Start Up

Disclaimer : SAO bukan milik saya, kalau milik saya main pairnya bakal KiriShino atau EuKiri

Chapter 1 : Tata Ulang


Narusaka Kazuto, anak laki-laki dari seorang programmer dan computer engineer, Narusaka Yukito dan Narusaka Aoi, adalah anak yang nakal.

Jika kamu bertanya kepada seseorang tentang Kazuto, pasti itu adalah jawaban yang akan mereka lontarkan. Baru kemaren, dia sudah berhasil membuat kakeknya geram dengan kejahilannya. Dia mengganti isi stroberi daifuku kesukaan kakeknya menjadi wasabi. Tentu setelah kakeknya terbatuk-batuk dan bergegas meneguk teh panas miliknya, Kazuto langsung dipanggil untuk menerima hukuman pukulan bertubi-tubi dari shinai tercinta kakeknya.

Makanya sekarang Kirigaya Suguha, adik sepupunya yang hanya berbeda setahun darinya dan sesama teman sekolah kendo, menempelkan koyo untuk lebam yang berada di sekujur tubuh Kazuto.

"Ini salahmu sendiri bukan, Onii-chan? Kenapa kakak suka sekali menjahili kakek sih, padahal ini bukan pertama kalinya kakak kena hukum."

Suguha sengaja menepuk punggung kakak sepupunya cukup keras ketika dia menempelkan plaster koyo untuk bagian yang tampak lebih biru daripada daerah lainnya. Kazuto hanya bisa mengerang kesakitan atas perlakuan kasar anak gadis itu.

"T-Tolong rawat aku dengan lebih lembut, Sugu. Aku mungkin tidak terbuat dari kaca tapi sekujur badanku serasa seperti koran lecek yang diperas…"

Perkataannya hanya disambut dengan tepukan koyo yang lebih keras di pipinya. Namun, saat Suguha melihat kakaknya kembali merintih kesakitan, dia mengelus pipinya dengan lembut sambil menghela nafas.

"Kalau paman dan bibi mendengar perbuatan kakak mereka akan marah loh." Sambil merapikan kembali kotak P3K yang dia letakkan di sampingnya, Suguha kembali menegur Kazuto yang tidak pernah kapok.

"Ho ho ho, kau meremehkan orang tuaku, Sugu. Saat ayah mendengar perbuatanku pasti dia akan memujiku… ekh, tapi ibu mungkin akan menceramahiku…" sebelum Suguha bisa mengatakan 'tuh, kan.' Kazuto melanjutkan perkataannya, "karena kejahilanku ketahuan oleh kakek. Argh aku tidak ingin duduk seharian mendengarkan bagaimana ibu akan melakukan aksinya…"

Suguha hanya bisa merebahkan kepalanya ke telapak tangannya, mempertanyakan kenapa keluarga sepupunya begini. Pembicaraan mereka berhenti saat ibu Suguha memanggil mereka ke dalam rumah untuk makan siang. Berdiri terlebih dahulu, Suguha mengulurkan tangannya untuk menarik kakak sepupunya beridiri.

"Aha, sankyuu Sugu." Sahut Kazuto dengan senyum, "Masakan bibi, kah. Akhirnya aku bisa makan enak… tidak ada yang bisa memasak di rumah kami, aku hampir muak dengan makanan take out." Kazuto menjulurkan lidahnya untuk menekankan maksudnya.

Suguha menjentikkan jarinya ke dahi Kazuto sambil tertawa kecil, "Kalau tante tidak bisa memasak, kakak dong yang belajar masak. Sugu sudah mulai belajar loh cara masak dengan mama."

Kazuto tersenyum licik mendengarnya, "Itu artinya kalau aku mau makan tinggal minta Sugu masakin kan?"

Kazuto lari sebelum dia bisa disergap adik sepupunya, "Bukan begitu jugaaa!" teriak Sugu sambil mengejar Kazuto.

Di saat mereka berdua sampai ke ruang makan, mereka berdua dimarahi karena berlari-larian di lorong.


"Oi… Oi, Kazuto, wake up. Our recess will be over soon."

Mendengar bahasa asing di telinganya, Kazuto dengan sayup-sayup mengingat di mana dia sekarang. Menguap nyaring, dia tidak membangunkan diri dan malah membalikkan badannya, mengganti posisi tidurnya agar lebih nyaman.

"Come on, if you don't wake up I can't move too!"

'Bisa saja kan kau berdiri dan membiarkanku terjatuh?'… adalah kata-kata yang tidak berani Kazuto ucapkan, karena temannya bisa benar-benar melakukan hal itu. Tidak ingin menguji kesabarannya, Kazuto perlahan membangunkan dirinya dari pangkuannya… dan kembali menyandarkan tubuhnya dengan malas ke bahu sahabatnya.

"Geez, you should stop using me as your pillow! And stand up! We should get back to the classroom now."

"But you are very comfy and warm… the weather is so nice, it's a waste to spend it indoor to study..."

