Erelra present : A Homin Fanfiction
"Time Works Wonder"
Disclaimer: They are god own, but plot of the story is mine.
Summary: Tentang kehampaan di antara hingar bingar kota. Seorang Penulis naskah dan seorang komikus hanyut dalam dunia imajinasi yang mereka cipta sendiri.Dua jiwa yang saling menemukan namun sulit dipersatukan.
Rate: T *untuk part awal*
Genre: Real Life Story, friendship, Hurt/Comfort.
-Part 1-
"Ya, Terimakasih. Tentu, aku akan sampai di lokasi syuting lebih pagi lagi besok. Ok..Ok.."Yunho terburu-buru menutup telepon genggamnya. Sutradara drama yang menggunakan naskahnya menelpon bahwa malam ini rating drama mereka naik ke peringkat 2. Jika bisa terus bertahan, Drama dengan biaya tak seberapa itu bisa memberi pemasukan lebih tinggi dari ekspektasi awal.
Sayangnya Yunho tidak terlalu berminat membicarakan bisnis di jam 2 dini hari begini. Ia sudah datang ke lokasi syuting sejak jam 7 pagi dan baru bisa melarikan diri jam segini. Ini bukan drama sabun kejar tayang tapi mereka dikejar deadline, karena sewa rumah lokasi syuting yang terbatas.
"Begini ceritanya kalau harus kerja dengan produser pelit.."Yunho menggumam, mengeluh pada malam. Jalanan Seoul sudah hilang kepadatannya mungkin berjam-jam lalu. Yunho melihat bis terakhir menuju kawasan apartemennya barusan saja.
Untuk beberapa alasan, Yunho merasa seharusnya mensyukuri hidupnya saat ini. Pekerjaannya sekarang, yah.. walaupun bukan secara tepat pekerjaan yang ia impi-impikan-penulis novel misteri-, bukan sebuah pekerjaan buruk untuk dipertahankan.
Yunho memelankan laju mobilnya, apartemennya nyaris saja terlewat karena ia menyupir dengan kantuk berat yang ia tahan-tahan. Berbelok masuk dengan cekatan ia memindahkan gigi, dan bersamaan dengan itu sebuah vespa matic menyalipnya. Untungnya Yunho cukup sigap untuk mengerem laju mobilnya. Ia mendengus.
Orang-orang makin tidak punya tatakrama berkendara saja, pikirnya.
Sampai di barisan parkir, Yunho mengabaikan lahan kosong dekat pintu masuk Lobby apartemen. Ia tidak ingin keluar dari mobil dan kehilangan kendali lalu mengumpat-ngumpat pada si pengendara vespa. Jadi ia memilih barisan parkir yang sedikit lebih jauh dari pintu masuk dan memilih parkir mundur. Dan city car Yunho kemudian mengerem mendadak sekali lagi malam itu. Seekor kucing kecil tiba-tiba saja melompat keluar dari semak-semak mawar. Pagar alami yang berfungsi menghias bagian depan gedung.
"Shit!"tanpa sadar pria itu mengumpat. Buru-buru mematikan mesin dan keluar dari dalam mobil. Berdoa semoga ia tidak menjadi pembunuh kucing malam ini.
Berjalan ia menuju bagian belakang mobilnya perlahan. Dan disanalah kucing itu, mata bulatnya seakan menyala di kegelapan, nampak waspada dalam ketakutan. Seekor anak kucing kumal yang terluka di bagian bawah matanya, tapi setidaknya kucing itu hidup.
Yunho mendekat hati-hati. Ia berjongkok kemudian bertatapan beberapa lama dengan mahluk itu. Baru kemudian tangannya berani bergerak menyetuh puncak kepala si kucing dan mengelusnya. "Kau tahu, dulu aku pernah dicakar oleh spesiesmu.."Yunho menunjuk luka di bawah mata kirinya. Lalu tertawa. Ia memutuskan untuk menggendong kucing itu dan menyimpannya sebentar di jok mobilnya, berdoa dalam hati semoga mahluk kecil itu tidak tiba-tiba buang kotoran disana. Membereskan parkir mobilnya yang asal-asalan barusan, dan membawa tasnya keluar mobil. Kucing itu ia sembunyikan di balik jas.
Ada peraturan apartemen yang melarang penghuninya untuk memlihara hewan.
