Author: Lornide
Cast:
- Park Chanyeol
- Park Baekhyun (Kimi)
- Oh Sehun
- Kim Kai
- Kris
- Tao
Genre: Comedy romance, Fantasy, NC-17
Chapter 1: The Transformation
"Arghhh..."
"Shit. Ahhh.."
"Eungghhh..."
"Fuck... Arghhhh!"
Chanyeol menggeram dan mencengkram dua tangan mungil di bawahnya. Berkali ia menggumamkan kata-kata kotor dan lenguhan nikmat dari bibir merahnya. Yang di bawahnya semakin kuat mendesah. Chanyeol mendesis sebal dan membungkam mulut itu dengan sebelah tangan.
"Diamlah, desahanmu itu menghalangi klimaksku!" Chanyeol menggeram tertahan dan memejamkan matanya erat. Sedikit lagi orgasmenya akan tiba. Sedikit lagi dan...
"Lalala~ I'm free~ Yeah, i'm free~"
"Shit!" Chanyeol menghentikan aktifitasnya. Ia bangkit dan menginjakkan kakinya ke lantai. Menggapai ponselnya dengan raut sebal setengah mati karena benda sialan itu menggagalkan klimaksnya. Dengan umpatan kotor ia menekan tombol jawab.
"Apa?" tanyanya dengan nada dingin tanpa basa-basi.
"Yang lain sudah berkumpul. Cepatlah datang, Tao merengek terus." Suara berat disebrang sana terdengar. Chanyeol memutar mata jengah. Ia memutus sambungan telepon dan berjalan mendekati ranjang.
"Ada apa, honey?"
Chanyeol memandang wanita yang terbaring seksi di atas ranjangnya. Ia tersenyum licik. Dengan cepat ia menarik selimut yang menutupi wanita itu. Wanita itu terkejut. Belum sempat mengeluarkan kata, Chanyeol mendahuluinya. "Pergilah."
Tatapan Chanyeol berubah dingin. Ia segera memunguti kemeja yang tergeletak di lantai dan memakainya.
"Kau...!" Wanita itu menunjuk Chanyeol, geram.
"Sttt... Jangan berisik. Aku tidak suka kebisingan. Pergilah, aku juga tidak suka ada orang asing berlama-lama di apartemenku."
"Apa kau bilang?!" Wanita itu berdiri dengan tubuh polos tanpa busana.
Chanyeol menghela napas pelan. Ia meraih dompetnya dan mengeluarkan isinya. Beberapa lembar uang seratus ribu won ia lempar ke atas ranjang.
"Kau pikir aku apa? Wanita murahan?!"
"Aku memberimu uang lebih dari lima ratus ribu won. Apa harga itu termasuk murah?" tanya Chanyeol sarkatis.
"Kau benar-benar...!" Mulut wanita itu menganga tak percaya. Ia bahkan kehabisan kata-kata untuk dikeluarkan. Dengan cepat ia memunguti baju yang berserakan dilantai dan memakainya dengan amarah.
Chanyeol telah berpakaian lengkap, begitu pula dengan wanita itu. Wanita itu pergi dengan langkah kaki yang dihentakkan dengan kuat hingga suaranya menggema. Chanyeol memejamkan mata pelan. Oh, ia sungguh tak suka kebisingan. Bukankah ia sudah mengatakan itu tadi. Apa wanita itu tuli? Itulah mengapa fungsi mulutnya lebih dominan dibanding indra yang lain.
"Uangmu tertinggal," ujar Chanyeol. Wanita itu berhenti sebelum membuka pinta dan menoleh ke arah Chanyeol dengan tatapan sebal. Ia berjalan kembali ke ranjang dan mengambil uang yang tergeletak di atasnya. Chanyeol diam-diam tersenyum.
Wanita itu kembali melangkah pergi. Sebelum wanita itu melangkah keluar dari ambang pintu, ia berkata, "Satu lagi, jangan pernah panggil aku dengan sebutan menjijikan itu."
'Blam'
Dan pintu tertutup dengan bunyi yang cukup keras.
'Meong...'
"Kimi, kau melihatnya?" Chanyeol memandang kucing kesayangannya dengan tatapan lirih. Kimi keluar dari tempat persembunyiannya –kolong meja- dan berjalan mendekati Chanyeol. Lelaki itu menggendongnya penuh sayang. Ia mengelus kepala Kimi lembut.
"Semua manusia memang begitu, tak pernah bisa melawan uang."
