Eddreine : yapi-yapi, yapapai! (?) aku jadi terus kepkiran membuat cerita tentang Lirina dan Hibari, tapi bentuknya berbeda. Kali ini ngak nyangkut ke ala mafia alnya mereka masih icil-icil!
Komentator : Jadi, ini request kedua temenmu itu?
Eddreine : Bisa di bilang begitu. Tapi aku memang berniat membuat cerita tentang Hibari dan Lirina. Sifat dan Kebiasaan mereka masih nga berubah, hanya saja sekarang versi anak-anak.
Komentator : wew, keduanya pasti bakal ricuh.
Eddreine ; so pasti. Just cekidot!
.
.
.
Katekyo Hitman Reborn © Akira Amano
New Character Belong to Eddreine
Rated : K+ till T+
Gender : Friends/ humor/ familly
.
.
.
"HEIIII! JANGAN GANGGU DIA!" Seorang anak perempuan bermbut hitam panjang, bertubuh mungil menghampiri kerumunan anak-anak yang sedang memukuli seorang anak laki-laki berabut hitam.
"Ah, dia lagi. Ayo pergi saja. Nanti anak cerewet ini melapor pada guru dan orangtuanya." Dengan nada kesal, yang bertubuh paling besar mengajak semua teman-temannya pergi.
"Dasar! Selalu saja main kroyok! Hei, kau tak apa-apa?"
"Tidak usah ikut campur!" Anak laki-laki itu menepis tangan yang terulur padanya.
"Bukannya berterima kasih malah membentak. Kenapa kau tak membalas mereka, paling tidak teriak minta tolong."
"Aku ini kuat! Kalau bukan karena anak anjing ini, sudah ku-kamikorosu mereka!"
"Sok kuat, padahal kau selalu babak belur. Kita bawa anak anjing ini ke rumahku. Biar diobati oleh ibuku."
"Hn..."
.
.
.
"Hei Kyouya. Lagi-lagi kau berkelahi dengan anak-anak nakal itu ya?" Anak perempuan berambut panjang itu menatap Hibari yang sedang tiduran di atap sekolah. Beberapa bagian tubuh hibari tampak lebam dan diberi plester luka.
"Bukan urusanmu. Jangan ganggu aku!" Hibari Kyouya tak meliriknya, kembali melanjutkan tidur siangnya.
"Menang atau kalah?" Anak permpuan itu tampaknya tak peduli dengan sikap dingin itu.
"Tentu saja aku menang."
"Nga mutu. Kalau babak belur begini sama saja. Harusnya kau bisa mengalahkan mereka tanpa terluka."
"Jangan sok mengguruiku, kau seperti para herbivora itu saja!"
"Aku tak begitu suka makan sayur jadi jangan panggil aku herbivora."
"Tsk, kau ini berisik. Kamikorosu!"
"Memangnya kau vampire atau hewan buas? Main gigit." Kedua alis Hibari terangkat, dia kehilangan minat tidur siangnya karena anak perempuan ini. Apa lagi sejak tadi anak ini terus saja menanyainya dan menjawab semua kata-katanya dengan nada yang setengah bercanda.
"Aku adalah Karnivora. Yang tertinggi dalam piramida makanan!"
"Berarti kau bukan manusia? Setahuku manusia masuk golongan Omnivora." Lagi-lagi sebuah perempatan bertambah di kepala Hibari, namun juga membuatnya bingung untuk menjawab.
"Pokoknya aku adalah yang terkuat!" Jawabnya gusar.
"Melebihi Omnivora?"
"Tentu saja!"
"..."
"Sudah selesai tanya jawabnya? Tinggalkan aku!"
"Kyouya payah. Sama sekali tak bisa diajak ngobrol." Bukannya pergi anak perempuan itu malah ikut tiduran di sebelahnya.
"Huh!" Hibari menyingkirkan rambut panjang yang tertiup angin ke wajahnya.
"Kyouya." Perlahan anak itu tengkurap dan bertopang dagu di samping Hibari.
"Apa?"
"Kalau aku tak ada kau bagaimana?"
"Tak ada yang berubah walau kau tak ada."
"Tapi kau pasti tak punya teman. Semua anak selalu menjauhimu kan?"
"Aku tak butuh teman!"
"Terus aku bukan temanmu?"
"Bukan."
"Jahat!" Pipi anak itu menggembung kesal.
"Jangan bersikap seperti perempuan."
"Aku kan memang perempuan."
"Hermaprodit. Tak ada perempuan normal yang berani mendekatiku."
