Rizuka : Akhirnya selesai juga nih songfic yang baru! Yeiy!
Ame : Ini sih benar-benar lagu favorit aku nih! ^_^
Yamigawa : Apa bagusnya coba? #plak!
Rizuka : Sorry buat Hiatus yang lama banget dan sebagai gantinya aku bikin fic ini! Well, selamat membaca dan please review~! ^_^
Author : Merodine Rizuka ft. Merodine Ame (?)
Story : Romeo & Cinderella (Part.1)
Characters : Kagamine Rin & Len, Akita Neru, Shion Kaito
Summary : Romeo yang tidak ingin mati sia-sia hanya karena cinta yang tidak direstui dan Cinderella yang tidak ingin keajaiban berakhir pada dentangan jam ke-12. Bagaimanakah kalau mereka berdua bertemu dan mengubah jalan cerita menjadi lebih bahagia? Dan apakah kali ini mereka berdua dapat menemukan arti cinta yang sebenarnya?
Disclaimers : Vocaloid bukan milik kami, kami cuma yang nulis fic ini~ :)
Di suatu negeri, tinggallah seorang anak perempuan bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya. Anak perempuan itu bernasib sangat malang dan sering diperlakukan semena-mena oleh orangtua dan saudara tirinya. Anak perempuan itu bernama Rin.
"Riiiin…! Kau letakkan dimana sepatuku?" ucap salah satu saudara tirinya, memperlakukan Rin seperti babunya.
"Emm… Sebentar… Sepatu kakak baru saja aku bersihkan." Ucap Rin pelan sambil memberikan sepatu itu kepada saudara tirinya.
"Riiiin…! Dimana kau letakkan gaunku?" ucap saudara tiri Rin yang satunya lagi.
"Di lemari kakak, kan sudah aku cuci beberapa hari yang lalu." Jawab Rin.
"Dasar anak tidak berguna. Pekerjaanmu itu lama sekali, sih." Ucap ibu tiri Rin yang tiba-tiba datang. "Bagaimana dengan persiapan untuk hadir di pesta dansa, huh?" tanya ibu tiri Rin.
"Sudah aku siapkan semua, Bu. Jadi, aku boleh ikut, kan?" pinta Rin. Dia sangat mengidam-idamkan untuk pergi ke pesta dansa, dan ibunya bersedia mengajaknya jika Rin bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat.
"Ikut, huh?" tanya ibu tiri Rin dengan nada yang terkesan ditekan. "Tentu saja…"
"Yeiy!" seru Rin senang. Ternyata, kata-kata ibunya belum selesai.
"Apa? Tentu saja kau tidak boleh ikut. Anak sepertimu hanya akan membuat malu keluarga kita di pesta dansa nanti. Kau tetap di rumah dan selesaikan pekerjaanmu." Ucap ibunya.
"Tapi, Bu…"
"Tidak ada bantahan, kau harus ikut aturan. Masih bagus kau diterima untuk tinggal dan hidup disini." Ucap ibunya dan meninggalkan Rin yang mulai menangis sendiri. Rin merasa sakit hati diperlakukan seperti itu oleh ibu tirinya. Segera dia menangis dan berlari menuju kamarnya.
"Ibu jahat! Kenapa aku selalu diperlakukan seperti ini olehnya? Dunia ini tidak adil!" ucap Rin kesal sambil menangis. Tiba-tiba terdengar suara dari depan rumah Rin. Seperti ada yang memanjat kearah kamar Rin. Memang, kamar Rin berada di lantai 2.
"S-Siapa itu?" tanya Rin pelan, berharap itu adalah ibu peri yang dikirimkan untuk dia seperti di dongeng-dongeng. Ternyata, yang naik malah seorang anak laki-laki berambut kuning.
"Sssstt…" ucap laki-laki itu sambil menutup bibir Rin dengan telunjuknya.
"Dimana anak itu?"
"Wah, sial! Ternyata, dia lari cepat juga, ya!"
"Kalau begitu, kita akan berpencar!"
Terdengar beberapa orang seperti sedang mengejar seseorang. Rin pun sadar tentang anak yang berada di hadapannya ini. Rin mengira kalau anak laki-laki ini adalah penculik yang sedang dikejar.
"Huh… Hampir saja…" ucap anak laki-laki itu.
"K-Kau… Penculik, ya?" tanya Rin takut.
