daddy's back

disclaimer
hetalia series © himaruya hidekazu
fanfiction © pindanglicious

saya tidak mengambil sedikit pun keuntungan dari pembuatan karya ini.

warning: human names / au / drabble / platonic uk & us


Alfred kecil sebenarnya bukan seorang anak tendensius yang gemar berkoar tentang impiannya kelak, walau ia punya determinasi di balik matanya yang sebiru lazuardi.

(—sebelum ia menyadari, betapa lebar punggung ayahnya selama ini.)

"Dad, punggungmu wangi kesturi dan bubuk mesiu, enak harumnya."

Ini bukan kali pertama Alfred mengungkap apa yang disebut impresi. Tangan mungilnya bergerak menggapai kain piama ayahnya, meremasnya pelan. Ada getaran yang menjalar sampai hati; apa ini?ia tak mengerti. Satu detik itu habis dengan sekejap kagum bercampur segan.

Ia bisa melihat jelas punggung ayahnya ketika waktu tidur menjelang. Ayahnya selalu tidur membelakanginya jika dia lelah seusai membacakan cerita. Tak ada alasan khusus kenapa Alfred sangat menyukai punggung ayahnya.

Badan Ayah mungkin tak sebagus milik Uncle Anthonyayah dari kawan Grumpy Italian-nyatapi di sanalah Alfred bisa menumpah air mata, bisa bersandar, bisa tertidur pulas kalau-kalau ia letih. Mungkin ini konyol; tapi tak bisa dipungkiri kalau sosok ayahnya adalah alasannya untuk bermimpi. Untuk bercita-cita; bukan sekadar berdelusi.

Arthursi Ayah bernapas kala itu; dengan napasnya yang teratur dan pelan. Alfred bisa membandingkan detak jantung sang ayah yang didengarnya dengan arloji yang ditaruh pria dewasa itu di bawah bantal. Si bocah pirang tersenyum simpul, kemudian menyelimuti tubuh mungilnya dan tubuh besar sang ayah sebelum kelopak matanya benar-benar terkatup rapat.

"Dad punya punggung besar dan tegap untuk melindungi orang yang kausayangi. Aku ingin seperti Dad. Jadi seorang hero,"

Begitu Alfred berbisik dari balik punggung sang bapak, tak menyadari senyum kecil Arthur dalam diamnya.

end