"Apa aku perlu buka baju untuk membuktikan kalau aku perempuan?"
"Dasar gila!"
"Aku masih waras!"
"Makhluk lemah sebaiknya menjaga jarak dari para predator."
"Kalau allien?"
"Tsk! Aku tak bicara tentang film horor!" Jika Hibari adalah gunung berapi aktif, pastilah di sudah meletus beberapa kali karena anak perempuan itu terasa begitu mengganggunya.
"Huh! Kau ini memang sangat sulit diajak bicara!"
"Kalau begitu pergilah! Bergabung dengan teman-temanmu!"
"Aku tak punya teman selain kamu. Semua anak juga menjauhiku sejak aku menghajar anak-anak yang membullyku!" Hibari melirik anak perempuan itu, mata mereka bertemu. Kelabu bertemu coklat tua, sama-sama menatap langsung ke arah lawan bicaranya. "Tapi kalau Kyouya keberatan aku jadi temanmu, aku akan menjauh. Sendirian juga tak buruk."
"Hm..." Hibari duduk bersila, anak perempuan itu pun ikut duduk bersimpuh di sampingnya.
"Mau kembali ke kelas?" Tanyanya.
"Aku sedang malas."
"Kalau begitu aku boleh disini bersamamu kan?"
"Kenapa? Kau juga mau bolos?" Biasanya anak perempuan ini selalu rajin ikut pelajaran meski terkadang di kelas dia akan diganggu oleh semua anak di kelas saat guru sedang lengah.
"Kembali ke kelas pun percuma. Saat kembali ke kelas setelah pelajaran olah raga, semua buku pelajaranku dirobek dan dicorat-coret. Aku mau pakai apa? Kau tahu kan, mereka takkan sudi berbagi denganku."
"..."
"Kyouya?"
"Seharusnya kau ini masuk saja seperti anak normal."
"Maksudmu jadi anak kelas 2 SD seperti anak seumuranku? Nga mau!"
"Kalau begitu berhentilah bicara dengan apa yang kau sebut hantu atau apalah itu."
"Mereka selalu mendatangiku, mana mungkin aku mengacuhkan jika mereka terus menggangguku."
"Huh..." Hibari mendesah pendek. Anak perempuan ini, teman sekelasnya. 4 tahun di bawahnya, selalu bersikap aneh seperti berbicara dengan seseorang padahal di sana tak ada siapapun selain dirinya. Bel tanda istirahat berakhir berbunyi, keduanya masih tetap dalam posisi yang sama. Saling tatap satu sama lain. "Lirina, kita ke kelas."
"Tapi..." Anak itu masih menatap Hibari yang sudah ada di pintu atap.
"Aku akan pinjamkan bukuku, tak masalah kan?"
"Terimakasih! Kyouya baik deh!" Anak itu bersorak, segera menyusul Hibari ke kelas.
.
Saat keduanya masuk bersama, seluruh isi kelas jadi hening. Hibari menatap tajam anak laki-laki yang duduk di sebelahnya.
.
"Pindah!" Perintahnya singkat. Anak laki-laki itu segera bangun dan memeluk tasnya sambil gemetaran. "Hei, kau kesini!"
"He? Kukira kau akan..."
"Cepat kemari atau kamikorosu!" Bentaknya tak sabaran.
"Baiklah..."
"Kau duduk di tempatnya!" Perintah Hibari pada anak tadi. Lirina tak sempat memprotes Hibari karena guru sudah masuk kekelas. Sang guru sempat bertanya kenapa mereka bisa duduk berdua, namun Hibari memberikan tatapan dengan aura membunuh sehingga guru itu tak bertanya lebih jauh.
.
.
.
"Kau akan membuatku makin dibenci. Harusnya kau berikan saja bukumu dan kembali tidur di atap." Kata Lirina setengah berbisik saat akan bersiap pulang. Ia bisa merasakan tatapan tajam seisi kelas padanya.
"Terserah aku mau melakukan apa." Hibari masih tampak malas untuk bangkit dari kursinya. Kedua tangannya terlipat di belakang kepala, ia menguap dengan malas.
"Karnivora menyebalkan!"
"Hermaprodit lemah."
"Aku sudah sabuk hijau karate, jadi jangan sebut aku lemah!" Bentak Lirina. Lagi-lagi aura membunuh berputar di sekitar keduanya. Anak-anak yang menatap Lirina mendapat deathglare dari Hibari sehingga mereka memilih segera meninggalkan kelas.
"Masih hijau? Aku biru."
