Title : Bad Behavior
Cast :
GOT7 Member's
And others…
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort
Rated : T
Author : Rin Rin Kim ChenMin
WARNING! YAOI!
.
Disclainmer : GOT7 ɷ JYP • Bad Behavior ɷ Rin Rin Kim ChenMin
.
Summary : [This is a GOT7 FanFic] kerumitan cinta—aku mencintai siapa—kamu mencintai siapa. Hanya dirinya dan tuhan lah yang tahu, tapi, bagaimana jika kerumitan cinta ini malah dibuat semakin rumit oleh tujuh orang ini? Warning! OOC! Typo(s), GJ, Alur Kecepetan! dll!
.
WARNING! TYPO BEREDAR DI MANA-MANA! EYD TIDAK BERATURAN! ALUR KECEPETAN! RIN RIN MASIH PEMULA! HARAP DIMAKLUMI!
|prolog;|
Jaebum menatap datar pemandangan yang berada didepannya. Tapi dia menghiraukan dan berjalan berlalu kearah kamar.
Memang apa yang Jaebum lihat?
Hanya—ukh—Jinyoung dan Mark sedang berpelukan mesra dan hampir berciuman. Beruntung sekarang malam dan Jaebum sudah memastikan Bambam sudah tidur, tidak melihat kejadian ini.
Jika Bambam melihat—mungkin saja akan langsung menangis. Sama seperti dirinya, bedanya, dia menangis dalam diam.
.
|story begin;|
.
Itu kejadian lama. Saat awal debut mereka masalah ini dimulai. Entah siapa yang memulai, tapi kejadian ini membuat ketujuh pemuda ini belajar akan suatu hal.
Bahwa saling mempercayai satu sama lain akan memperkuat cinta.
Memang kejadian apa?
.|;;|.
Jaebum menghela nafas, melihat Youngjae menangis disudut kamar dan suara Bambam yang menangis di kamarnya. Suara Jackson yang berteriak marah dan suara Mark yang—tidak perlu diperjelas, yang pasti kedua orang berdarah Chinese itu sedang bertengkar.
Ingin sekali Jaebum menghentikan ini, tapi pertama dia harus menenangkan dua orang yang sedang menangis itu.
"Hiks—hiks—"
"Youngjae,"
Jaebum memanggil, mengusap punggung Youngjae untuk menenangkan.
"Hy—hyung, tid—tidak untuk seka—rang, hiks,"
Jaebum mengangguk ragu, dan memilih berdiri keluar kamarnya menuju ruangan lain.
"KAU TAHU SENDIRI JIKA KAU YANG MEREBUTNYA DULUAN!"[—in Chinese—]
Teriakan Mark bisa saja menganggu tetangga, tapi jujur saja menurut Jaebum masalah yang mereka hadapi hanyalah—masalah sepele yang dibuat rumit oleh mereka.
"HEY MR. TUAN, BERCERMINLAH JIKALAU KAU YANG MELAKUKAN HAL ITU TERLEBIH DAHULU,"[—in Chinese—]
Balasan dari Jackson cukup membuat Jaebum untuk memarahi mereka, kan.
"Jackson, Mark," panggil Jaebum dengan nada rendah yang menggeram, "bicarakan, dengan, kepala, dingin," ucap Jaebum dengan penuh penekanan.
"Tak usah ikut campur, Mr. Im," Jackson berkata dengan emosi disetiap katanya, matanya berkilat marah, "ini urusan ku dengan Mr. Tuan," Jackson melepas bajunya, siap untuk menghajar Mark.
Tidak mau kalah Mark pun melepas kemejanya dan siap melawan Jackson.
BUK.
Satu hantaman di pipi cukup membuat gigi Mark ngilu, tapi karena masih terbawa emosi tak dihiraukannya sakit itu dan memilih membalas Jackson dengan tinjuan lagi.
"Fuck Jackson,"
BUK.
Tinjuan Mark yang sangat keras mengenai rahang Jackson.
"DIAM!"
Jaebum menahan kedua tangan Mark dan Jackson yang melayang itu, matanya berkilat marah karena perbuatan childish yang dilakukan dua membernya ini.
"Bisakah," Jaebum tersenyum sinis, "memakai kepala dingin, kalian tidak tahu ada yang tersakiti dibelakang kejadian ini,"
Jackson menatap sinis Jaebum, "Kau sadar hyung! Manusia bisu ini juga merebut Jinyoung bukan?! Kau harusnya marah!"
"Aku tidak merebutnya bodoh!" balas Mark.
Geraman Jaebum terdengar, namun tak dipedulikan dua manusia itu.
"Besok ada jadwal, kuharap kalian bisa tenang dan berperilaku seperti biasa besok," ujar Jaebum, memutar sedikit tangan Jackson dan Mark.
"Ingat, bicarakan dengan kepala dingin, jangan berkelahi,"
.
Jinyoung berdiri kaku didepan kamarnya, menunggu kedatangan Jaebum.
"Junior, ada apa?"
Jinyoung mengangkat kepalanya, menatap Jaebum.
"H—hyung …"
"Aku mengerti," Jaebum menutup matanya sejenak, "aku juga marah dan kecewa, Junior, tapi …" Jaebum tersenyum tipis dan melanjutkan jalannya kedalam kamarnya.
