Apa kau tahu, dahulukala dunia tidaklah seperti ini, saling bergantung satu sama lain, bersimbiosis untuk bertahan hidup didunia ini, semua hidup mandiri, tidak ada yang bergantung dengan yang lain, tidak ada kata menguning dalam kamus tumbuh-tumbuhan, tidak ada kata mati dalam kamus makhluk hidup lainnya, tidak ada kata terik saat matahari berada dipuncak, semua abadi, sebelum seseorang diturunkan dibumi untuk menjalankan hukuman yang diberikan padanya dan keturunannya yang iri terhadap apa yang didapat oleh orang lain dan membuatnya merubah seluruh takdir yang ada dimuka bumi.

Dia membunuh untuk urusan yang menurutnya tidak adil karena dia egois. Sejak itulah kata sakral 'mati' mulai terdengar biasa ditelinga siapapun, daun-daun mulai menguning, makhluk hidup lain mulai mati, matahari mulai terasa terik, dan kata simbiosis mulai lahir dihari itu, semua berkat seseorang yang mencoba bertahan hidup dan seseorang yang merasa bahwa dia dicurangi...

"Wah~, bukankah kita harus berterima kasih pada orang itu"

"Dunia akan penuh jika dia tidak melakukannya, benar bukan?" gadis berrambut indigo menolehkan kepalanya kesamping untuk melihat tanggapan dari seseorang yang dia ajak berpendapat yang terduduk disampingnya.

"Hah~" terdengar helaan napas dari orang yang duduk disamping gadis indigo itu.

Orang itu merasa jika dia sudah cukup untuk membaca bukunya ditempatnya saat ini, ada jadwal hariannya yang telah menanti dirinya sesaat lagi.

Orang yang diketahui berjenis kelamin perempuan itu mulai memasukan bukunya kedalam tas milikinya dan berniat untuk meninggalkan tempat bersantainya saat ini.

"Kau mau kemana? Aku belum selesai membacanya!" gadis indigo itu mengulurkan tangannya untuk mengapai pergelangan tangan wanita tadi.

"Aku lupa" gadis indigo itu tertunduk, saat sebuah kenyataan menampar sangat keras dirinya.

Dia tidak bisa menyentuh apapun.

Gadis indigo itu menekuk sikunya dan menumpukannya pada pahanya untuk dia gunakan sebagai tempat menyangga dagunya.

Dia menghela napannya, mulai jengah dengan keadaannya yang seperti ini, kenapa mulai, karena dulu dia berharap memiliki kekuatan untuk membuatnya tak terlihat oleh siapapun, agar dia bisa makan sepuasnya tanpa perlu membayar, agar dia bisa pergi kemanapun tanpa perlu bayar, agar dia bisa naik apapun tanpa perlu bayar, agar dia bisa masuk kemanapun tanpa perlu bayar, tidur dimanapun tanpa perlu takut ada yang menghajar dan yang paling dia inginkan dari itu adalah dia akan selalu menang saat dia bermain petak umpet dengan teman-temannya.

Dunia terasa indah jika itu terkabul.

Dan sekarang permintaannya terkabul, tapi dunia terasa semakin kejam, bukan ini yang dia mau. Dia tidak bisa menyentuh apapun, dia tidak bisa melakukan apapun yang dia impikan, hanya satu hal yang terasa nikmat dari kondisinya saat ini, ya, hanya satu, yaitu bisa keluar masuk teater bioskop sesuka hatinya tanpa perlu dia membayar, menikmati setiap film yang diputar oleh petugas sepuasnya tanpa perlu takut diusir dari tempatnya, hanya itu, lainnya, terasa begitu menyiksa.

Jika dulu begitu banyak permintaan yang dia minta pada Kami-sama, sekarang berbeda, sekarang dia hanya meminta satu, meminta agar semua ini untuk segera berakhir.

"Apa aku terkena karma" kalimat itu selalu meluncur setiap hari dari bibir tipisnya yang indah, yang membuat seseorang yang ahli dalam hal bentuk dan stuktur bibir dan wajah seseorang bisa mengetahui bagaimana bentuk dan struktur hal yang tersembunyi dan selalu ditutupi oleh dirinya dan membuat orang itu berfantasi liar jika tidak bisa menahannya.

Gadis itu melihat kearah sekitar, begitu banyak orang yang berkunjung ditempatnya saat ini. Ini jam untuk mengisi perut kosong dan jam untuk mengistirahatkan diri sejenak, pantas terasa ramai.

Dia mulai berdiri dari tempatnya, dia bosan, dia ingin jalan-jalan dan menghibur diri sejenak, ada film yang ingin dia lihat lagi hari ini dan mungkin melihat jadwal film yang akan ditayangkan sesaat lagi.

Dia berjalan dengan santai menuju tujuannya, dia tidak perlu menyingkir atau memberi jalan dari para pejalan lain, dia tidak perlu khawatir dengan tembok yang menghalangi, dia tidak perlu takut dengan bola yang mengarah keras kearahnya, dia tidak perlu berdiri diam untuk menunggu lampu hijau untuk menyebrang, dia tidak perlu tergesa untuk naik kendaraan yang dia inginkan, semuanya dapat ditembus oleh dirinya.

TBC