"Kalau iya?" tanya anak itu. Rin menjadi gemetaran karena takut. Perlahan, anak itu mendekat dan mengelus rambut Rin. "Tenang saja. Aku bukan penculik, kok. Sebelumnya, terimakasih, ya." Ucap anak itu.
"E-Eh?" Rin menatap anak itu dengan wajah tersipu. Saat Rin memperhatikan wajah anak itu, hati Rin menjadi berdebar-debar dengan sendirinya.
"Hei, aku pergi dulu, ya. Mau ikut tidak?" tanya anak laki-laki itu.
"Eh? Kemana?" tanya Rin.
"Ke taman. Aku bosan sekali kalau sendirian. Mau menemaniku?" ajaknya.
"B-Baik. Tapi…"
"Namaku? Ok, namaku adalah Len. Aku tunggu di bawah, ya." Ucapnya dan lalu kembali melompat melalui tempat tadi dia naik. Sementara Rin segera berganti pakaian dan menuju pintu rumahnya.
"Cukup lama," ucap Len.
"M-Maaf." Ucap Rin pelan.
"Huh? Baiklah, ayo." Ucap Len dan lalu berjalan menuju ke taman kota diikuti oleh Rin.
Sampai di taman kota, Rin duduk di salah satu kursi berwarna silver di taman itu. Suasananya sudah sangat sepi disana, karena semua orang sedang menuju ke pesta dansa. Rin dan Len pun duduk disana hanya berduaan saja.
"Hei, siapa namamu?" tanya Len memulai percakapan.
"R-Rin."
"Oh… Kau masih menganggapku penculik, huh?" tanya Len. Rin menggeleng perlahan. "Lalu, kenapa kau duduk begitu menjauh dariku, huh?"
"Itu karena… Aku belum terlalu mengenalmu." Ucap Rin.
"Kau tidak mengenalku, huh?" tanya Len.
"Aku tahu kalau namamu itu Len. Itu saja." Ucap Rin. Len menggeleng-geleng sendiri.
"Ok, ok. Tidak apa-apa, kok." Ucap Len.
"M-Maaf… Kalau boleh tahu, kenapa tadi kau dikejar oleh orang-orang itu?" tanya Rin pelan.
"Tidak apa-apa. Mungkin mereka memang hobi bermain kejar-kejaran." Jawab Len asal.
"Bohong?" tebak Rin.
"Kau sendiri? Kenapa kau menangis sendirian didalam kamarmu, huh?" tanya Len.
"Itu karena… Ibuku tidak membiarkan aku ikut ke pesta dansa. Padahal, aku ingin sekali ikut dan bertemu dengan pangeran. Mungkin saja nasibku bisa seperti yang ada di dongeng Cinderella." Ucap Rin. Perlahan, Len tertawa sendiri.
"Hahaha… Percaya pada dongeng, huh? Hahaha…" ejek Len. Rin pun menjadi kesal.
"Kau sendiri memangnya bisa apa, huh? Tiba-tiba saja datang dan masuk kedalam kamar seorang perempuan!" ucap Rin kesal.
"Itu kan karena aku terdesak." Jawab Len.
"Uh…" Rin terdiam. "Kau tahu? Dongeng itu bilang, kalau kau mempercayainya, maka dongeng itu akan menjadi nyata di kehidupanmu. Tapi, ternyata itu semua hanya bohong, ya?" tanya Rin.
"Kau mau aku membuatnya jadi nyata, huh?" tanya Len.
"Maksudmu?" Rin bertanya balik.
"Ayo ikut ke rumahku." Len langsung menarik tangan Rin dan mengajaknya ikut bersamanya menuju ke rumah Len.
Setelah tiba di rumah Len, Rin menjadi sangat terkejut melihatnya. Bangunan di depannya itu lebih cocok dibilang istana dibandingkan dengan rumah. Apalagi, setelah Rin masuk kedalam rumah Len. Dia bertambah terkejut lagi.
"Len, ini rumahmu?" tanya Rin kagum.
"Iya. Memang kenapa?" tanya Len dan terus menuntun Rin menuju ke salah satu kamar.
"Tunggu!" Rin tiba-tiba menyadari sesuatu. "Jangan bilang kalau kau adalah pangeran Len yang sudah bertunangan dengan puteri Neru. Iya, kan?" tanya Rin, berharap Len menggeleng, tapi, Len malah mengangguk kali ini.
"Memang benar. Lalu?" tanya Len, seakan itu bukanlah masalah besar baginya.