Jinyoung menghela nafas, bukan ini yang dia inginkan, tapi—ada rasa khawatir dengan keadaan Jaebum didalam kamarnya.
Bagaimana jika ternyata mereka melakukan hal intim?
Bagaimana jika ternyata mereka melakukan hubungan rahasia?
Bagaimana jika—
"Jinyoung-ie, bolehkah kali ini aku tidur bersama mu, please~"
Suara Mark merusak lamunan Jinyoung.
Jinyoung tersenyum tipis, "Boleh hyung, sampai masalah ini selesai … oke?"
"Tentu saja Jinyoung-ie ku! I love you!" ucap Mark.
Jinyoung terkekeh, "I love you too old brother,"
.
Bambam mengusap pipinya, masih terisak, tapi dia berusaha meredakannya. Yugyeom yang melihat kejadian itu semua hanya menatap kosong.
"Aku harus—hiks—bag—bagaimana Yugyeom… hiks," isak Bambam.
Yugyeom tersenyum tipis, "Kau—bersabarlah, aku yakin masalah ini akan selesai—mungkin," ujar Yugyeom dengan desisan diakhir.
"Hiks—Mark hyung,"
Klek.
Pintu dibuka, menampilkan sosok Jackson disana.
"Hyung …?" Yugyeom memandang Jackson tidak mengerti.
Jackson tersenyum hambar, "Ano—aku tidur disini ya, hehe,"
"Huaa Jackson hyung!" Bambam berlari kearah Jackson.
Grep.
Yugyeom menutup matanya, menahan air mata yang bisa keluar kapan saja. Melihat… Jackson membalas pelukan Bambam dengan suatu perasaan, entah sejak kapan.
-0o0-
Semua berjalan begitu cepat, entah bagaimana ketujuh member itu menutup baik masalah yang sedang mereka hadapi didepan kamera. Bahkan didepan kamerapun orang-orang yang saling menghina itu terlihat dekat.
Apakah mereka bertujuh harus diberi penghargaan karena telah menjadi aktor terhebat karena mengecoh publik?
Sepertinya, iya.
Seperti sekarang, bagaimana kacaunya dorm GOT7 sekarang ini. Maknae line hanya bisa berdiam diri dikamar, entah takut atau apa. Dan yang membuat kegaduhan pasti adalah Mark dan Jackson.
Jaebum selalu mengenahi mereka, walau kadang terlepas dan kembali bertengkar.
Sungguh mengerikan jikalau kau ingin tahu, melihat wajah datar Mark yang marah dan wajah Jackson yang biasanya dihiasi oleh senyuman dan tawa konyol terlihat marah.
Tangan kekar Jackson bukan hanya hiasan, tapi juga memiliki kekuatan yang kuat, tenaga yang dilatih sejak masa pelatihan menjadi atletpun juga sangat terasa jika tinjuan tangan mendarat di tubuh, begitulah yang dirasakan Mark.
Tangan tak terlihat berotot bukan berarti tak memiliki kekuatan, Mark membalas serangan Jackson dengan menendang bagian tulang kering dan tangan kanannya meninju bagian bawah dagu Jackson.
Jinyoung yang berada disalah satu sudut ruangan hanya bisa menunduk dengan bahu bergetar, tak tau lagi harus berbuat apa. Jaebum bergeram meremas rambutnya kasar harus bagaimana lagi untuk menghentikan dua Chinese itu.
"JUST SHUT YOUR MOUTH, YIEN, YOU DON'T KNOW ANYTHING!"—Jackson.
"SHUT UP, WANG, ZIP YOU MOUTH!" bentak Mark, "KAU YANG SEHARUSNYA TAU BAHWA KAULAH YANG PALING TIDAK MENGERTI ARTI MASALAH INI, WANG!"[—in Chinese—]
Mata Jackson memanas menahan amarah yang meledak-ledak, tangannya begitu terkepal erat.
Klek.
Pukulan telak Jackson tertahan, mendengar suara pintu terbuka.
"Yugyeom, mau kemana kau?" suara berat Jaebum terdengar, sudah cukup lelah menghentikan pertengkaran konyol duo martial art ini, jangan ditambah lagi dengan masalah lain.
"… keluar sebentar, tidak akan lama hyung," jawab Yugyeom pelan, sambil tersenyum tipis. Lalu berjalan melewati tempat kejadian perkara tadi—dan sekilas menatap Jackson sendu.
Yang tentu saja disadari oleh Jackson, yang membuat Jackson sedikit tersadar.
Bukan satu orang saja yang harus dia lindungi. Tapi—dua orang.
Mengingat dirinya memiliki dua kekasih.
.
Makan malam berjalan begitu canggung dikarenakan pertengkaran tadi. Tidak ada yang berbicara, bahkan mereka kekurangan satu anggota—
Yugyeom belum kembali, tapi tadi maknae itu mengirim pesan singkat ke sang leader bahwa dirinya akan pulang malam.
"Aku sudah selesai makan," Bambam berdiri dengan ucapan yang kaku, tersenyum tipis kepada member lain dan masuk kekamarnya langsung, tidak memperdulikan tatapan-tatapan bingung dari hyungduel nya.
