Story Owned By Hikaru Reisa

Naruto owned By Masashi Kishimoto

Pair : SasuFemNaru and GaaSaku (Slight SasuSaku, GaaNaru)

Warn : Sasu Road To Ninja (RTN)! Genderbend, bahasa nyantai, Oocness, Typo!

Rated : T PLUS!

:3:3:3:3:33:3:3:3:3:3:33:3:3:3:3:3:3

[1] PROLOG

"Gimana menurut Lo pacar Gue, Nar? Cantik kan, udah gitu lembut lagi nggak beringasan kayak Lo."

"Ck, lebih cantikan Gue kemana-mana kali. Pacar Lo mah nggak seberapa, nih ya. Gaara itu lebih plus-plus poinnya, ganteng, baik, gentleman nggak kayak Lo yang ingusan! Berarti Gue yang menang!"

Kedua orang itu berguling-guling di atas trampoline kesukaan mereka. Menikmati udara malam, dan bintang-bintang. Rumah yang dekat dan persahabatan yang sudah terjadi sejak Sd membuat mereka bersama sampai saat ini. Tidak ada cinta di antara keduanya, hanya persahabatan itu saja sudah cukup.

Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto.

Persaingan yang sudah mereka mulai sejak Smp. Apapun itu, keduanya tidak ada yang mau kalah. Naruto dengan karakternya yang tomboy, cerewet, agak males, dan memiliki tubuh lihai, sedangkan Sasuke yang tukang jahil, suka berantem, cleanfreak. Mereka memiliki Title yang sama, orang-orang sih sering menyebutnya : PlayBoy dan PlayGirl. Yah itu karena persaingan yang sering keduanya lakukan.

Siapa yang bisa dapat pacar baik, ganteng/cantik, paling banyak juga termasuk.

Pemuda dengan rambut raven itu menatap remeh sahabatnya. "Yee, lebih baik Sakura kali! Lo lihat sendiri kan bodynya yang langsing, tinggi, rambutnya harum. Nggak kayak Lo pendek, rambut nggak pernah di cuci, jorok,~" meledek dengan sarkas.

Gadis yang tadinya asyik menatap langit kini berbalik melihat Sasuke tajam. Rambut pirangnya itu langsung saja di kibaskan tepat di hadapan Sasuke. Kebetulan rambutnya panjang, jadi dengan cepat mengenai wajah sahabatnya. "Gue nggak jorok! Cuman nggak ada waktu buat ngurusin tetek bengek kayak begituan!" berujar dengan teriakan.

Rambutnya bak jarum yang sakit banget pas mengenai wajah Sasuke. Pemuda itu fix balas dendam, "Woi! Udah tahu rambut belum di keramasin masih aja Lo kibasin ke wajah Gue! Bau!"

Naruto ketawa sadis, "Rasain! Ini Aromatherappy supaya Lo pingsan, terus nggak bangun-bangun lagi!"

"Sialan,"

Dengan gemas, sang Uchiha menarik rambut panjang gadis pirang yang masih mengenainya. Menjambaknya pelan, membuat gadis itu meringis sakit. "Hm, yang ada kalo Gue mati Lo nangis mewek, terus ngalah dan biarin Gue menangin ini taruhan! Ahaha!" balas ketawa setan, akhirnya kedua orang itu tarik-tarikan. Biarpun umur mereka yang sudah 23 tahun, tapi tetap saja sifat masih kekanak-kanakan.

"Sakit, anjir!"

"Rasain Lo!"

Sasuke ketawa, Naruto mencak-mencak dan tangannya udah brutal pingin cakar lengan sahabatnya itu supaya ngelepasin rambutnya.

Ya, selama bertahun-tahun sahabatan. Tidak ada cinta di antara mereka, apapun kata orang-orang. Mungkin karena Chemistry keduanya sama sekali nggak nyatu kali ya? Udah gitu sifat mereka berdua hampir sama lagi. Yang ada kalo mereka pacaran, setiap harinya bisa berantem, saingan dan nggak ada yang dewasa sama sekali!

Keduanya masih bergelut, sampai getar handphone masing-masing berhasil menghentikan kegiatan mereka. Sukses Sasuke langsung ngelepas jambakannya dan beralih. "Nah ini pasti My Babe Gue~"

"Cuih, Babe Babe Lo! Palingan cuman Operator doang yang kangen. Nah yang ini pasti dari Honey Bunny Gaara!"