Well, Yunho tidak bermaksud memeliharanya, ia hanya terlalu iba jika pergi begitu saja tanpa merawat mahluk ini sama sekali.
Yunho melewati satpam apartemen dengan sapaan santai dan wajah tanpa kecurigaan. Bodoh rasanya ketika ia merasa sedeg-degan ini untuk sebuah pelanggaran kecil macam begini?
Ketika sampai di pintu lift, ada seorang pemuda jangkung yang sepertinya lebih muda dari Yunho. Ia menenteng helm. Jangan bilang ini si pengemudi Vespa tadi..
Pemuda itu menoleh sekejap pada Yunho dengan wajah paling antagonis yang pernah pria itu lihat. "Ada masalah?"Yunho menantang pemuda itu dengan nada arogan.
Pemuda itu hanya mendengus sebagai jawaban, dan memasuki lift yang sudah terbuka. Pria yang lebih tua terlalu sebal untuk menaikai lift yang sama dengan pemuda itu. Tapi bagaiman? Ia membawa mahluk terlarang. Dan berlama-lama di Lobby hanya akan memperbesar kemungkinan ketahuan.
Jadi Yunho masuk, tepat sebelum pintu otomatis itu menutup.
Hening yang mencekik bagi Yunho. Pemuda itu punya aura mendominasi yang sialnya tak bisa Yunho tandingi. Rasanya ia makin mengerut saja di sudut lift. Siapa sebenarnya pemuda ini? Seingat Yunho ia punya cukup banyak kenalan di tiap lantai apartemen ini dan tidak pernah melihat pemuda ini sebelumnya.
"Meong."suara kecil dan lemah itu menghancurkan hening di lift itu. Pemuda tinggi di sebelah Yunho menoleh perlahan, kemudian matanya seakan menscanning Yunho dari atas hingga bawah.
"Itu suaramu?"Yunho justru terhipnotis oleh suara bass yang jernih milik pemuda itu.
"Yah.. Kurasa aku lapar.."
"Itu bunyi kelaparan teraneh yang pernah aku dengar." Pemuda itu berbalik kembali menatap lurus ke depan. Yunho berfikir sebentar lagi penderitaannya berakhir, tapi di luar dugaan pemuda jangkung itu menyodorkan sebotol susu dari kantung belanjaan bermerk supermarket terkenal yang ia tenteng sedari tadi, beserta tas ransel yang nampak berat. Yunho bertanya-tanya apa pekerjaan pemuda itu hingga ia pulang selarut Yunho.
Pasti ia sudah cukup mapan jika mengingat biaya cicilan apartemen ini lumayan menguras gaji Yunho tiap bulannya.
"Anak kucing itu.."ia berhenti sejenak. Yunho menunggu dalam diam yang memuakan. "Tadinya aku yang akan mengambilnya malam ini. Tadi pagi ia ada di sebuah kardus di depan gerbang apartemen. Aku memindahkan kardus itu ke dekat lobby tapi ia sudah tidak ada."
Yunho menerima sebotol susu itu dengan susah payah. "Thank's"
Ada suara mengeong kedua setelah itu,"Aku akan berpura-pura tidak melihat atau mendengar apapun." Lalu lift itu berdenting. Pintu membuka dan pemuda itu keluar tanpa berbalik melihat ke arah Yunho sedikit pun.
Ini malam yang aneh. Pikir Yunho, ketika kemudian suara mengeong kecil seakan menyetujui pikiran lelaki itu.
Yunho bangun terburu-buru pagi itu. Ia ingat berjanji datang lebih cepat hari ini. Dan jam weker sialan itu baru terdengar olehnya sekitar jam 7 pagi. Jadi, ia melakukan kegiatan pagi serba kilat. Cuci muka dan gosok gigi, berganti pakaian, menuangkan semangkuk susu cair untuk kucingnya, menyambar tas kerja dan berlari menuju lift. Sudah ada 8 missedcall ketika ia sampai di lift.
Lift baru turun satu lantai di bawah lantai Yunho ketika pria itu menemukan wajah antagonis yang tak asing lagi baginya. Dan tepat ketika pintu terbuka beberapa lembar kertas berhamburan dari map si pemuda. Yunho bergerak cepat menekan tombol untuk menahan pintu lift tertutup dan mungkin akan merusak beberapa kertas yang terjatuh di antara pintu lift.