Jaebum menatap lamat anggotanya satu persatu, jikalau ada yang ingin berbicara.
"Jaebum hyung, aku juga sudah selesai," Youngjae berbicara dengan nada bergetar, bahkan untuk berdiripun seperti kesusahan.
Jaebum tidak menjawab, sepertinya sudah langsung mengiyakan lewat tatapan tajam miliknya itu.
Dan kini hanya berempat.
Hyung-line—entah bagaimana bisa Jinyoung disebut hyung-line karena dirinya berada diposisi tengah untuk umur di grup ini.
Menyelesaikan masalah, walau memang tidak mudah.
"Sampai kapan kalian seperti ini?" tanya Jaebum dengan datar, sudah muak tapi dia harus bersabar.
Ketiga orang itu terdiam.
"Kalian tahu bagaimana tadi keadaan dorm, apalagi oleh kalian berdua, Mark—Jackson," Jaebum melirik sinis keduanya, "aku tak peduli dengan soal asmara kalian, tapi jika sampai manajer hyung mengetahui ini, kalian sendiri akan tahu akibatnya," ujar Jaebum.
Jackson menyela, "Hyung, kau tidak tahu betapa bangsatnya pria itu bahkan sampai merebut Jinyoung didepan matamu sendiri?!" Jackson berbicara dengan nada tinggi.
"Apa—" Mark mendelik.
Jinyoung menutup matanya erat, takut.
"Aku tahu," Jaebum memotong perkataan Mark dengan suara yang tinggi, "merebut, merusak, kalian kira aku tak marah?" Jaebum menyeringai, "tapi aku masih punya otak, tidak seperti kalian."
Jackson berdecih sinis mendapat balasan dari Jaebum.
"Seperti kau tidak merebut Youngjae-Ku, Im Jaebum …"
Jinyoung menahan air matanya, dia juga muak.
.
Youngjae menatap Bambam yang bergelung selimut, menahan ketakutan karena sekarang terdengar suara Jaebum yang marah, dan suara Jackson yang membalas Jaebum.
"Hy—hyung …"
Bambam memanggil Youngjae lirik.
"Hm—ada apa, Bamie …" balas Youngjae dengan pandangan kosong tapi bibirnya tetap diusahakan tersenyum.
"Mark hyung—hiks—masih menyayangi ku kan…? Hiks," isak Bambam, meremas kuat selimut yang dipakainya itu.
"Aku tak tau Bamie," Youngjae terdiam, "bahkan aku tidak tahu, Jackson hyung masih menyayangi ku atau tidak …?"
.
Klek.
Yugyeom masuk dorm dengan perlahan, memastikan tidak ada teriakan ataupun suara pukulan.
…
Hening. Syukurlah.
Berjalan pelan-pelan menuju kamarnya dan Bambam, untuk tidak membangunkan member lain.
"Yugyeom-a,"
Frozen.
Tubuh Yugyeom membeku, hanya mendengar suara berat itu.
"Kau dari mana saja,"
"…"
"Kau tahu sendiri berbahaya dimalam hari, Yugyeom,"
"…"
"Kau tahu betapa khawatirnya aku kepadamu—"
"Khawatir …?" Yugyeom berdesis lirih, tertawa hambar.
"Sejak kapan kau menjadi kembali khawatir kepada ku, hyung?" Yugyeom tersenyum kecut, "aku memikirkan sejak keluar tadi, dan—
Lebih baik kita putus hyung,"
Mata lelaki itu membulat, apa maksudnya itu?!
"Yugyeom-a—"
"Sudahlah Jackson hyung, aku tahu, sangat tahu. Kau lebih dulu menyukai Youngjae hyung—" Yugyeom terdiam sebentar, "juga Bambam,"
Jackson terdiam, Yugyeom yang melihat itu hanya menghela nafas dan bergegas masuk kekamarnya dan Bambam itu.
Dibalik pintu, Youngjae yang mendengar hanya bisa menangis lirih. Apa ini salahnya?
-0o0-
Jinyoung menatap keluar jendela, menikmati angin malam sejenak sepertinya juga tidak masalah. Mengeluarkan semua beban sejenak. Dia membutuhkan hal ini.
Teringat kembali saat menginjak gedung agensi, dirinya bersama Jaebum bertemu, dan melakukan audisi bersama-sama, lolos bersama-sama, bahkan debutpun bersama-sama. Disana mereka merasakan kenyamanan dalam artian berbeda. Setelah cukup mental, disaat selesai syuting Dream High 2, Jaebum menyatakan perasaannya kepada Jinyoung. Tentu saja Jinyoung menerima, karena dirinya juga mencintai Jaebum sebagai laki-laki, bukan sosok kakak. Mereka melewati setahun bersama, hingga suatu hari JYPark memberitahu bahwa mereka berdua akan dimasukkan ke grup baru, beranggota tujuh orang. Mau tidak mau mereka menerima, dan saat dipertemukan, Jinyoung belum merasa rela bahwa dia dan Jaebum yang terlebih dahulu debut dimasukkan ke grup rookie belum debut ini. Seakan menyuruh mereka debut dua kali. Tapi seiring berjalannya waktu dan bujukan Jaebum, Jinyoung menerima kelima anak ingusan itu, terdengar kejam memang Jinyoung menyebut kelima orang itu anak ingusan, tapi mau bagaimana lagi, Jinyoung saat itu hanya terikuti oleh egonya.