"Kalau kau sudah bertunangan dengan putri Neru, kenapa sekarang kau mengajakku ke rumahmu?" tanya Rin panik.
"Aku yang punya rumah, aku bebas membawa siapa saja ke rumahku, bukan?" ucap Len enteng.
"T-Tapi…"
"Sudahlah, pertunangan aku dan Neru juga tidak akan bertahan lama lagi, kok." Ucap Len.
"Maksudmu?" tanya Rin.
"Yah. Kau tahu kan cerita Romeo dan Juliette?" tanya Len. Rin mengangguk.
"Ya. Romeo yang rela berkorban apa pun, bahkan nyawanya sendiri, hanya untuk bersama dengan Juliette, kan?" ucap Rin.
"Nah, bukankah itu adalah hal yang bodoh? Untuk apa aku melanjutkan hubungan ini, kalau orangtua Neru saja tidak merestui hubungan kami. Iya, kan?" ucap Len dan membuka pintu kamarnya.
"Tapi, tidakkah kalian berdua saling mencintai?" tanya Rin.
"Cinta itu bukan apa-apa bagiku. Mudah sekali untuk mengatakan aku cinta kepadamu, tapi sulit sekali untuk mengartikan kalimat itu. Dan menurutku, mati demi orang yang dicintai hanyalah alasan yang bodoh." Ucap Len. Rin tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Kau hanya belum mengerti indahnya perasaan cinta itu, Len. Mungkin, mati memang bukan jalan yang baik, meskipun itu demi cinta. Tapi, apa yang dibutuhkan untuk saling mencintai hanyalah kasih sayang. Dan kasih sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya seiring dengan waktu. Saat kau sudah mengerti itu, kau baru akan mengerti kalau apa yang dilakukan Romeo itu tidak sepenuhnya salah." Ucap Rin.
Len pun menoleh kepada Rin dengan wajah tersipu. Seakan-akan, Len baru saja menemukan apa yang dia coba untuk temukan selama ini. Seseorang yang mampu berkata demikian. Ya. Rin adalah orang yang selama ini dinantikan oleh Len.
"Hei, didalam lemari ini ada banyak gaun untuk kau pakai. Pilihlah salah satu dan kita akan segera berangkat ke pesta dansa itu. Bagaimana menurutmu?" tanya Len. Rin terdiam, tidak percaya.
"Benarkah?" tanya Rin.
"Benar. Tapi, sebelum itu…" Len memejamkan matanya, dan perlahan wajahnya mendekat kearah wajah Rin. Rin yang melihat itu pun berubah menjadi tersipu dan bahkan wajahnya memerah. Perlahan, Len membisikkan nama Rin.
"Rin…"
"U-Uhh… Mmm…" Rin merasa seluruh tubuhnya bergetar. Bibirnya yang halus baru pertama kali bertemu dengan bibir seorang laki-laki. Perlahan, Rin merasa tubuhnya menjadi hangat.
"Ini adalah karena kau terlalu banyak bicara tadi. Sekarang, segera ganti pakaianmu dan aku akan menantimu di depan pintu kamar." Ucap Len, bergegas menuju keluar dari kamar tersebut. Sementara, tinggallah Rin yang berdiri mematung disana. Dia masih tidak percaya dengan apa yang barusan dialaminya.
"Len… Mencium bibirku, huh?" gumam Rin tidak percaya.
Sementara itu diluar kamar,
"Rin. Hmm… Dia gadis yang selama ini aku cari. Aku akan melakukan apa pun demi dia. Meskipun, itu akan membuatku mati hanya demi dirinya. Hehehe…" gumam Len senang.
Dan malam itu pun Rin akan memulai kehidupan barunya yang sangat berbeda. Tapi, apakah akan semudah itu perjalanan cinta mereka? Sementara, hubungan Len dan putri Neru juga masih kurang jelas. Ditambah lagi orangtua Rin yang amat jahat terhadap Rin. Apakah Len dan Rin tetap mampu mempertahankan cinta mereka?
Part 1 selesai~!
Cuma ada 2 Part doang, sih… Tapi, review tetap di tunggu~! :)
Sebelumnya, aku minta maaf buat yang sudah request fic "Trick or Treat" sama "Rainbow Pallete" ke aku. Aku belum bisa bikin sekarang, karena aku kurang tahu tentang jalan cerita lagunya. Maybe, nanti deh. Ok? Akhir kata, revieeeew~!
