Main Cast :
Park Jimin
Min Yoongi
Kim Taehyung
Park (Jeon) Jungkook
Kim Namjoon
Kim Seokjin
Jung Hoseok
Pair: Yoonmin, VKook.
Slight Pair: Bertambah seiring fanfic ini berlanjut.
Genre: Marriage life, Angst, Drama Romance(maybe)
Rate : T+ - M {Untuk bahasa atau (semisal) ada mature content}
A/N: Cast milik Tuhan, orangtua dan agensi mereka. Tolong maklumi kesalahan dalam hal yang ada dalam fanfic ini ataupun typo(s).
Ini adalah fanfic BoyXboy dengan M-PREG(male pregnant). Jika merasa jijik, bisa tinggalkan laman.
Happy Reading
.
.
"Junhyungie~" Namja dengan rambut terang berlari menuju batita satu tahun tersebut, "Bogoshipeo~" Ia menggendong Junhyung dan menciuminya dengan gemas memunculkan kikikan kegelian dari sang batita.
"Jimin? Kau datang." Jimin—namja yang sibuk menciumi Junhyung yang kegelian—menoleh kemudian tersenyum tipis.
"Dimana Jungkook?" Tanyanya, kembali sibuk bermain dengan Junhyung.
"Dia di kamar, ingin aku pangg—"
"Aku akan menemui Jungkook." Jimin memotong ucapan namja tan tersebut, masih dengan Junhyung di gendongannya. Sebelum langkahnya menjauh, tangannya digenggam dengan erat.
"Lepaskan, Tae." Jimin mencoba melepaskan genggaman namja bernama Taehyung tersebut, namun genggaman yang semakin kuatlah yang ia dapat.
"Jimin, jangan begini." Ucapnya lirih.
Jimin berdecak kesal, "Kau—mengkhianati adikku. Kau pikir bagaimana aku harus bersikap? Beruntung aku tidak memberitahu Jungkook dan memaksanya untuk menceraikan mu."
"Aku tidak mengkhianati Jungkook. Apakah aku selingkuh?" Taehyung mencoba menahan emosinya agar tidak berteriak pada Jimin.
"Tapi kau mencintai orang lain. Tidak bisakah kau mencintai istrimu saja?"
"Aku akan berhenti mencintai orang lain asal kau bisa memberitahuku bagaimana cara menghentikan rasa cintaku pada orang itu."
Jimin mendekat dan melayangkan tinjunya pada perut Taehyung, "Pikirkan sendiri caranya, bodoh."
Setelahnya Jimin melangkah menuju kamar Jungkook dan Taehyung, menghiraukan Taehyung yang meringis memegangi perutnya.
.
.
.
"Hyung~ kenapa kau sudah mau pulang lagi? Aku masih merindukanmu! Junhyung juga." Jungkook merengek pada Jimin yang bersiap untuk pulang. Ia tersenyum mendengar adiknya merengek seperti itu, Jungkook masih menggemaskan seperti bocah lima tahun. Pikirnya.
"Nanti aku berkunjung lagi." Jimin menciumi wajah Junhyung, sesekali berpura-pura menggigit pipi bocah tembam itu hingga bocah itu tertawa lucu.
"Tunggu Yoongi Hyung saja, Hyung. Ia akan berkunjung kemari." Jungkook masih berusaha menahan Jimin.
Jimin tersenyum tipis mendengar nama Yoongi disebut, "Lain kali, ya? Aku harus berkunjung dulu ke lain tempat, Kookie."
"Aku antar." Taehyung melirik Jungkook meminta izin dan diangguki cepat olehnya.
"Benar. Tae-hyungie antarkan Jiminie Hyung sana!" Jungkook mengambil alih Junhyung dari gendongan Jimin.
"Aku akan pulang sendiri." Jimin memeluk Jungkook sebentar, "Aku pulang, Jungkookie." Pamitnya kemudian melangkah keluar dari rumah besar tersebut, mengabaikan eksistensi Kim Taehyung.
"Hyung, kok malah diam!? Cepat susul Jimin Hyung!"
Taehyung mengangguk, "Aku pergi dulu. Hati-hati di rumah, hm?" Ia mencium kening Jungkook dan mencium pipi anaknya dan berlalu pergi menyusul Jimin.
"Chim, ayo!" Taehyung berteriak dari dalam mobil ketika melihat Jimin yang sudah berjalan menjauh dari rumahnya.
"Chim!"
Tinn tinn tinn
Taehyung menekan klakson nya dengan brutal, salah satu cara agar Jimin berhenti mengabaikannya, dan itu memang berhasil. Jimin berhenti dari jalannya namun tidak kunjung memasuki mobil.
"Aku tidak mau diantar olehmu." Ucapnya jujur.
"Ini kemauan Jungkook." Taehyung beralasan.
"Alasan!" Jimin melanjutkan jalannya menghiraukan Taehyung yang sekarang mengejarnya kembali tanpa mobil.
"Park Jimin!" Teriaknya dengan geram, membalikkan tubuh Jimin sekuat tenaga agar berhadapan dengannya dan tanpa aba-aba segera mencium bibir tebal milik Jimin.