"Aku pasti dapat sabuk hitam ujian kali ini! Aku takkan kalah dari Kyouya!" Lirina mengeluarkan sebuah tas jinjing lumayan besar dari lokernya, kotak bekal yang sepertinya cukup berat. Dia juga mengeluarkan tas lain yang berisi seragam karate dan kendo miliknya.
"Coba saja, kau ini anak kecil yang sangat sombong." Hibari meraih kotak bekal itu saat Lirina akan membawanya sekaligus.
"Kau sendiri? Masih kecil sudah jadi preman! Berantem tiap hari!"
.
Keduanya meninggalan kelas dengan saling melempar ejekan dan kata-kata khas anak-anak yang sedang adu mulut. Berdua mereka menuju ke sebuah dojo yang menjadi tempat mereka berlatih beladiri kendo dan karate.
.
"Ah, kali ini kalian datang bersama ya?" Seorang anak laki-laki berambut jabrik tersenyum saat keduanya memasuki dojo. Dia adalah anak pemilik dojo, Yamamoto takeshi.
"Iya, tadi dia tumben mau ikut pelajaran."
"Huh." Hibari tak memperdulikan keduanya dan meraih seragamnya karatenya dari dalam tas.
"Mana paman Tsuyoshi?"
"Hari ini sedang ramai, jadi kita diminta latihan sendiri. Nanti Lussuria dan Squalo datang kok, biar tak ada ayah, kita masih bisa latihan."
"Oh..., kita makan dulu yuk? Nanti kubantu membersihkan dojo."
"Wah! Kau bawa bekal banyak sekali!"
"Kakak dan Kikyo-san menyuruhku membaginya bersama kalian. Kyouya, kau juga dapat bagian. Ada hamburger dan sandwich tuna mayonaise juga lho!" Hibari langsung duduk di sebelah Yamamoto saat mendengar kata 'hamburger'. Kedua anak itu tertawa melihat Hibari yang tadi kelihatan ogah-ogahan kini menatap semua isi bekal dengan penuh minat.
.
.
.
"VROOOOIIII! Jaga konsentrasi kalian! Pukul lawan tanpa ragu!"
"Mou, Squ-chan. Ini hanya latihan, jangan sampai melukai teman kalian ya!"
"Kau akan kuhabisi kali ini!"
"Huh, anak kecil yang sok!" Hibari tersenyum sinis pada Lirina yang kini menatapnya dengan pose siaga. Keduanya maju bersamaan, saling adu pukulan dan tendangan.
"Ah, ada kucing lucu!" Teriak Lirina saat melihat seekor kucing belang memasuki pintu dojo.
.
Hibari menoleh kebelakang untuk memastikan apa yang dikatakan Lirina. Melihat Hibari tak fokus, anak itu menyerang-tepatnya melompat untuk menendang. Namun Hibari segera menyadarinya dan menendangnya lebih dulu di perut. Alhasil anak perempuan yang lebih kecil darinya itu terlempar menubruk Gokudera yang sedang berlatih bersama Sawada Tsunayoshi dan Yamamoto. Lirina mendarat di atas tubuh Gokudera, meringgis kesakitan karena tendangan tadi lumayan keras.
.
"KYAAAA! Lirina-cha~n! Kau baik-baik saja!" Lussuria segera menghampiri kedua anak didiknya.
"VOI! Bocah, harusnya tak perlu sekeras itu padanya!"
"Huh!" Hibari cuek saja.
"Maafkan aku Hayato-chan!" Lirina segera bangun saat menyadari Gokudera menjadi korban sekaligus penyelamatnya dari serangan Hibari yang bisa saja membuatnya terlempar lebih jauh jika tak menubruk anak berambut silver itu.
"Che, kalian ini lihat-lihat jika mau bertarung! Kalau Tsuna sampai kena bagaimana?" Bentaknya pada Lirina dan Hibari. Lirina sudah pasang pose sujud sementara Hibari asyik menghabiskan minuman yang dibawa Lirina. "Oi, minumanmu dihabiskan tuh!"
"HAH? KYOUYA!" Kedua anak itu kembali melanjutkan pertengkarannya, tentu kali ini bukan hanya adu mulut.
.
.
.
.
.
Gimana? GAJE kah? Tapi sungguh ini aku buat dengan ide yang entah dari mana munculnya tanpa di undang. Jika suka, akan kubuat next chapternya. Jika tidak ya, biarin aja segini.
SOOOOOOOOOOOOO~~~~~ R & R PLEASE!