"Terima Kasih."jawab pemuda itu. Nadanya formal dan kelewat kalem menurut Yunho. Ia ikut merunduk mengambil beberapa lembar yang tersisa.
"Kau seorang komikus?" Yunho menyelidik sekilas kertas di tangannya. Ada sebuha gambar seorang pria yang menggendong kucing temani sepotong bulan. Yunho tidak mau terdengar ke-PD-an, tapi menurutnya gambar pria itu mirip dengannya.
Pertanyaan Yunho didiamkannya sampai ia menerima sisa kertasnya dari tangan Yunho. Lalu menggeleng sekilas,"Lebih tepatnya pembuat cartoonweb"
Yunho mengangguk-angguk sambil tersenyum. Sesekali mencuri pandang pada gambar-gambar yang masih bisa sedikit terlihat. "Kau mau membacanya?"
Yunho sedikit terlonjak,"Bolehkah?"
Pemuda itu menjauhkan lembaran-lembaran kertas itu dari tangan Yunho yang hendak meraihnya,"Akan kuberikan alamat webnya.."
Yunho tersenyum kikuk, lalu menjawab 'ok' kilat sebelum bertambah malu. Memperhatikan sejenak gaya berpenampilan pemuda itu. Jaket kulit panjang, dan dalamannya adalah sebuah kaus berkerah tinggi. Dengan rambut yang dicat coklat madu dan tinggi semenjulang ini, Yunho tidak akan heran jika dari belakang pemuda ini terlihat seperti bangsawan inggris yang tersesat.
Dia bahkan lebih tinggi dariku.. Yunho mengeluh minder dalam hati.
"Ting!" Yunho entah kenapa merasa harus bersikap segentleman mungkin pada pria ini. Jadi ia mempersilahkan pemuda itu keluar lebih dulu.
Untuk pertama kalinya sepanjang pertemuan mereka pemuda itu tersenyum, tipis sekali, sampai Yunho tidak yakin barusan ia benar-benar melihatnya tersenyum. Dan begitu saja, pemuda itu bergegas melangkah keluar lobby. Sementara Yunho lebih dulu menghampiri meja resepsionis, bertanya apakah ada paket untuknya kemarin. Tapi tidak ada.
Ia memesan beberapa novel langka, tapi sepertinya belum sampai. Jadi dengan berjalan sedikit lesu ia terkaget-kaget menemukan pria tadi masuk kembali ke Lobby. Dan dengan wajah lega mendekatinya.
"Kukira Kau sudah pergi." Ia memberikan selembar kartu nama pada pria yang kalah tinggi darinya beberapa senti itu.
Mata tajam Yunho menyipit membaca nama itu,"Shim Changmin?" Yunho membaca dengan nada aneh yang terdengar penuh keheranan.
Changmin, pemuda itu mengernyit tersinggung"Kau keberatan dengan nama yang diberikan orangtuaku?" Yunho menggeleng.
"Aku dulu punya kenalan bernama Changmin. Dia juga tinggi sekali sepertimu.."Ujarnya riang.
Pemuda itu mengangguk-angguk dengan ekspresi mengerti yang aneh bagi Yunho, bibirnya mengerucut matanya berusaha untuk terlihat paham. Meskipun sepertinya lebih terlihat seakan tidak perduli," Nama webnya ada di baliknya, dan juga nama komikku.."
"Ok.. Kurasa sudah.." dia membungkuk kecil lalu pamit begitu saja. Berlari sekali lagi menuju vespanya.
"Hei!" Yunho memanggilnya ketika vespa itu melintas. "Aku akan memberi komentar yang bagus, ok?" Yunho pikir pemuda itu tidak mendengarnya ketika ibu jari pemuda itu mengacung sambil berlalu. Dan kemudian menghilang di jalanan kota.
Yunho entah kenapa jadi tersenyum sumringah sendiri. Lalu melirik arlojinya. Jam 7.30.
"Oh. Shit!" dan ia bergegas menuju ke mobilnya.
TBC
Gimana? Banyak Typoo ga?haha
FF homin pertama saya di ffn.. Ada yang suka? Kalau ada yang tertarik bakal saya lanjut.. Review ditunggu ya..Terima kasih..:)