Jinyoung menghela nafas mengingat masa lalunya, matanya berair mengingat ingatannya itu, seakan kertas film memperlihatkannya dengan lambat.
Dia … merindukan Jaebum-Nya.
Ukh, kenapa bebannya semakin bertambah.
.
Mengendap-endap keluar tidaklah mudah, Jinyoung sangat berusaha untuk tidak menghasilkan suara sekecil apapun, mengingat Jaebum adalah pendengar tajam.
Setelah keluar dari dorm, Jinyoung menghela nafas lega, dan dengan santai melangkah keluar menuju tempat latihan mereka. Tidak lupa tangannya mengetik sesuatu di handphonenya.
—For : Jaebum-hyung
From : Jinyoung
Tittle : -
tempat latihan, pagi—
Bekerja keras sampai tumbang sepertinya tidak salah, melepas penat yang malah semakin menumpuk.
.
Jaebum menghela nafas membaca pesan singkat dari Jinyoung, sudah dipastikan bahwa member yang berada diurutan tengah untuk masalah umur itu sudah kabur sejak sebelum mengirim pesan.
Melihat kesamping, Youngjae yang tengah tertidur mati—maksudnya pasti nanti susah untuk dibangunkan. Sekiranya memastikan Youngjae benar-benar tertidur, Jaebum keluar kamar berlahan, dan menemukan Yugyeom yang sedang duduk di sofa dengan gelas di tangannya.
"Yugyeom," panggil Jaebum, Yugyeom mengangkat kepalanya, "sudah berapa lama kau disana?"
"… baru, empat menit yang lalu, memang ada apa hyung?" tanya Yugyeom.
"Tidak apa-apa," Jaebum menghela nafas menghampiri Yugyeom, "kau pulang jam berapa, dan apa saja yang kau lakukan di luar,"
Yugyeom terdiam sebentar, "Aku … hanya memikirkan hubungan ku dengan Jackson hyung dan Youngjae hyung … tidak lebih," jawab Yugyeom datar.
Jaebum meringis mengingat mereka bertiga mau-maunya memiliki hubungan tidak normal, tapi mereka seperti baik-baik saja dalam menjalankan hubungan itu.
"Jangan bersedih," Jaebum mengacak rambut hitam Yugyeom itu, "walau aneh, tapi aku yakin itu adalah takdir kalian,"
"Bukan itu maksudku hyung," Yugyeom menghela nafas, "aku … putus dengan mereka berdua—err bisa dibilang seperti itu," ujar Yugyeom.
Jaebum ikut terdiam,
"… keputusan yang tepat, untuk situasi sekarang, Yugyeom,"
.
지나가버린어린시절엔풍선을 타고날아가는 예쁜 꿈도 꾸었지
빨간 풍선이하늘을 날면내마음에도아름다온 기억들이 생각나~[—DBSK Ballon—]
Jinyoung menggerakkan badannya mengikuti lagu DBSK Ballon itu, mengingat masa audisi katanya. Kadang mulutnya mengikuti lirik lagu, dan tersenyum kesebelah kanannya, yang seharusnya adalah tempat Jaebum menari disaat audisi saat itu. Tapi—
Yang ada hanyalah dirinya diruangan itu. Sepertinya Jinyoung terlalu banyak berharap Jaebum berada disampingnya sambil menari bersama dengan lagu ini.
Sudah cukup capek dikarenakan menari non-stop selama satu setengah jam, Jinyoung memilih membiarkan tubuhnya jatuh menyentuh lantai ruangan latihan yang dingin itu.
Memang apalagi yang harus diharapkan darinya. Mungkin bisa dibilang dirinyalah yang membuat masalah di grupnya ini mulai.
Seharusnya dia tidak melakukan permohonan itu kepada Mark saat itu—
Seharusnya dia tidak egois—
Seharusnya dia mengerti—
Seandainya waktu bisa diulang, Jinyoung akan mencegah hal ini terjadi lagi—
Seandainya dia bisa mengendalikan pikiran orang dan membuat orang-orang tidak memikirkan masalah ini—
Seandainya—
Klek.
Jinyoung tidak berbalik, hanya melihat dari kaca besar itu.
"Oh, Mark hyung,"
"Ini sangat larut, Jinyoung-ie," ujar Mark datar.
Jinyoung tersenyum tipis, "Aku tidak bisa tidur, jadinya aku kesini untuk menari saja, hyung,"
"Memikirkan Jaebum," tebak Mark, "hentikan saja permainan ini, mengesalkan,"
"… sudah terlanjur, aku tak bisa menghentikan begitu saja, apalagi emosi Jackson hyung yang tidak terkontrol, dan Bambam yang sensitive, aku jadi bingung untuk menghentikan ini," ujar Jinyoung, matanya tertutup lelah.
"Kudengar tadi, Yugyeom sudah putus dengan—Jackson dan Youngjae," ucap Mark, "kau kaget?"