Jimin menahan napasnya, terlalu terkejut dengan aksi Taehyung yang berani. Ia mendorong Taehyung dengan kuat saat Taehyung mulai melumat bibirnya.
Bugh.
Bruk.
Jimin melayangkan kepalan tangannya pada wajah Taehyung dengan kuat, membuatnya jatuh tersungkur.
"Apa yang kau lakukan, idiot?" Jimin menarik kerah Taehyung kasar dan kembali memukulnya tanpa henti, menghiraukan fakta bahwa Taehhung adalah pria yang dicintai adiknya sendiri.
"Sialan." Umpat Jimin setelah puas membuat wajah Taehyung dipenuhi lebam,"Jika aku tidak ingat bahwa kau adalah suami Jungkook, sudah pasti aku membunuh mu."
Dengan begitu, Jimin meninggalkan Taehyung yang masih terduduk tanpa sadar bahwa seseorang menggeram marah dibalik persembunyiannya melihat pertunjukan tadi.
.
.
.
Jungkook sedang asik bercengkerama dengan seseorang di ruang tamu ketika Taehyung memasuki rumah dengan jalan terseok-seok. Terang saja itu menarik atensi Jungkook dan si pria pucat.
"Ya ampun! Hyung! Apa yang terjadi padamu!?" Jungkook berlari menghampiri suaminya, memapah Taehyung untuk segera duduk, "Tunggu sebentar. Aku akan mengambil obat merah dan kompresan." Jungkook beranjak dengan cepat.
"Oh, Yoongi Hyung." Taehyung tersenyum pada si pria pucat yang hanya memandangnya datar, "Bagaimana Daegu?"
"Baik." Jawabnya singkat.
"Apa kau membawa buah tangan untuk kami?" Taehyung lebih melebarkan senyumnya walau harus meringis karena lebam di sudut bibirnya.
"Ya. Untuk Jungkook dan anaknya."
Taehyung menekuk alisnya, "Lho? Untukku tidak ada?" Yoongi hanya mengangkat bahunya acuh.
Jungkook kembali dengan segala kebutuhan untuk Taehyung kemudian mulai mengkompres lebam-lebam di wajahnya. "Kenapa bisa begini, Hyung? Apa kau berkelahi?" Jungkook mulai cerewet.
"Tidak, sayang."
"Lalu? Siapa yang melakukannya?"
"Hyungmu."
Jungkook menekan kompresan yang sekarang berada di pipi suaminya, " MWO!? Kau pasti melakukan sesuatu pada Jimin Hyung, ya!? Makanya dia memukuli mu."
"Aw! Kook, pelan-pelan!" Ringis Taehyung, "Aku hanya memaksa untuk mengantarnya pulang."
"Bohong." Jungkook memicing tajam pada Taehyung, "Masa Jimin Hyung langsung memukul mu?"
Taehyung mengangkat bahunya, "Entahlah. Mungkin mood-nya sedang buruk."
"Tapi serius,—" Jungkook membereskan kotak obat yang ia bawa, "hubungan kalian sepertinya merenggang. Jimin Hyung seperti menaruh kebencian padamu."
"Yasudahlah. Kapan-kapan aku minta maaf padanya." Taehyung mencoba mengakhiri topik ini.
"Aku pamit pulang." Yoongi yang daritadi hanya menyimak percakapan pasutri tersebut akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Hati-hati, Hyungie~" Jungkook melambai ceria dengan Taehyung yang juga melakukan hal sama di sampingnya.
"Sampaikan salamku pada Junhyungie." Ucap Yoongi sebelum menghilang dibalik pintu.
.
.
.
Ini jam sepuluh malam, dan seharusnya Jimin sudah terlelap di atas kasurnya mengingat besok ia harus bekerja. Tapi, bel apartemen yang berbunyi secara brutal itu menghancurkan niatnya. Awalnya Jimin tidak berniat membuka pintu apartemennya, namun setelah lima menit si penekan menambah kecepatan tekanannya pada bel.
"Sebentar!" Jimin berteriak dengan melangkah malas, matanya sudah benar-benar berat sekarang.
Cklek.
"Park Jimin."
Deg.
Nafas Jimin tertahan, kantuknya juga mendadak hilang entah kemana setelah mengetahui siapa yang mengunjunginya semalam ini.
"Yoongi Hyung.." Lirihnya pelan, "Ayo masuk." Jimin membuka pintu lebih lebar, menunggu si pria Min segera masuk.
Yoongi mengangguk kemudian melangkah menuju salah satu sofa dan duduk dengan tenang.
"Ada apa, Hyung? Kau berkunjung selarut ini." Jimin duduk beberapa meter dari Yoongi dan menyodorkan minuman kaleng dari kulkasnya.
"Jimin." Mulai Yoongi dengan nadanya yang datar, sementara Jimin hanya menunggu kelanjutannya. "Kau masih mencintaiku?"
Jimin diam, matanya saling beradu dengan mata Yoongi. Kemudian ia mengangguk, "Ya."
"Kalau begitu—
"Menikahlah denganku."
.
.
.
TBC
Annyeong! Adakah yang membaca cerita ini? Bisa berikan komentarnya? :D
Xhsndbx.
