membaca pikiran orang. Sudah kuduga ternyata dia itu penyihir. Cewe memang menyeramkan.
"Tenang aja Sasuke-kun, Naru bukan penyihir kok. Naru janji ga akan ngapa-ngapain hehe."
Benar kan! Benar kan! Dia itu penyihir! Oh Tuhan kenapa Tuhan kau harus menciptakan makhluk menyeramkan bernama wanita?! "Hn!"
Tidak ada yang tahu bagaimana jawaban Narumi bisa sinkron dengan apa yang sedang dipikirkan Sasuke, yang pasti hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Karena itu jugalah jiwa Sasuke sedang histeris walau wajahnya tetap stoic. Di saat Sasuke sedang mengasihani nasibnya saat itu terdengar suara seseorang memanggil Narumi. "Naru-chan, sebaiknya kamu duduk. Sensei akan mulai pelajarannya sekarang."
Narumi melihat keadaan di kelas di mana teman-teman sekelasnya sudah bersiap untuk memulai kuliah dan baru tersadar kalau Anko-sensei sudah berdiri di depan kelas. "Ah, iya maaf sensei. Silahkan dimulai."
~Sore harinya~
"Jadi, gimana Naru-chan? Besok kamu bakal semalaman sama Sasuke loh," goda Ino.
"Tidak, tidak semalaman. Hanya sore saja untuk mengerjakan tugas. Jangan berpikir yang macam-macam," jawab Naruto yang sedang mengunyah cemilan di tangannya.
Seperti yang direncanakan tadi pagi, Gaara datang berkunjung ke tempat Naruto. Saat mereka datang Temari menyambut sang adik dengan riang. Sudah lama juga mereka tidak bertemu. Inginnya sih Temari memeluk adiknya untuk melepas rindu tapi apa mau dikata di situ ada Naruto. Tidak mungkin Gaara mau melepas pelukannya pada Naruto walaupun demi kakak tercintanya. Naruto lebih berharga dari siapapun dan apapun.
Setelah makan malam bersama mereka pun berkumpul di ruang "" dan bersantai sambil menonton dan makam berbagai macam cemilan. Di situ jugalah Naruto menceritakan kepada para gadisnya dan Gaara tentang rencana yang dia buat besok bersama Sasuke. Ino sedang ingin menggoda Naru-nya dengan berkata mereka seperti pasangan yang akan menghabiskan malam pertama bersama yang akhirnya mendapat seruan tidak senang dari para gadis lainnya dan juga tentu saja Gaara.
Naruto hanya tersenyum dengan tingkah para gadisnya. Tanpa mereka dia berpikir bahwa hidupnya pasti akan membosankan meskipun terkadang mereka selalu seenaknya. Tapi mereka ada di sini bersama, itu yang terpenting.
"Sudah sudah, tenang saja. Dia tidak akan mungkin melakukan apapun. Apa kalian lupa kalau dia itu anti wanita? Bisa bertahan duduk dengan jarak satu meter lebih dari sepuluh menit saja aku sangsi, apalagi melakukan hal yang tidak-tidak. Benar kan," ucap Naruto tidak lupa menyunggingkan senyum di bibirnya.
"Bener apa kata Naruto," Sakura setuju. "Hm, tapi Naruto menurut aku ada satu hal lagi yang kelupaan. Mungkin yang ini lebih baha.."
"Kalau apa yang kamu pikirkan adalah aku yang akan berbuat sesuatu tenang saja. Aku tidak tertarik pada Uchiha, terutama Sasuke."
Apa benar ya?
Sebenarnya kelima gadis ini mencurigai sesuatu. Keluarga Namikaze dan keluarga Uchiha sejak dulu hubungannya sangat erat. Selain keduanya menduduki kedudukan tinggi di dunia bisnis tapi juga hubungan kekeluargaannya pun sangatlah erat.
Orang tua Naruto dan orang tua Sasuke adalah partner kerja sekaligus sahabat. Yang mereka tau sejak kecil Naruto sering bermain dengan anak-anak keluarga Uchiha karena hubungan orang tua mereka yang sudah seperti saudara. Tapi sepertinya Naruto memang sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Sasuke padahal mereka seumur. Apa benar Naruto tidak ingat atau hanya pura-pura tidak ingat?
Naruto itu pintar dalam banyak hal, salah satunya adalah berakting. Karena itu mereka tidak tahu mana yang benar dari kecurigaan mereka. Apalagi jika melihat kelakuan Sai jika membicarakan soal Sasuke. Sai selalu melempar pandangan-aku-tahu-sesuatu pada Naruto. Tapi Naruto sendiri tidak mengetahuinya, atau lagi, hanya pura-pura tidak tahu.
Sekian buat chapter pertama! Gimana? Aneh? Menarik?
Aku tahu, aku tahu. Buat kalian yang menyukai Gaara yang cool maaf ya. Tapi demi kelancaran cerita ini jadi mau tidak mau sifat Gaara jadi seperti ini. Aku sendiri salah satu fans Gaara jadi agak sedikit sakit juga sih. Tapi lucu juga liat Gaara yang nempel sama Naruto khekeke.
Kalau ada pertanyaan, silahkan dituangkan aja di kotak review. Mau PM juga boleh, nanti aku jawab :)