"Kimi, kau juga berpikir hal yang sama denganku, kan?"
'Meong...'
Chanyeol tertawa pelan. Entah apa yang ia tertawakan. Ia hanya merasa aneh setiap kali ia bicara dengan kucing, mahluk yang tidak mungkin mengerti apa yang ia katakan.
Chanyeol menurunkan Kimi dari gendongannya. "Aku harus pergi. Aku akan kembali dua jam lagi. Jangan keluar rumah, kau sedang sakit. Aku akan membawakanmu obat." Chanyeol terdiam sejenak. Ia kembali terkekeh pelan. Kebiasaannya bicara pada Kimi sulit untuk dihentikan. Seperti Kimi mengerti saja. Ya, andai Kimi mengerti. Oh, sekarang ia sadar betapa kesepiannya dia. Chanyeol tersenyum miris. Ia mengambil jaket kulitnya dan berlalu pergi.
"Kau yakin Chanyeol akan datang?" Sehun mengetukkan ujung sepatunya berkali-kali. Bosan menunggu. Ia telah berdiri di depan gerbang sekolah selama lebih dari lima belas menit, ditambah dengan cuaca yang cukup dingin malam ini yang cukup membuat kakinya kram. Terima kasih banyak pada Park Chanyeol karena telah membuatnya hampir mati membeku.
"Ia akan datang. Chanyeol bukan tipe orang yang ingkar janji." Kai menggumam namun matanya tak lepas dari psp-nya.
"Aku ingin Yeollie Hyung cepat datang. Hyung, katakan padanya untuk cepat datang." Tao merengek. Ia menarik-narik ujung kemeja Kris.
"Sebentar lagi, Tao. Chanyeol akan datang. Bersabarlah." Kepala Kris mulai berdenyut mendengar rengekan Tao yang tak ada henti-hentinya.
"Apa sih yang dilakukan si jangkung itu? Lama sekali."
"Mungkin sedang mendesah," jawab Kai sekenanya.
"Oh yeah. Ia sedang mengejar kenikmatan dan membiarkan kita tersiksa disini." Sehun sarkatis.
"Ini semua karena ulah gadis jalang itu. Ia merayu Yeollie Hyung. Aku melihatnya tadi siang, ia mengajak Yeollie Hyung untuk nge-seks. Dasar Jessica jalang!"
"Eh? Jessica?" Semua terkejut mendengar penuturan kasar Tao. Kaipun mengabaikan psp-nya meskipun terdengar suara bahwa ia telah K.O.
"Jessica, Sunbae kita? Dari kelas 3.1?" Sehun memastikan sekali lagi. Ia terlihat penasaran sekaligus gusar.
"Jessica si dada montok bak melon? Jessica dengan si tubuh mulus bak gitar spanyol?" Kai ikutan. Ia gusar. Oh, mereka keduluan.
"Kurasa memang Jessica yang itu. Aku juga melihatnya tadi siang. Jessica naik mobil Chanyeol sebelum mereka pergi." Pernyataan Kris memicu keributan yang tidak lain dan sudah pasti ditimbulkan oleh Kai, meskipun Sehun sedikit ikut andil ambil –Sehun ikut mengumpat sesekali.
"Shit! Si jangkung yang beruntung," umpatan kotor Sehun lolos begitu saja dari bibir tipisnya.
"Oh Jessicaku! Oh tidak! Apa yang harus aku lakukan? Aku telah menanti-nanti untuk ngeseks bareng dengannya. Tadi malam aku bahkan mimpi basah dan Jessica adalah partnerku. Tidak!" Kai dengan gaya berlebihannya membuat Kris menutup telinganya.
"Hentikan itu. Terdengar menjijikan."
Semua pasang mata menuju pada sumber suara tersebut.
"Yeollie Hyung!" Tao menghambur berlari ke arah sosok yang baru saja tiba. Ternyata Chanyeol sudah tiba dan berdiri di belakang mereka.
"Hyung, kau lama sekali." Tao mempoutkan bibirnya. Ia menggandeng erat tangan Chanyeol. Sedangkan Chanyeol hanya tersenyum dan mengusap pucuk kepala Tao lembut.
"Hyung! Benarkah kau ngeseks bareng Jessica Sunbae? Hyung! jawab aku hyung! Jawab!" Kai menodong Chanyeol dengan sederet pertanyaan yang menurut Chanyeol tak penting. Jadi Chanyeol hanya menghela napas panjang saja, malas meladeni tingkah berlebihan Kai.