Kompak, mereka bergegas mengambil handphone yang kebetulan ada di meja dekat trampoline. Meja yang sengaja di siapkan untuk menaruh cemilan atau minuman.

Membuka kunci layar.

"Nah, kan bener!" keduanya berteriak sama-sama. Saling lirik sekilas, sebelum akhirnya beralih ke Sms dari pacar.

Selama beberapa detik membaca pesan dalam layar itu, Sasuke lah yang pertama berteriak. "Yes, Baby Saku pingin ketemu Gue sekarang juga~" memperagakan pose kemenangan, pemuda itu tersenyum lebar. Reflek merapikan kerah bajunya yang sedikit berantakan karena bergulat dengan Naruto.

Dan kali ini, sang Uzumaki ikut teriak. "Honey Gaara juga pingin ketemu Gue sekarang juga!" memeletkan lidahnya pada Sasuke. Sukses membuat pemuda di sana mengerutkan kening tak suka.

"Kok bisa samaan? Nggak mungkin mereka janjian kan?"

"Gue nggak peduli, yang penting malam minggu beginian nggak Gue pakai cuman buat habisin waktu sama Lo, Sas. Ahaha, Cuss dulu ya~" melambai singkat, Naruto bergegas turun dari trampoline dan berlari keluar dari halaman rumah Sasuke yang tergolong besar. Tentu aja dengan cekikikan senangnya.

.

.

.

.

.

.

"Maaf kalau aku manggil kamu ke sini, tapi ada yang pingin aku sampein."

"Eh?"

"Aku pingin kita putus, Naru."

"E..eh?"

Berdiri dengan balutan baju terbaiknya, kedua manik gadis itu membulat begitu saja. Senyum yang tadinya terpampang di wajah cantiknya perlahan luntur. Berganti kerutan bingung, dan keringat dingin yang mengalir deras dari keningnya.

Tadi..tadi dia nggak salah dengar kan? Gaara yang biasanya ngeluarin kalimat manis dan senyuman terbaiknya sekarang menatapnya tanpa semua itu.

Apa maksudnya?

"A..apa maksudnya, Gar? Ka..kamu ngajak aku ketemuan di sini bukan buat kencan, tapi-" perkataannya terhenti saat Gaara yang melanjutkan. Wajah tampan dan tubuh yang berbalut pakaian hangat itu menatapnya ragu.

"Maaf, Naru. Mungkin ini keputusan yang baik buat kita, selain itu. Aku ngajak kamu ketemuan di sini untuk memberikanmu ini. Aku memang keterlaluan, aku sadar itu karenanya aku minta maaf yang sebesar-besarnya."

Masih membeku di tempat, Mata Naruto menatap gerak-gerik pac-mantan pacarnya. Pemuda dengan rambut kemerahan itu mengambil sesuatu dari dalam kantung jaketnya. Menyerahkan sebuah lembaran surat dengan warna Gold yang mendominasi.

I..itu, surat undangan.

"Bulan depan aku akan menikah, dan aku berharap kamu datang, Naru. Kalau kamu mau benci, benci saja aku. Semuanya, akan kuterima. Ini memang keterlaluan, tapi aku cuma pingin jujur sama kamu. Kalau selama kita pacaran, aku selalu nganggep kamu itu adik aku. Gadis yang harus kulindungin, bukan kucintai."

Air mata perlahan turun dari pelupuk sang Uzumaki, gadis itu gemetar. Pelan-pelan pandangan pada surat undangan itu tertuju pada Gaara. "Ka..kamu pasti bohong kan? I..ini pasti Cuma kerjaan kamu aja, Gar. A…ahaha, nggak lucu tahu!"

Tidak ada tanggapan, melainkan wajah Gaara yang tidak berani menatapnya. Undangan itu masih ada di tangan pemuda itu.

Naruto geram. "Jadi Lo nggak bercanda?!" panggilan Aku-Kamu yang biasanya ia pakai langsung menghilang begitu saja.

"Maaf, Naru."

Tangisan Naruto makin keras, tubuh gemetar itu menatap penuh amarah. Giginya bergemelutuk, kedua tangannya mengepal keras. "Breng..sek," bibir yang tadinya terisak sekarang mulai mengumpat.

