Kim Seokjin. Dua puluh empat tahun. Mahasiswa semester tujuh Universitas Chung Ang fakultas Natural Sains jurusan Biological Science. Cerdas, tampan, kaya raya―sempurna. Diidolakan nyaris seantero kampus karena kesempurnaannya. Disukai seluruh dosen―Anak Emas.
Kehidupan kampusnya sempurna. Tentu saja. Sebelum seorang berandalan tengik mengacaukannya sejak tahun lalu. Laki-laki bersurai lilac (yang menurut Seokjin seratus persen norak) dengan piercing masing-masing tiga buah di kedua telinganya, tato di bisep kirinya (Seokjin tidak tahu dan tidak peduli itu tato apa), juga di bawah tulang selangkanya. Sepertinya bahasa latin karena Seokjin tidak tahu artinya, dan dirinya tak mau repot-repot menanyakan artinya pada yang bersangkutan. Sejauh ini, hanya dua tato itu yang Seokjin bisa lihat. Entah ada berapa tato lagi di tubuh laki-laki itu.
Bocah berandalan, biang onar, dan sok preman. Penampilannya urakan, jauh dari kata sopan. Seokjin membencinya. Dirinya menolak mentah-mentah untuk mengakui kalau berandalan itu jenius.
.
.
Namanya Kim Taehyung. Mahasiswa fakultas Seni, jurusan Desain Komunikasi Visual dan masih semester tiga. Berandalan multitalenta jenius. Banyak yang takut padanya karena penampilannya, juga perilakunya. Sering berkelahi, termasuk biang onar. Selalu menjadi kompor saat ada yang berseteru, siapapun.
Selalu berada di peringkat atas di hasil ujian semester dan ujian apapun. Menguasai nyaris seluruh bidang seni di fakultasnya. Tapi lebih ahli dalam hal grafis dan fotografi. Hasil fotografi dan desain grafisnya selalu muncul di mading. Bahkan dinding-dinding fakultas seni sudah seperti galeri pribadinya (walaupun masih banyak karya lain yang bersanding dengan miliknya).
.
.
Seokjin melangkahkan kakinya lebar-lebar melewati koridor kampus. Satu tangannya membawa tumpukan kertas post-test milik rekan satu kelasnya. Hari sudah sore, dan dirinya masih direpotkan dengan harus mengantarkan kertas-kertas itu ke ruangan dosennya. Tapi Seokjin sama sekali tak keberatan. Daripada dirinya harus pulang dan tidak tahu harus melakukan apa di rumahnya.
TOK TOK
"Prof. Kira?"
Seokjin berhenti di ruang dosen. Dirinya yakin sekali jika ruang dosen saat ini sedang sepi. Tak banyak kelas untuk diisi di jam seperti ini. Dan terlalu banyak dosen sok sibuk yang tak bisa datang ke kampus.
Cukup lama Seokjin menunggu, namun tak ada jawaban. Maka dirinya memilih untuk langsung membuka pintu itu. Tidak terkunci, tentu saja. Kepalanya menyelingak ke dalam ruangan, untuk memastikan dosennya ada di dalam ruangan. Tak dapat melihat meja Prof. Kira dari tempatnya berdiri, Seokjin melangkahkan kakinya masuk.
"Prof. Kira?"
Seokjin mengerutkan alisnya. Dirinya semakin masuk ke ruangan luas itu. Dan kedua onyxnya membola kala melihat pemandangan di depan matanya. Di meja Prof. Kira, tepatnya. Seokjin begitu mengenali dosen keturunan Jepang tersebut, dosen Biologinya. Dengan pakaian yang cukup berantakan, dan tampak begitu pasrah berada di pangkuan seorang laki-laki yang begitu Seokjin kenal.
"Kim Taehyung."
Laki-laki bersurai lilac itu mengangkat kepalanya yang semula sibuk dengan leher dosen wanita itu. Obsidian kembarnya mengerling datar pada Seokjin. Tampak begitu tak menyukai kehadiran Seokjin di depan matanya. Sementara Prof. Kira terkejut bukan main dan segera berdiri untuk membenahi pakaiannya.
"Ah, Seokjin-kun. Ada apa kemari?"
Prof. Kira mengulas senyum paksa, seolah tak terjadi apapun. Dari sudut matanya, wanita itu mengisyaratkan Taehyung untuk keluar. Seokjin dapat mendengar decihan kencang dari laki-laki itu. Taehyung bangkit berdiri. Gerakannya gesit namun terkesan lambat di mata Seokjin, suara debrakan kursi saat dirinya berdiri begitu memekakkan. Kedua obsidiannya memancarkan ketidaksukaan. Tanpa repot merapikan pakaiannya, Taehyung melenggang pergi.
Sekilas, Seokjin merasakan adik tingkatnya itu meliriknya tajam. Gumaman mengganggu saja terdengar begitu jelas karena Taehyung berjalan tepat di sebelahnya, bahkan sengaja menubruk bahunya. Taehyung sempat menjilat bibirnya, yang jika diperhatikan lebih lama tampak membengkak (Seokjin menolak mentah-mentah jika bibir itu terlihat seksi).
Seokjin mendengus dan mengibaskan tangannya ke bahunya. Seolah sentuhan kecil dari Kim Taehyung membuatnya jijik.
.
.
Keduanya serupa, tapi tak sama. Saat Seokjin disegani orang banyak, Taehyung lebih ditakuti. Keduanya membenci satu sama lain. Bahkan tanpa perlu repot mengumumkannya pada seluruh orang. Dunia tahu keduanya musuh bebuyutan.
.
.
Author's note :
Aku bawa prolog ff baru, yeay!
Ini bakal jadi multichapter, gak panjang kok, mungkin sekitar 4 sampai 5 chapter, or less. Karena ini ff juga cuma sepintas dapet ide di otak dan langsung kesusun plot ampe ending. Lebih baik langsung ditulis daripada kelupaan kkkk~
Padahal niatnya mau lanjut Bittersweet, tapi apalah, filenya ilang kena virus hiks /curhat
So, ini lanjut atau enggak?
Regards,
Kairav