"Kau benar-benar bercinta dengannya?" Namun kali ini Kris ikutan bertanya dan mau tidak mau Chanyeol menjawabnya dengan gumaman pelan, "Yeah."
"OH NOOOOOOOO!"
"Hyung! KAU JAHAT!"
'Pletak'
"Aw! Kenapa kau memukul kepalaku, Hun?!" Kai mengusap kepalanya yang terasa nyeri akibat jitakan Sehun.
"Hentikan dramamu. Aku sudah hampir mati membeku berdiri di sini." Sehun mencibir sembari melangkah masuk ke dalam. Chanyeol diikuti Tao melangkah masuk juga.
"Kau masih punya banyak noona yang lain." Kris menepuk pudak Kai dan mengikuti yang lain. Kai dengan wajah lesu mengikuti Kris dari belakang.
Malam itu sekolah mereka mengadakan festival Halloween. Tak ada yang spesial bagi Geng HS –singakatan dari Handsome, Kai yang memberikan -memaksakan- nama itu sebagai nama resmi geng mereka- selain wanita dengan payudara montok dan seksi yang akan mereka jadikan mangsa malam ini.
Kai sudah lupa akan kegalauannya setelah dikkelilingi sekelompok noona seksi memakai kostum halloween seksi menyerupai kucing. Sehun sudah menemukan targetnya dan menghilang beberapa saat yang lalu. Kris dan Tao naik wahana roll coaster meninggalkan Chanyeol seorang diri.
Chanyeol menghela napas cukup panjang. Bukankah mereka yang menyuruhnya untuk cepat datang. Dan sekarang mereka yang menginggalkannya seorang diri setelah ia sudah disini. Yeah, persetan dengan HS.
Chanyeol mengedarkan pandangannya kesekeliling, mencoba menemukan sesuatu yang menarik untuk ia lakukan. Matanya terhenti pada tenda bertuliskan 'Magical Castil'. Jujur saja ia hampir tertawa membaca plakat tersebut. Terdengar konyol dan omong kosong, namun enatah kenapa kakinya malah bergerak mendekati tenda tersebut dan akhirnya ia berada di dalamnya.
Chanyeol menemukan dirinya berada di dalam ruangan cenayang. Terdapat bola kristal dan lukisan-lukisan bernuansa mistis, ciri khas cenayang. Seseorang dengan jubah hitam terduduk dengan kepala merunduk. Chanyeol tak dapat melihat wajahnya namun ia sudah dapat menebak bahwa orang itu adalah cenayangnya.
Chanyeol merasa dibodohi otaknya sendiri, ia berbalik dan hendak pergi. Namun kakinya berhenti dan ia kembali berbalik setelah suara serak itu terdengar, "Mengapa tak duduk dan coba dengarkan celotehanku anak muda. Mungkin kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekedar omong kosong."
Chanyeol berdehem dan duduk di hadapan orang berjubah itu. Meskipun Chanyeol duduk dihadapan cenayang tersebut namuan ia tetap tidak dapat melihat wajah cenayang itu dengan jelas namun ia dapat menebak cenayang itu adalah seorang wanita, ia sangat yakin setelah mendengar suaranya.
"Hohoho. Menarik." Kalimat itu memecah keheningan yang menyelimuti ruangan tersebut selama beberapa waktu. Chanyeol menatap cenayang itu dengan tatapan introgatif.
Awalnya Chanyeol tak percaya sama sekali dengan hal-hal berbau mistis, ramalan salah satunya. Namun malam itu kepercayaannya sedikit berubah akibat pertemuannya dengan wanita itu. Dan Chanyeol akan menyesalinya.
Chanyeol menggeliat di ranjangnya. Sinar matahari menerpa kulit wajahnya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali membiasakan diri dengan cahaya matahari yang terasa menusuk matanya. Sebuah siluet perlahan terlihat, membelakangi cahaya yang masuk dari jendela kamar yang tirainya dibiarkan terbuka.
"Siapa kau?" Chanyeol tersentak saat ia sadar sepenuhnya bahwa siluet itu adalah seorang wanita.
"Anda sudah bangun, Tuan?" Wanita itu tersenyum lebar menatap Chanyeol dengan mata lebarnya.
"Kau?" Chanyeol menunjuk wanita itu saat ia menyadari bahwa wanita itu tak memakai sehelai kainpun.
"Oy, pemalas Park! bagunlah!"
Oh, tidak! Kenapa sepupunya harus datang disaat yang tidak tepat.
To be continued
