"Byun Baekhyun! Berhenti mengekoriku!" yeoja bernama Tao menegur gadis manis yang terus saja mengikuti kemanapun kakinya melangkah.
"Eonni, bantu aku~" rajuk gadis bernama Baekhyun itu.
"Arra, arra! sekarang duduklah yang tenang, aku harus menyelesaikan memasakku sebelum Kevin pulang" Tao menunjuk kursi yang berada takjauh dari tempatnya memasak. Bagaikan anak anjing yang patuh, Baekhyun duduk di kursi tinggi itu sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Oh, jangan lupakan bibirnya yang mencebil sangat tidak cocok untuk seseorang yang sudah berusia 20 tahun.
"Kapan Kris Oppa pulang?" tanya Baekhyun.
"Dia masih harus menyelesaikan beberapa urusan di Hongkong. Ck, kalau sedang tidak ada masalah saja, kau pasti tidak akan menanyakan kabar suamiku" cibir Tao.
"Ya! Dia kakakku, jadi wajar saja aku menanyakannya" protes Baekhyun. Memang sih dia jarang menanyakan soal pekerjaan kakaknya, bahkan saat kakak satu-satunya itu pergi ke luar kota atau keluar negeri sekalipun untuk urusan bisnis, Baekhyun tidak akan mencari tau Byun Kris berada di mana. Walupun Kris sebenernya adalah anak angkat keluarga Byun tetapi ikatannya dengan Baekhyun tidak ada bedanya dengan saudara kandung.
"Eonni, ottoke~" Baekhyun kembali merajuk membuat Tao menghela nafas jengah.
"Salahmu sendiri kenapa kau ikut taruhan bodoh seperti itu, kau harus kehilangan mobilmu dan sekarang Harabeoji pun menarik semua kartu kreditmu" Tao berkata sambil mengaduk supnya dengan tenang.
"Tapi aku kesal! Coba Eonni melihat wajah mengejek Seulgi saat menantangku! Cih, tentu saja sebagai seorang Byun aku punya harga diri"
"Dasar anak kecil! Hanya karena ditantang untuk mengajak laki-laki ke pesta dansa saja kau harus bertaruh dengan mobilmu. Pabo!"
"Aish! Eonni, kau sudah memarahiku seharian kemarin, sekarang beri aku solusi. Bagaimana aku bisa hidup kalau tidak punya, huh? Kau mau membiarkan adik iparmu mati kelaparan?"
"Jangan mendramatisir, kau bisa makan setiap hari ke rumahku"
"Eonni~ dari apartemen sampai ke rumahmu aku harus naik bus, dan itu artinya aku butuh uang. Harabeoji sangat kejam! Dia mau membiarkan aku mati perlahan se-Ouch! Ya! kenapa memukulku!" Baekhyun mengelus kepalanya yang dipukul menggunakan sendok oleh kakak iparnya.
"Harabeoji dan Halmeoni baru menyadari kalau mereka terlalu memanjakanmu! Aku juga harus mengatakan pada Kris untuk melarangnya memberi uang saku padamu"
"Eonni~ kenapa kau kejam sekali. Aku sudah kehilangan semua hartaku, hanya ada apartemen untuk aku tinggal, uang kuliah yang sudah dibayar lunas dan uang saku yang hanya cukup untuk makan sehari 2x. Selain itu aku tidak punya apa-apa" wajah Baekhyun dibuat sememelas mungkin. Baekhyun tidak bisa membayangkan hidupnya seminggu tanpa pergi ke salon, ke mall untuk sekedar makan di restoran mahal atau berbelanja tas dan sepatu edisi terbaru
"Percuma kau merengek padaku, aku tidak akan termakan oleh rajukanmu. Satu-satunya jalan adalah kau harus bekerja!"
"Mwo?! Aku bahkan belum lulus kuliah bagaimana mungkin aku akan berkerja?"
"Kau punya 2 tangan, punya 2 kaki, kau bisa melakukan pekerjaan yang bisa menggunakan anggota badanmu itu" Baekhyun merenung memikirkan kata-kata Tao. Ya benar, dia harus bekerja, kalau tidak dia akan benar-benar melarat. Lagipula kakek dan neneknya memberi waktu 6 bulan sampai kartu kredit tanpa batasnya bisa kembali. Jadi 6 bulan bekerja bukan waktu yang lama bukan?
"Oke, aku akan bekerja. Apa pekerjaan yang cocok untukku?"