Mata lucu Jinyoung melebar, "… ngg, yeah, aku tidak menyangka akan sampai sejauh ini,"
"Cepat atau lambat, kita akan menjelaskan masalah ini," lanjut Mark dengan suara beratnya, "dan tentunya kau tahu siapa yang berhak disalahkan dalam masalah ini,"
.
"Kami pulang," Jinyoung sedikit berteriak, dibelakangnya Mark menghela nafas karena tahu apa yang akan didapatkannya pagi ini.
Tapi—
Hening.
Apa mereka belum bangun? Ini sudah jam tujuh—eh, maksudnya baru jam tujuh. Tapi setidaknya ada satu orangkan yang sudah bangun?
"Mark hyung, tidurlah dulu, aku akan memasak sarapan," ujar Jinyoung melenggang pergi kearah dapur.
"Kau tidak tidur?" tanya Mark.
"Setelah sarapan," jawab Jinyoung padat, terlalu lelah untuk menjawab dengan kalimat panjang.
Mark mengangguk, akhirnya dia pergi kearah kamar Jinyoung—yang sementara ditempati dirinya juga.
"Oh, Mr. Tuan, kemana saja kau semalam, baru pulang pagi ini,"[—In Chinese—] cibir Jackson, dirinya menyender disamping pintu kamar Bambam—Yugyeom.
Mark berhenti, menoleh sesaat, "Bukan urusan mu, Ka Yee,"[—In Chinese—] balas Mark, menyebut nama China milik Jackson itu.
"Tentu itu adalah urusan ku," Jackson menyeringai, "kau tak tau sudah berapa banyak membuat Bambam menangis,"[—In Chinese—] ucap Jackson.
"Dan kau tidak tahu bahwa Youngjae mendengar kejadian saat itu," Mark membalas, "kurasa kau akan kaget mendengar hal itu, Ka Yee,"[—In Chinese—]
"Darimana kau tahu,"[—In Chinese—]
"Aku melihat semuanya, Jackson, kasihan sekali kau," Mark tertawa sinis.
Air muka Jackson mengeras, menandakan bahwa dirinya marah. Mark yang menyadari perubahan drastis dari teman—dulu—roommate nya itu segera waspada, bisa menahan jikalau orang berotot itu memukul dirinya.
"Fuck you, Yien!" Jackson berteriak sangat keras dan secara cepat melayangkan pukulan penuh amarah ke Mark. Mark yang diserang tiba-tiba itupun hanya bisa menerima rasa sakit, refleknya kurang ternyata.
Bruk.
Tubuh Mark terjatuh, tidak membuang kesempatan, Jackson menindih tubuh Mark dan segera melayangkan pukulannya kembali.
"Bastard, shit, hell—"
"Jackson hyung, hentikan!"
.
"Hy—hyung, apakah sudah agak baikan …?" Bambam sudah selesai mengoles beberapa obat, dan menatap Mark khawatir.
"Yeah Bamie—sedikit," Mark menjawab sambil meringis, sepertinya pukulan ini lebih sakit daripada yang sebelum-sebelumnya, mungkin dikarenakan Jackson masih dibawa emosi karena kejadian tidak terduga tadi malam.
Mark sedikit tenang melihat wajah Bambam, tapi juga sangat menyesal karena dia bisa melihat mata Bambam yang bengkak sehabis menangis itu. Kesalahannya terlalu banyak.
Sedangkan Jackson, dia berada di kamar Youngjae dan Jaebum. Menjernihkan pikiran, itulah yang diperintahkan Jaebum sepuluh menit yang lalu. Dan sekarang dikamar itu bukan hanya ada Jackson seorang, ada Youngjae menemani kekasihnya.
"Hyung …"
"Aku tidak berguna,"
"…"
"Kekasih macam apa aku ini?"
"…"
"Aku membiarkan dia pergi, Youngjae-a,"
"…"
"Aku kekasih yang bodoh,"
"Hyung… sudahlah …"
"Youngjae-a, kau—melihatnya?"
Jackson menatap Youngjae, memperhatikan wajah polos yang sudah lama tidak ia lihat itu.
Youngjae terdiam cukup lama, lalu mengangguk sedikit.
"Itu keputusannya—hyung," ucap Youngjae ragu.
Hening cukup lama, karena kedua orang itu bergelung dengan pikirannya masing-masing.
"Youngjae-a …"
Jackson memanggil lirih, dan Youngjae langsung menoleh.
"Aku mencintai kalian berdua, dan aku tak bisa melepaskan kalian begitu saja,"
.
Sarapan sudah selesai lima belas menit yang lalu—hanya tersisa dua porsi untuk Jackson dan Youngjae diatas meja depan televisi itu. Seperti yang Jinyoung katakan sebelumnya setelah sarapan akan langsung tidur—tapi sepertinya akan tertahan karena Jaebum berada dikamarnya.
"Hyung sudahlah, aku ingin istirahat, lagipula jadwal nanti sore, 'kan?" keluh Jinyoung, dirinya sudah bergelung selimut.
"Tidak sebelum kau menjelaskan kenapa kau keluar malam lagi, Junior," ucap Jaebum datar.
"Aku ketempat latihan," jawab Jinyoung.
"Bersama Mark? Sampai pagi ini?"
"Mark hyung hanya menyusulku saja, dan menemaniku dari jam dua," jawab Jinyoung.