Kedua matanya bahkan masih melirik ke arah surat undangan yang ia tahu itu adalah pernikahan. Dari warna dan desain yang special, "Brengsek Lo, Gar!" berteriak keras. Bukannya mengambil surat yang di berikan padanya, Naruto lebih memilih menampik benda itu. membuatnya terjatuh ke tanah.

Tidak menghiraukan tatapan orang-orang di taman kota. Naruto tidak tanggung-tanggung berteriak, "Setelah Lo putusin Gue, sekarang Lo ngasih surat sialan itu sama Gue?!" menunjuk benda di bawahnya. Pandangannya masih tertuju pada Gaara.

"Aku nggak bermaksud,"

"Halah! Alesan doang Lo! Gue ternyata bodoh selama ini, nganggep Lo itu cowok paling ganteng, baik hati dan GENTLEMAN! CUIH! Gue bahkan berani jamin sekarang kalau Sasuke bahkan seratus persen lebih baik dari Lo! Setidaknya dia nggak pernah buat Gue nangis sampe kayak gini!"

Gaara hanya bisa diam, dia menghela napas panjang, menerima makian gadis pirang itu.

"Aku tahu."

"Elo, memang brengsek! Lo tahu perjuangan Gue buat jadi pacar Lo, Gar?! Gue suka sama Lo, dan sekarang balesannya?! Lo nikah gitu aja, nggak sama Gue?! Anjir banget ya?!" air matanya mengalir makin deras. Sekarang pandangan itu tertuju pada surat undangan yang masih tergeletak di tanah.

Berniat untuk menginjak-injaknya sampai hancur. Tapi langsung terhenti, "Lo pikir Gue bakalan dateng ke acara sialan ini?!"

Kedua maniknya tak sengaja menatap nama calon pengantin yang tertera dengan tulisan berwarna hitam keemasan. Terlihat jelas, dengan font yang manis.

Sabaku no Gaara

And

Haruno Sakura

A-a-apa? Sakura-

Sakura-

Jantungnya berdetak kencang. Apa lagi ini. Belum puas Gaara mempermainkan perasaannya. Tubuh yang tadinya berdiri itu langsung saja berjongkok cepat, mengambil surat di dekatnya. Melihatnya tak percaya.

Sakura, di-dia bukannya pacar Sasuke?

Tubuhnya makin gemetar, siapa yang menyangka. "Ke..kenapa ada nama Sakura di sini?!" suaranya menggelegar. Naruto kenal dengan jelas nama lengkap pacar sahabatnya, karena pemuda itu selalu membanggakan Sakura di depannya. Mengumbar-umbar nama panjangnya yang katanya sempurna itu.

"Lo, tahu kan Sakura itu bunga yang cantik, warnanya lembut, dan indah. Pas banget~"

Teringat bagaimana Sasuke membangga-banggakan pacarnya.

Gaara yang diam membuatnya takut. Jangan bilang ini Sakura, pacar sahabatnya?! "Lo, nikah sama pacar sahabat Gue?!"

"Maaf."

Oke, kesabaran Naruto udah habis. Tanpa basa-basi ia mendekati pemuda merah itu, sekarang dia nggak akan bersikap manis lagi. Tangannya mengepal, bergemeretak gatal ingin memukul seseorang. Dengan kemampuan bela dirinya yang setara dengan sang Uchiha. Nggak perlu berlama-lama lagi-

Buaghhh!

Naruto memukul keras pipi Gaara, membuat pemuda itu terjungkir jatuh. Menatapnya kaget dengan salah satu tangan yang memegang pipinya. Darah mengalir perlahan dari ujung bibirnya yang ikut terkena pukulan.

"Na-Naru-"

Peduli setan-

"Brengsek Lo!"

Gadis itu langsung duduk di atas Gaara, dengan pandangan amarah. Pukulan kembali melayang, di ikuti dengan umpatan.

Buagh!

Buaghhh!

"Brengsek! Brengsek! Brengsek Lo, Gar! Bukan cuman ngehancurin Gue tapi Lo hancurin sahabat Gue juga!"

Gaara seolah nerima semua pukulannya. Buktinya pemuda itu sama sekali nggak melawan atau bicara.