"Kau yakin?" Tao tentu saja kaget, tadinya dia hanya memberi saran iseng saja. Oh mungkin saja suaminya akan mengomelinya juga, bagaimanapun gadis di hadapannya ini adalah anak paling dimanja di keluarga Byun. Setelah orangtuanya meninggal karena kecelakaan, kakek dan nenek Byun yang mempunyai perusahaan elektronik mewariskannya pada Kris setelah cucu tertuanya itu beranjak dewasa, sedangkan adiknya yang berbeda usia 12 tahun dari Kris itu diperlakukan seperti tuan putri dengan semua keinginannya dituruti termasuk memberinya apartemen mewah di kawasan Gangnam setelah Baekhyun masuk kuliah.
"Ne, aku akan menunjukkan kalau Byun Baekhyun bisa mencari uang sendiri!" tegas Baekhyun.
"Oh, aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu, Nona Byun"
"Tenang saja, aku bisa melakukan apa saja. Jadi apa pekerjaan untukku?"
"Bekerja di cafe misalnya?"
"Shireo! Kau tau aku ceroboh, bagaimana kalau aku justru merusak semua barang di sana"
"Kau bisa mencuci?"
"Kau ingin semua baju penuh busa? Aku bahkan tidak tau takaran detergen"
"Memasak? Ah, lupakan, aku ingat kau hampir membakar dapurmu sendiri"
"Hei, bukan salahku! Mana aku tau kalau microwave tidak bisa memanaskan barang dalam plastik?" protes Baekhyun
"Menjadi baby sitter?" Baekhyun terdiam sejenak. Kelihatannya tidak begitu berat, bukankah anak kecil berarti bermain? Artinya dia hanya perlu bermain bersama anak itu kan? Nyatanya dia tidak pernah kerepotan mengurus Kevin, putra kakaknya yang berusia 6 tahun.
"Seperti mengurus Kevin? Tentu saja aku bisa!"
"Kau yakin?" tanya Tao sambil memicingkan matanya.
"Tentu saja!" mantapnya.
"Baiklah kalau itu maumu, aku akan menelepon Kris dan meminta pendapatnya, siapa tau dia mempunyai kenalan yang membutuhkan baby sitter dan tentu saja kau harus tetap kuliah, jadi pekerjaan itu hanya setengah hari saja" Baekhyun manggut-manggut. Tak lama terdengar suara kaki yang berlari kecil.
"Mama!" terdegar teriakan cempreng dari arah ruang tamu. Kevin selalu pulang bersama Taehyung teman sekelasnya sekaligus tetangga mereka yang kebetulan memiliki baby sitter sehingga Tao tidak perlu repot menjemput putranya.
"Oh, anak mama sudah pulang, hm?" Tao menghampiri putranya dan mengecup kedua pipi anak itu.
"Hai, Imo!" sapa Kevin dengan senyum khasnya. Baekhyun membopong anak itu dan mendudukkan di pangkuannya sebelum mengecup pipi gembil bocah itu.
"Ugh, Kevin bau! Ganti baju dulu" Baekhyun berpura-pura menutup hidungnya, Kevin mencium badannya sendiri dan segera meloncat turun dari paha Baekhyun.
"Aku akan mengganti bajuku setelah ini kita bermain game, ne?" Baekhyun mengangguk yang dijawaban sorakan girang Kevin.
Setelah menghabiskan makan siangnya, Kevin bermain game bersama Baekhyun hingga Kevin mengantuk. Setelah menemani Kevin untuk tidur siang, Baekhyun berpamitan pada Tao.
"Tunggu kabar dariku untuk pekerjaan barumu, sebelum kau mendapat pekerjaan jangan terlalu boros, jika kau butuh makan kau bisa datang ke sini. Kalau kau meminta uang jangan harap aku ataupun Kris akan memberimu!"
"Arasseo" kata Baekhyun lemas sambil melambaikan tangannya berjalan menuju halte terdekat.
Baekhyun keluar dari gerbang kampus sambil menenteng beberapa buku manajemen di tangannya. Tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil yang dikenalnya, seketika senyumnya melebar saat melihat Kris keluar dari mobil dan menghampirinya.
"Oppa!" Baekhyun menghambur ke pelukan Kris yang sudah merentangkan tangannya.
"Hai, gadis kecilku. Kau baik, hm?" Baekhyun mengangguk dalam pelukan Kris.
"Ikut aku makan siang?" tanya Kris sambil melepas pelukannya.
"Tao eonni memasak apa?" tanya Baekhyun sambil mengikuti langkah Kris menuju mobilnya.
"Semua masakan kesukaanmu" jawab Kris yang membuat Baekhyun berjingkrak senang.
Setelah menjemput Kevin dan menunggu Kevin mengganti baju, mereka berempat mengelilingi meja makan yang sudah dipenuhi makanan-makanan yang membuat Baekhyun meneguk ludah berkali-kali.
"Kalau bukan karena Kris aku tidak akan repot-repot memasak semua ini" kata Tao sambil mempoutkan bibirnya.
CUP!
Sebuah kecupan singkat di bibirnya membuat Tao merona.