"School is a place for learning, not for napping!"

Menjentikkan jarinya ke dahi Kazuto, anak laki-laki bermata zamrud itu bermimik tegas menegur teman etnis Asia-nya itu. Namun, tampilan seriusnya berkurang saat orang yang dia tegur itu masih menggelantung di sisinya.

Teman berambut pirang yang sedang dia gelantungi ini adalah Eugeo. Sama sepertinya, dia adalah murid pindahan dari Luar Negeri. Kazuto dari Jepang dan Eugeo sendiri dari Jerman. Ketika mereka berdua pertama kali bersekolah di Amerika, mereka berdua kesulitan memahami bahasa Inggris. Belum lagi dengan kelakuan kekanak-kanakan anak SD, tidak mengejutkan mereka di-bully karenanya.

Mungkin terdengar klise, tetapi kedua anak yang dibully itu kemudian mengenal satu sama lain dan lalu menjadi teman. Keinginan mereka untuk bisa berkomunikasi dengan satu sama lain adalah hal yang memotivasi mereka belajar bahasa inggris sampai akhirnya mereka cukup pandai untuk mengobrol dengan orang lain dan memahaminya. Dengan hancurnya barikade bahasa di antara mereka dan teman-teman kelasnya, mereka tidak lagi ditindas dan bisa berhubungan dengan orang di sekelilingnya (itu, dan mereka sekarang bisa mengikuti pelajaran yang diajarkan, jadi mereka tidak lagi berada di peringkat bawah).

Malah, sekarang mereka jadi terkenal di kalangan anak perempuan karena penampilan eksotis mereka dan sifat mereka yang sopan dibanding anak laki-laki lainnya yang seumuran mereka.

Namun, Eugeo dan Kazuto tidak akan melupakan siapa yang pertama meraih mereka saat mereka terpuruk, dan siapa yang membuat mereka bisa mencapai poin ini. Persahabatan Eugeo dan Kazuto hanya menjadi semakin erat seiring berjalannya waktu.

"Oh yeah, Kazuto, who is [Sugu]?" tanya Eugeo ketika mereka pulang bersama di hari itu. Kazuto memiringkan kepalanya, kaget mendengar nama itu dari mulut temannya.

"She is my lil' cousin. Where did you hear her name?"

"You mumble her name in your sleep."

"Oooh."

Sudah cukup lama sejak Kazuto melihat adik sepupunya, jadi mungkin karena itu tadi siang dia memimpikannya yang berada di Jepang. Rumah bibinya terasa lebih familiar daripada rumahnya sendiri karena dia sering dititipkan di sana saat orang tuanya sibuk.

Tentu dia masih bercengkrama dengan Sugu, melalui video call dan e-mail. Namun, tetap saja ada yang kurang, dan hal yang paling dia rindukan adalah…

"Haa… I miss my hometown cooking."

Kata-kata itu keluar dari bibirnya. Makanan Amerika tidak begitu buruk memang, tetapi lidahnya tetap menginginkan cita rasa bunda pertiwinya. Sekarang dia menyesal tidak latihan memasak bersama Sugu saat dia ditawari. Orang tuanya tidak ada yang bisa diharapkan untuk memasak, apalagi membuat masakan autentik Jepang. Kazuto sudah bersyukur mereka bisa menghangatkan makanan dengan oven, dia tidak ingin mengingat bagaimana keadaan dapurnya setelah ibu dan bapaknya mencoba [memasak] di sana.

"Geez, don't say it, now I start to miss it too… Alice's cooking…"

"You really like her, huh. This Alice."

"She is the only one around my age at my place, thought she is more like big sister to me. I hope I can introduce her to you someday, Kazuto."

"I'll introduce Sugu to you too when there's a chance!"

Sampai ke apartemen tempat mereka tinggal sementara, Kazuto melambai perpisahan kepada Eugeo dengan penuh semangat. Hari ini Kazuto maupun Eugeo tidak menginap di tempat tinggal satu sama lain. Kazuto ingin membersihkan rumahnya, mengingat tumpukan sampah dan piring-piring kotor yang sudah lama tidak ada yang membereskan karena tidak ada yang punya waktu untuk melakukannya.

Yah, berbagai macam hal terjadi di hidupnya. Orang tuanya selalu sibuk seperti biasanya, tetapi mereka tidak pernah lupa menunjukkan kasih sayang mereka. Dia mempunyai bibi yang pintar masak dan adik sepupu yang manis. Walau perbedaan budaya dan bahasa membuatnya kesulitan beradaptasi di Amerika, dia mendapat sahabat baik yang tidak tergantikan.

Dari semua itu, bisa dia bilang…

Narusaka Kazuto bahagia dengan kehidupannya sekarang.


Author Note:

Kulebih sering update di AO3 karena lebih mudah formatnya, jadi kalau mau lebih cepat ke AO3 aja ya~ Pen Name Kaori Hikari