"Dan berakhir Jackson dan Mark hyung berkelahi lagi, aku tidak percaya, Park Jinyoung," ujar Jaebum, bahkan tidak ada satupun emosi yang bisa dikatakan diwajah tampan Im Jaebum ini.
Wajah Jinyoung mengeras, mengapa orang yang sangat dia sayangi itu tidak mempercayainya? Bukankah dulu saat masih berdua mereka berdua saling percaya, dan sejak bertemu lima orang itu—Jaebum berubah, tidak memperdulikannya lagi, tidak memperhatikannya lagi. Apalagi sejak pembagian kamar dorm mood Jinyoung berubah drastis, karena dia ditempati di kamar sendiri dan Jaebum … bersama Youngjae. Bahkan mereka satu kasur—shit, Jinyoung benar-benar marah akan hal itu, dan ini sudah batasnya.
"Terserah jika hyung tidak percaya kepada ku! Hyung sudah tidak peduli lagi dengan ku! Kita selesai, hyung! Sekarang keluar!" mata Jinyoung memanas, suaranya meninggi, tangannya menunjuk kearah pintu akses keluar masuk kamarnya. Dia tidak mau melihat Jaebum, tidak jika memang bukan pekerjaan. Dia muak.
Kepercayaannya menghilang. Sinar mata nya menghilang.
Jaebum melebarkan matanya, menunjukkan emosi di raut mukanya. Park Jinyoung … berteriak marah kepadanya, dengan mata berkaca-kaca.
"Jun—"
"Jangan panggil aku dengan itu lagi jika tidak didepan kamera Jaebum-ssi, cepat keluar jika tidak aku akan memaksamu," ucap Jinyoung dingin, nada bicaranya masih meninggi, benar-benar marah.
Jaebum menghela nafas, memilih keluar dari kamar Jinyoung karena dirinya tau betapa mengerikannya jika lelaki imut itu marah.
Dan jangan lupa—hubungan Jaebum dengan Jinyoung sudah berakhir. Ukh.
.
Mark menunggu disamping dinding luar kamar Jinyoung, mendengar semua percakapan bahkan pertengkaran tadi—eh mungkin pertengkaran tadi didengar oleh semua member. Mark melihat Jaebum keluar dengan raut muka bingung—dasar tidak peka dalam urusan percintaan.
Setelah melihat Jaebum masuk kekamarnya, Mark diam-diam memasuki kamar Jinyoung, dan sudah dipastikan—
Jinyoung menangis keras, biarlah harga diri laki-lakinya hancur, karena ada yang lebih sakit daripada hal lain.
Mark menahan nafas, karena—tidak pernah dirinya melihat Jinyoung sekacau ini.
"Jinyoung-ie …"
"Hiks—Jaebum bodoh—dasar otak kecil—hiks—"
"… kau masih mencintainya," ucap Mark.
"Tentu saja bodoh! Hiks—" Jinyoung berteriak kearah Mark, "tapi lelaki itu bodoh—hiks," Jinyoung menangis, mata yang biasanya bersinar kini meredup. Seakan tidak ada lagi semangat untuk hidup.
Mark terdiam, "Kau mau menghentikan permainan ini, Jinyoung-ie?"
"Sudah kubilang! Semua sudah terlanjur hyung—hiks—aku tak tau lagi cara untuk menghentikan permainan ini—hiks," Jinyoung menjawab sambil terisak.
-0o0-
Jaebum menghela nafas kembali melihat kasurnya dan Youngjae sudah terisi penuh karena Jackson dan Youngjae tertidur pulas sambil berpelukan, apa mereka tidak sarapan, merepotkan.
Tapi … mereka hanya berdua, ya.
Bagaimana dengan Yugyeom?
Jaebum hanya mendesah berat, dan keluar kamar untuk melihat Yugyeom dan Bambam.
Ketika masuk, tidak seperti yang diharapkan.
"Hyung! Akhirnya kau datang!"
Seruan Bambam cukup mengagetkan Jaebum.
"Ada apa, Bambam?"
Jaebum bertanya dengan kaku, karena melihat—
"Yugyeom, dia sakit—!"
Jaebum dengan cekatan mendekati Yugyeom yang terbaring diatas kasur, pantas saja saat sarapan tadi wajah maknaenya ini lebih pucat dari sebelumnya.
"Dia sedari tadi berguman tidak jelas hyung—" Bambam menggigit bibirnya kalut, "apalagi badannya sangat panas, apa kita tidak bisa membawanya ke rumah sakit, hyung?" tanya Bambam penuh harap.
Jaebum mengusap wajahnya kasar, dia berbalik sembari mengambil handphone yang berada di sakunya.
"Kau tunggu disini Bambam, aku akan menelpon Noyoung hyung," balas Jaebum, bergegas pergi dari kamar maknae ini.
Bambam mengangguk walau tau itu tidak akan dilihat oleh Jaebum. Mata imutnya kembali melihat Yugyeom yang menggigil sambil berguman—
"Ja—Jackson hyung … Young—jae hyung … hiks—"
Bambam berpikir, memang ada apa dengan hubungan Yugyeom—Jackson—dan Youngjae? Apa ada masalah?