"Gomawo, Yeobo. Aku juga sangat menyukai masakanmu" poutan Tao berubah jadi senyuman.
"Ck, tadi saja marah-marah sekarang senyum-senyum. Dasar siluman"
"Ya! Jangan bicara macam-macam kau, bocah"
"Hei, hei, kalian tidak malu pada Kevin? Selalu bertengkar seperti itu" Kris hanya geleng-geleng kepalanya, sedangkan Kevin matanya hanya bergantian memandang kedua yeoja itu sambil mulutnya menyeruput susu kesukaannya. Makan siang mereka berlangsung menyenangkan, Tao benar-benar koki yang bisa diandalkan sehingga mereka semua sangat menikmati hidangan itu.
"Ku dengar kau kehilangan mobilmu?" tanya Kris setelah mereka selesai makan bersama. Baekhyun menunduk, takut menatap kakaknya.
"Aku kecewa padamu, Baek. Aku ingin dongsaengku menjadi wanita yang mandiri setelah kau tinggal sendiri, tetapi sikapmu tidak seperti itu" Kris berkata serius.
"Mianhaeyo, Oppa" lirih Baekhyun, Kris menghela nafasnya pelan.
"Benar kau ingin bekerja?" Baekhyun megangkat kepala dan mengangguk mantap.
"Aku berjanji akan berubah, aku akan tunjukkan kalau aku bisa mencari uang sendiri" kata Baekhyun.
"Aku memiliki seorang teman, seorang duda, istrinya meninggal saat melahirkan dulu, dia membutuhkan orang untuk menjaga putranya. Putranya seusia Kevin, pagi dia sekolah, sehingga kau cukup datang setiap sore sampai malam jam 22.00, dan di akhir pekan kau libur. Bagaimana?" Baekhyun berpikir, matanya menerawang.
"Apa dia teman kerja Oppa?" tanya Baekhyun.
"Dia salah satu rekan kerja, tapi kami hanya bertemu jika ada acara besar saja. Tenang saja, aku tidak mengatakan padanya kalau kau dongsaengku, aku mengatakan kalau kau salah satu kenalanku. Tak apa bukan?"
"Ne, lebih baik begitu, Oppa. Aku tidak ingin dia canggung nantinya karena tau aku dongsaeng Oppa"
"Baiklah, aku akan menghubunginya dan menanyakan kapan kau boleh bekerja. Tapi..apa kau yakin, Baek? Aku khawatir.."
"Oppa, percaya padaku, ne? Aku akan tunjukkan pada Harabeoji dan Halmeoni kalau aku bisa diandalkan!" Kris mengusak rambut Baekhyun dengan sayang.
Baekhyun gugup setengah mati, setengah jam lalu Kris mengiriminya pesan kalau temannya yang bernama Park Chanyeol ingin bertemu Baekhyun. Baekhyun berjalan dari halte bus menuju alamat yang dituju dengan pikiran berkecamuk. Bagaimana kalau namja bernama Chanyeol itu ternyata jahat? Oh, tidak mungkin Oppanya tega memberikan Baekhyun tempat kerja yang mengerikan. Atau bagaimana kalau anak kecil yang akan dia urus tidak semanis Kevin? Dan banyak pikiran-pikiran buruk lain yang mengganggu.
"Kim Baekhyun?" seorang laki-laki berusia seumuran Kris membukakan pintu sesaat setelah Baekhyun menekan tombol bel di depan pintu rumah berwarna putih itu.
"Ne, Baekhyun imnida" Baekhyun membungkuk memberi salam. Ya, Kris dan Baekhyun sepakat menggunakan marga nenek mereka agar Chanyeol tidak curiga.
"Masuklah" namja itu menggeser tubuhnya dari pintu sehingga Baekhyun bisa masuk. Baekhyun mengamati sepintas isi rumah itu, cukup elegan.
"Putraku, Park Jiwon akan pulang sebentar lagi. Mungkin kau bisa melihat-lihat ruangan di rumah ini lebih dulu"
"Putra Anda berusia 6 tahun bukan?"
"Iya, dan dia terbiasa pulang berjalan kaki sendiri"
"Sendiri?" Baekhyun membelalak.
"Wae?" Chanyeol bertanya datar.
"A-aniya, hanya saja Anda tidak takut putra Anda diculik, atau hilang ata-"
"Baekhyun-ssi, kurasa kau terlalu bayak menonton film drama. Nah, ini dapur, kau bebas memakai semua peralatannya" Baekhyun membiarkan Chanyeol menjelaskan semua isi rumah ini.
"Dan ini kamar Jiwon" mulut Baekhyun menganga saat melihat kamar anak yang berantakan, ralat, sangat berantakan. Mainan berceceran di mana-mana, selimut bergelung menjadi satu dengan bantal, baju yang terburai di lantai.
