Jatuh Cinta.
Terdengar sangat bodoh dan menggelikan. Baginya, jatuh cinta itu adalah hal yang sia-sia dan membuang waktu.
Benar kan?
Kenapa, dan untuk apa? Kenapa banyak orang yang menyakiti dirinya sendiri hanya karena hal itu?
"YING!"
Namun ia harus menelan ludahnya sendiri.
Karena sekarang, ia sedang berlari mengejar sebuah pesawat yang hendak lepas landas. Meneriaki sebuah nama yang bahkan tak dapat mendengarnya, dan tetap ia lakukan meski tau itu semua percuma.
Tubuhnya mulai melemah seiring dengan bertambahnya kecepatan mesin terbang itu. Perlahan kedua kakinya melambat dan kini ia berlutut, memandang kepergian sebuah pesawat yang membawa cintanya. Langit berbintang menjadi saksi bisu tangisan dalam diamnya.
"Kau pembohong, Ying."
Dinginnya udara malam tak dihiraukannya kala panas yang mengguar dari tubuh dan rasa sakit yang ada dihatinya mengalahkan itu semua.
Ying.
Dia adalah malaikat penyemangat hidupnya, seorang gadis yang kembali membangun mimpinya yang sempat runtuh karena guncangan kehidupan.
Tapi, semua janji yang mereka buat bagai terhempas pergi saat sang gadis memutuskan untuk pulang ke negeri tirai bambu itu tanpa sempat ia ungkapkan rasa yang melonjak dalam jiwanya.
Restu, menjadi benteng yang menjulang tinggi untuk mereka lewati, Karena sebuah alasan yang takkan mereka khianati, Yaitu Tuhan.
Jika bisa, Halilintar ingin membawanya pergi sejauh mungkin dari sini. Membawanya ke suatu tempat yang takkan siapapun menemukan mereka, Agar mimpinya untuk bersama Ying bisa menjadi kenyataan tanpa terhalang sesuatu yang membuatnya berhenti berharap.
Tapi, apalah daya. Ia hanya seorang manusia. Takdir hidup dan cintanya telah diatur dalam skenario Yang kuasa.
.
.
.
Rentetan pulau dan laut yang dilewati mesin terbang itu menjadi pemandangan menyakitkan di mata seorang gadis yang tengah terduduk lemas di kursi pesawatnya.
Berat rasanya meninggalkan Malaysia. Negeri dengan sejuta kenangan itu harus ia tinggalkan karena sang Ayah memintanya untuk pulang.
'Titah' mutlak dari sang Ayah mengharuskannya pasrah, Semenjak ia tau bahwa dirinya dekat dengan seorang pemuda dari Pulau Rintis, Tempatnya untuk berlibur.
Matanya berkaca-kaca ketika memorinya kembali memutar kenangan-kenangan indah bersama Halilintar. Seorang pemuda yang awalnya tidak ia sukai, kini menjadi seseorang yang sulit untuk ia lupakan. Tanpa sepatah katapun, mereka harus berpisah. karena Ying telah memegang sumpah untuk menikah dengan pilihan keluarganya.
Ia tak mau terus menerus menyakiti Halilintar.
Dirinya hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti mereka akan kembali bersama. Entah bagaimana cara takdir mempertemukan mereka lagi, tapi ia yakin, dimasa nanti mereka akan bertemu dengan cara yang tak terduga.
"Halilintar, maafkan aku.."
Dan ia kini sadar, tak seharusnya dulu mereka membuat janji untuk selalu bersama, Tapi ia terlanjur terpikat dengan pemuda bertopi merah itu.
Ditengah sunyinya malam, tanpa sadar setetes air mata jatuh. Air mata yang menjadi bukti betapa rapuh jiwanya karena cinta terlarang.
.
.
.
TBC
.
.
.
Oke pasti bakal pada bingung yah hehe, jadi ff ini aku ubah beberapa hal, dari mulai judul sampe sedikit alur cerita karena pas aku baca lagi, jalan ceritanya gaakan nyambung kalau ga aku ubah. Jadi yah, gini. Semoga masih ada yang mau baca ya, aku reupload ulang soalnya xD
Yaudah segitu aja ya, makasih buat yang udah bacaa, kritik saran selalu diterima dan Review jika berkenan :)