.
Akhirnya Yugyeom dibawa kerumah sakit, untuk memeriksa keadaanya. Hanya dua orang member dan satu manajer yang menemaninya—Jaebum dan Bambam jikalau kau ingin tahu siapa dua member itu.
"Yugyeom-ssi hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran, saya sarankan untuk tidak terlalu memberi banyak pekerjaan kepadanya, apalagi dengan umur semuda ini. Untuk sementara saya berikan obat ini, dengan teratur dua kali sehari dan habiskan,"
Jaebum menerima obat itu, karena pula dia cukup tau penyebab Yugyeom seperti ini.
Setelah itu, manajer mereka hanya mengantarkan sampai depan apertement, dan berpesan kembali seperti yang dokter katakan tadi. Ketiga member itu hanya mengangguk, dan segera kembali ke dorm untuk mengurangi rasa kecurigaan member lain.
"Hyung, jangan beritahukan kepada member lain, terutama—Jackson hyung dan Youngjae hyung,"
Itulah permintaan Yugyeom, yang tentunya langsung penuhi oleh Jaebum maupun Bambam.
Sesampainya di dorm, Yugyeom langsung menuju ke kamarnya, tidak mau melihat kembali suatu pemandangan ketika memasuki dorm tadi.
Bambam yang melihat roommate nya bertingkah seperti itu langsung menyusulnya, dan Jaebum hanya mengusap wajah nya kasar, air mukanya mengeras. Tapi dia terus menahannya.
"Jaebum hyung—" Youngjae mendatangi Jaebum, "ada apa dengan Yugyeom, tadi kulihat Bambam-ie membawa plastis berisi obat—"
"Dia tidak apa-apa Youngjae, kau boleh kembali makan," Jaebum memotong ucapan Youngjae dengan nada datar, tidak ada ekspresi disana, "jadwal nanti sore, jangan lupa," Jaebum hanya berguman seperti itu sebelum memasuki kamarnya.
Youngjae menatap kosong kesudut ruangan, feeling nya sedari tadi memang tidak enak, sepertinya memang benar perasaan nya.
"Youngjae-a …"
"Hyung …" Youngjae menatap Jackson dengan muka takut, "Yugyeom-ie … aku takut …"
Jackson berdiri dan memeluk Youngjae, mengusap punggung kecil nya itu, "Tenang lah Young-a, hyung yakin masalah ini akan selesai, cepat atau lambat," tatapan Jackson menajam ke salah satu sudut dorm, "hyung yakin …." Jackson berguman dengan suara merendah.
-0o0-
Dua jadwal sudah terlewati, kini mereka dalam perjalanan pulang. Suasana dalam van satu ini cukup sepi. Berisi Jinyoung, Mark, Yugyeom, dan Jaebum. Kadang Yugyeom terbatuk dengan tangannya memegang keningnya sendiri. Merasa semakin sakit, apalagi dengan beban dipikirannya.
Jaebum yang melihat itu dari spion depan itu hanya menatap Yugyeom yang berusaha bersikap normal didepan member lain. Tapi sepertinya sekarang sudah tidak kuat.
"Gyeom-a, kau kenapa?" Jinyoung yang sedari siang curiga dengan sikap Yugyeom segera menanyakan keadaannya.
Yugyeom hanya menatap Jinyoung lesu, "Tidak apa-apa, Jinyoung hyung,"
"Tidak apa-apa bagaimana, kau sedari tadi terlihat pucat dan lemas! Bahkan kau melakukan gerakan dance tadi dengan lambat—"
"Aku tidak apa-apa, eomma,"
"Tapi Gyeom-a—"
"Park Jingyoung, dia bilang tidak apa-apa," suara berat nan datar menghentikan pergerakan Jinyoung. Matanya memerah, bibirnya bergetar menahan amarah yang entah mengapa ingin sekali keluar.
"Kau tidak perlu ikut campur Im Jaebum—"
"Justru kau yang tidak perlu ikut campur, kau tidak tahu apa-apa, Park Jingyoung," Junior, Jaebum mengatakan dengan datar nan dingin, dan mengahiri kalimat dengan menggumankan kata Junior didalam batinnya.
Jinyoung menggeram, jikalau ini bukan dimobil dan ada manejer, pasti Jinyoung sudah menghancurkan wajah Jaebum itu—walau Jinyoung harus akui dia masih mencintai Jaebum dan kini ia hanya termakan emosinya saja, ukh.
Ckiit.
Mobil berhenti 100 meter dari dorm, membuat Jinyoung maupun Mark—yang dari tadi diam saja—kebingungan.
"Junior, Mark, kalian turun disini saja, Jaebum dan Yugyeom ada keperluan,"
Suara manejer menjawab semuanya, dan tanpa basa-basi Jinyoung dan Mark turun bersama-sama walau masih kebingungan.
Tanpa sadar pula Jaebum melihat setiap gerakan Jinyoung yang seakan—tidak ingin jauh-jauh dari Mark.
Membuat hatinya panas saja.
.
"Hyung~ obat apa ini lagi~? Sudah cukup obat yang tadi pagi, pahit~" Yugyeom merajuk untuk tidak diberikan obat lagi, apalagi untuk orang yang membenci obat yang pahit seperti dirinya.