"Brengsek!" Menangis, Naruto pukul wajah sialan itu sampai puas. Sampai berdarah-darah, babak belur.

"Brengsek! Gue kira Lo itu bener-bener pasangan perfect buat Gue, tapi ternyata Lo cuma pengecut yang main di belakang orang!"

Pukulan masih ia lancarkan, sampai beberapa orang berusaha menjauhkan tubuhnya dari atas Gaara. Melerai mereka.

.

.

.

.

.

.

Pulang dengan wajah sembab, membiarkan Gaara yang wajah babak belur karena perbuatannya. Naruto lebih memikirkan keadaan Sasuke sekarang. Jadi gadis itu meninggalkan taman kota dengan cepat dan kembali lagi ke rumah sahabatnya, Sasuke pasti sama hancurnya dengan dia.

Menghiraukan tangisannya, Naruto berlari cepat menuju rumah sang Uchiha. Gadis itu hampir membuka pintu gerbang di dekatnya.

"Nar,"

Suara berat yang tiba-tiba sudah berada tak jauh dari posisinya terdengar samar. "Sas," pandangannya berbalik, menatap pemuda yang kini nampak terengah-engah sama sepertinya.

Sasuke yang berlari mendekatinya, dan tersenyum meledek, "Wajah Lo Jelek." Kembali mengeluarkan ejekannya. Meskipun gadis itu tahu tahu kalau kondisi sahabatnya hampir sama dengannya.

Sakit hati, dikhianati pada hari yang sama.

"Wajah Lo lebih jelek tahu nggak?" berusaha menahan tangisannya, yang ada tangan Sasuke langsung nepuk lembut puncak kepalanya.

"Gaara yang buat Lo nangis, kan?"

Nggak menjawab, Naruto mengangguk samar. "Dia Brengsek, Sas."

"Gue tahu."

Tanpa aba-aba menarik tubuh sahabatnya ke dalam pelukan. Membiarkan gadis itu menyandar pada dada bidangnya. Tangisan Naruto makin keras, berkali-kali meneriakkan nama Gaara.

"Berarti sekarang kita seri dong?" sedangkan Sasuke masih saja bercanda, padahal sang Uzumaki tahu kalau pemuda itu juga pasti sakit hati. Terbukti dari gengaman tangannya pada punggung Naruto, sedikit mengeras saat mengucapkan nama Sakura.

"Mereka nikah bulan depan, dan ninggalin kita gitu aja." Menangis sesenggukan.

"Lo masih sayang sama Gaara?"

"Mana mungkin?! Dia cowok paling brengsek yang pernah Gue kenal! Gue nggak sudi kalau harus dateng ke acara pernikahan mereka berdua!"

"Gue juga sama." Sasuke yang cerewet hanya bisa merespon ucapan Naruto seadanya. Terlihat sekali kan perubahannya, bahkan saat pemuda itu memeluknya. Naruto menengadah, menatap tak sengaja kalau sahabatnya itu tengah menangis dalam diam. Mungkin pemuda itu sengaja meluk dia supaya nggak keliatan kalau sedang nangis.

Air mata mengalir dengan lancar, astaga.

Naruto makin nggak tega, tangisannya berbalik terhenti. Menatap tak percaya kalau sahabatnya yang biasanya kuat itu sekarang menangis. Menggigit bibir bawahnya agar tidak terdengar.

Pikirannya yang masih kacau, langsung bergerak gitu aja. Benar-benar nggak tega, Sasuke itu sahabatnya sejak SD dan dia nggak akan biarin siapa aja buat pemuda itu nangis.

Bibirnya berujar tanpa sadar, menatap wajah menangis sahabatnya.

"Sas, kita balas dendam yuk ke mereka."

"Maksud Lo?" pandangan Sasuke masih nggak berani ngeliat dia. Malu mungkin ketahuan nangis.

"Kita nikah di hari yang sama seperti mereka. Lo, jadi suaminya dan Gue jadi istrinya. Kita tunjukin ke mereka kalau kita bisa lebih bahagia dari orang-orang itu. Sekalian aja nanti kita nikahnya di gedung yang sama terus tinggal di rumah yang dekat dengan tempat tinggal mereka yang baru."

Sang Uchiha Cuma bisa diam, mendengar ide gila sahabatnya.

Bersambung-