"Oh, ya, ini salah satu pekerjaanmu, membereskan kamar Jiwon"
"Mwo?! Tapi aku hanya sebagai baby sitter"
"Ya, baby sitter untuk Jiwon berarti semua yang berurusan dengan Jiwon adalah urusanmu. Termasuk barang-barangnya" Baekhyun bersumpah melihat senyum licik sekelebat di bibir namja itu.
Setelah Chanyeol meninggalkannya di kamar yang berantakan itu, Baekhyun menggerutu sambil memberesi satu persatu kekacauan. Bagaimana mungkin bagian rumah yang lain begitu rapi dan hanya tempat ini satu-satunya ruangan yang sangat kacau? Ugh, dia ingin melaporkan pada Oppanya, tapi tidak! Baekhyun akan menjadi dewasa, dia tidak akan mengadu hal-hal kecil seperti ini.
"Yak! Siapa kau?!" terdengar teriakan di belakang Baekhyun yang sedang mengangkut beberapa mainan mobil-mobilan. Kalau saja itu dirumahnya Baekhyun pasti sudah menjewer anak yang berani berteriak padanya hingga menangis. Alih-alih memasang tampang garang, Baekhyun memasang senyum semanis mungkin.
"Hai, Jiwon. Aku Kim Baekhyun yang akan menjadi temanmu mulai sekarang"
"DADDY!" anak itu berteriak, membuat Baekhyun menutup telinganya dan taklama terdengar suara langkah mendekat.
"Ne, baby Jiwon?" Chanyeol mengangkat anaknya dengan kedua lengannya.
"Siapa dia, Daddy?" tanya anak itu.
"Dia akan mulai bekerja di sini untuk menemanimu mulai hari ini"
"Lalu bibi Lee?" tanya anak itu sambil menatap ayahnya.
"Oh, dia tetap bekerja membereskan rumah kita tapi dia hanya bisa bekerja pagi hingga siang, kau tau kan paman Lee sedang sakit?" anak itu mengangguk mengerti.
"Ehem!" deham Baekhyun, dia merasa terabaikan dengan ayah-anak ini.
"Jiwon-ah, ini Baekhyun, kau harus bersikap baik, ne?" bujuk Chanyeol.
"Boleh aku memanggilnya Noona?" tanya Jiwon saat turun dari gendongan Chanyeol. Chanyeol mengernyitkan dahi.
"Tentu saja boleh!" kata Baekhyun cepat.
"Ck, kau tau kau harusnya tidak pantas dipanggil Noona, Ahjumma lebih cocok" kata Chanyeol datar.
"Ya!" Baekhyun berteriak protes, lalu sedetik kemudian dia tersadar.
"M-mianhaeyo..M-maksud saya terserah saja Jiwonie akan memanggilku apa" kata Baekhyun lirih sambil mempoutkan bibirnya.
"Jja, Jiwon-ah, kau boleh memanggilnya Noona" kata Chanyeol akhirnya.
"Noona, kau bisa membuatkanku nasi goreng kimchi?" tanya Jiwon dengan mata penuh harap. Baekhyun meneguk ludahnya dengan berat.
"A-aku tidak pandai memasak, Jiwon-ah" lalu mata penuh binar Jiwon berubah suram yang entah kenapa membuat Baekhyun merasa sedih.
"Daddy akan memasaknya untukmu" kata Chanyeol sambil berjalan menuju dapur.
"Yeay! Daddy memasak, itu berarti hari spesial!" kata Jiwon mengekori Chanyeol.
"Hari spesial?" tanya Baekhyun bingung.
"Uh-huh, Daddy bilang Daddy hanya akan memasak jika hari spesial selain itu kami akan delivery makanan atau bibi Lee yang memasak"
"Dasar ayah yang aneh" gumam Baekhyun dalam hati.
Baekhyun mengatur meja makan dan menata beberapa piring, sedangkan Jiwon duduk dengan tenang di bangkunya sambil sesekali kakinya bermain-main di kaki meja.
"Daddy, kenapa tadi Baekhyun Noona membereskan kamarku? Bukankah tadi pagi bibi Lee datang?" tanya Jiwon pada Chanyeol yang sedang serius mengaduk bumbu. Baekhyun mengernyitkan keningnya dan menatap Chanyeol yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Oh itu. Daddy sengaja untuk mengetes apakah Baekhyun bisa diandalkan untuk mengurusmu, yah, pertama dimulai dari kamarmu dahulu"
WHAT?
Mengetes?
Jadi Chanyeol sengaja mengobrak-abrik kamar putranya untuk mengetesnya?
"Park Chanyeol! Mati kau!" oh tentu Baekhyun hanya bisa berteriak dalam hati.
TBC