"Obat—entalah, yang pasti kau harus meminum obat ini, dua kali sehari," Jaebum melihat plastik obat tersebut.
Yugyeom menghela nafas, tangannya saling bertaut seakan berdo'a, "Aku berjanji, untuk menjaga kesehatan dan pikiran saya—"
Puk.
Tangan Jaebum menepuk bahu Yugyeom, "Tenanglah maknae, aku akan melindungimu dari masalah-masalah ini," seakan tahu, apa kelanjutan dari perkataan kalimat Yugyeom tadi.
Yugyeom menatap Jaebum dengan pandanganyang tidak bisa diartikan, lalu kembali menatap kedepan lurus, "Tidak perlu lagi, hyung, aku tahu apa yang harus dilakukan, sekarang,"
.
Cklek.
Ruangan gelap menyapa indra mata kedua orang berbeda umur ini. Tanpa basa-basi Jaebum langsung menyuruh Yugyeom untuk masuk ke kamarnya, menghindari kesalahpahaman yang berujung panjang.
"YUGYEOM-A!"
Teriakan Bambam sangat terdengar jelas, sepertinya sedari tadi Bambam menunggu dengan khawatir teman sekamarnya itu. Berarti hanya tinggal satu masalah lagi malam ini …
"Im Jaebum, apa yang terjadi dengan Yugyeom,"
Suara berat seakan menuntut meminta penjelasan, siapa lagi jikalau bukan Wang Jackson, kekasih—maksudnya mantan kekasih Yugyeom.
"Apa urusan mu," Jaebum hanya menatap Jackson dengan tatapan datar.
Srek.
"Yugyeom kenapa, hah?! Kau pasti tau sesuatu kan?! Jangan menyembunyikan sesuatu yang seharusnya aku berhak tahu, Im Jaebum!" Jackson berteriak keras, tangannya juga meraik kerah Jaebum, seakan menantang.
"Kau bukan siapa-siapa lagi, Wang Jackson, kau sekarang hanyalah teman dan hyung baginya, dan sesuai permintaan Yugyeom, kau tidak berhak tahu," Jaebum melepas kasar tangan Jackson dan berjalan santai ke kamarnya—yang kemungkinan malam ini dia akan tidur sendiri, Youngjae mungkin akan sekamar dengan Jackson untuk malam ini dan seterusnya.
Jackson menggeram, memandang Jaebum dengan tatapan pembunuh. Dia semakin curiga dengan kesehatan Yugyeom, apalagi sejak jadwal tadi. Mengingat kembali Kim Yugyeom itu sensitif dan akan sangat berpengaruh dengan kesehatannya sendiri.
Youngjae melihat nya kembali dari balik pintu, hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong.
.
"Hee …"
Bambam membuka mulutnya imut, dia sedari tadi memaksa Yugyeom untuk menceritakan masalahnya dan sekarang, dia sudah mendengarkannya.
"Sudahlah Bhuwakul, kau tidak perlu memikirkannya," Yugyeom menghela nafas karena sudah satu menit lebih Bambam tidak bergerak se-inchi pun.
"Tapi—" Bambam memandang Yugyeom sendu, "aku rasa ada sesuatu yang salah disini," ucap Bambam.
"Apa maksudmu… ada yang salah?" Yugyeom sedikit mendekat kearah Bambam, tertarik dengan topik pembicaraan kali ini
"Mark hyung, dengan Jinyoung hyung," Yugyeom yakin Bambam mengucapkan itu dengan suara bergetar, "Jaebum hyung yang tempo hari itu bertengkar dengan Jinyoung hyung," Bambam menatap Yugyeom, "Jackson hyung hampir setiap hari bertengkar dengan Mark hyung, apa kau tidak merasa ada yang aneh akan hal itu?" tanya Bambam semangat.
Yugyeom mengerutkan dahinya, mencoba berpikir, "Aku rasa … tidak ada yang aneh," jawab nya.
"Kau masih anak kecil, dasar," Bambam menggerutu, kecewa karena Yugyeom tidak mengerti apa yang ia pikirkan.
"Kita hanya berbeda beberapa bulan bodoh," Yugyeom membalas dengan sengit, "dan kau yang terlihat anak kecil dari pada diriku," Yugyeom tertawa penuh kemenangan melihat wajah merengut Bambam itu.
Mereka tidak menyadari, Jackson yang awalnya mau mendatangi Yugyeom untuk menanyakan tentang keadaannya terhenti ketika mendengar suara tawa yang sudah lama tidak ia dengar. Jackson hanya tersenyum maklum, berbalik kearah kamarnya, untuk sementara dia akan membiarkan Yugyeom sendiri dulu.
|tbc;|
Well… apa yang Rin buat diatas hanyalah imajinasi. Jika ada kesamaan waktu, tempat, dan tokoh harap dimaklumi [apa ini]
Oke Rin buat FF GOT7 banyak banget ya *_* maaf lagi terbius sama Jaebum ~ kkk /dibunuh Jinyoung/
Ini FF yang dibuat tahun kemarin dan baru di publikasi sekarang. Wkwkwk miaan~~
Last, mind to [review] [favorite] and [follow]?
Keep calm to next chapter!
