"Kau baik-baik saja?" Annie mengulurkan tangannya. Gadis pirang dengan setelan maid itu menatapnya dengan mata biru yang besar berbinar. Ekspresinya layaknya seorang gadis yang baru saja bertemu hero-nya seperti dalam anime shoujo yang sering ditonton Annie setiap sabtu malam. Annie sendiri merasa dirinya mirip dengan seorang pangeran yang sedang menolong seorang putri ala cerita kerajaan zaman dulu.

ooo

Atashi no Kawaii Maido-chan!

By : Yuuki Azusa

Shingeki no Kyojin Fanfiction

Desclaimer : Shingeki no Kyojin Fanfiction © Hajime Isayama

Rated : T

Genre : Romance, Friendship

Pair : AruAni, slight EreMika dan EreAni

Warning : AU, OOC, school life , typo(s), no yuri.

Summary : Annie tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Harusnya, ia menganggap gadis bermarga Arlert itu hanya sebatas teman saja. Jika ingin lebih, hanya sebatas saudara. Tapi, kenapa perasaanya pada gadis itu lebih dari sekedar 'itu'?

*Happy Reading!*

ooo

Story 1 : Annie Leonhart

Namanya Annie Leonhart. Panggilan kecilnya Annie. Umurnya 17 tahun. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di SMA Rose kelas 2 dan menjalani hidup layaknya seorang remaja SMA pada umumnya.

Baik di rumah, di sekolah, ataupun di lingkungan masyarakat, Annie dikenal sebagai sosok gadis introvert yang kurang bergaul dengan orang lain. Ia sangat tertutup. Ia dingin, judes, dan menyeramkan. Wajahnya selalu datar, minim sekali ekspresi. Dia jarang sekali tersenyum, apalagi tertawa. Jika ada yang melihatnya tertawa, mungkin itu sebuah keajaiban. Bagaikan menemukan berlian di dalam tumpukkan jarum.

Karena sikapnya yang seperti itu, Annie jadi tidak punya teman. Ia selalu sendirian. Kemana-mana pun sendirian. Jika jam istirahat, biasanya Annie akan sibuk menghabiskan waktunya dengan menyendiri sambil mendengarkan musik, bermain game di smartphone kesayangannya, membaca novel di perpustakaan, atau makan siang di atap sekolah sendirian. Terlihat seperti jones memang, namun Annie tidak peduli. Ia lebih suka sendirian daripada berbaur dengan banyak orang. Karena dengan sendirian, Annie bebas melakukan apa saja.

Selama 17 tahun kehidupannya, Annie memang belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bukan karena Annie tidak laku. Jangan salah, gini-gini Annie banyak yang naksir. Wajahnya memang selalu terlihat datar dan penampilannya sama sekali tidak feminim. Namun, Annie sebenarnya cantik. Wajahnya rupawan, hidungnya mancung, bibirnya ranum, kulitnya putih mulus, mata biru langitnya indah, dan rambut pirangnya menawan. Tubuhnya memang tidak terlalu seksi, namun tetap sedap di pandang. Dia juga tidak tinggi, tingginya hanya 153 cm. Namun itu tidak terlalu berpengaruh mengingat masih banyak gadis yang lebih pendek di sekolahnya. Singkatnya, Annie itu hampir sempurna. Ia hampir saja dinobatkan sebagai gadis paling cantik di sekolah. Sayangnya, karena sikapnya yang sedikit buruk, Annie malah mendapat peringkat ketiga dalam posisi tersebut. Peringkat pertama di pegang oleh sepupunya, Krista Lenz yang selalu dipuja bak malaikat, sedangkan peringkat kedua dipegang oleh rivalnya, Mikasa Ackerman.

Soal pergaulannya dengan cowok, Annie sebenarnya cukup menutup diri. Ia kurang suka dengan cowok-cowok di sekolahnya. Apalagi cukup banyak cowok penggoda disana. Saat mereka belum tau sifat Annie yang sebenarnya, mereka sempat menggoda Annie. Namun, mereka berakhir mengenaskan setelah mendapat beberapa pukulan dan tendangan dari Annie. Sejak saat itu, tidak ada satupun cowok yang mau bicara ataupun mendekati Annie. Hanya cowok tertentu yang punya kedudukan khusus bagi Annie seperti dua sahabat masa kecilnya yang bongsor itu—Reiner dan Bertolt, atau cowok bermental baja yang kelewat idiot macam Jean dan Eren.

Ngomong-ngomong soal Eren, cowok bermarga Jaeger itu merupakan salah satu teman sekelas Annie yang selalu cukup nekat untuk mengajak Annie mengobrol. Awalnya, Annie merasa terganggu. Namun, lama-kelamaan ia terbiasa dengan kehadiran cowok badung sekaligus cerewet itu. Malahan, sekarang mereka jadi teman dekat. Mereka sering bergabung dalam satu kelompok yang sama ketika mengerjakan tugas. Annie juga lumayan menyukai Eren yang pekerja keras dan polos yang membuatnya sering dijadikan babu oleh Annie.

Sayangnya, selalu ada Mikasa yang menjadi penghalang bagi mereka.

ooo

BRAK!

Di pagi hari yang cerah di salah satu hari sekolahnya, Annie dikejutkan dengan kehadiran setumpuk makalah yang cukup yang dibanting senenaknya di atas mejanya. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Eren yang sedang berdiri sambil nyengir lebar menampilkan sederet gigi putihnya yang kelewat cerah.

Annie hampir saja menyemburkan susu kotak yang sedang diminumnya, namun tak tega melakukannya karena tak ingin menghancurkan wajah imut Eren yang kelewat ceria itu. Akhirnya, Annie hanya merespon dengan wajah yang ditekut kesal.

"Bisakah kau tidak mengagetkanku. Aku baru saja akan menyemburmu, tapi aku masih kasihan padamu," ujar Annie ketus. Eren hanya cengengesan.

"Hehehe, maaf. Oh ya, ini sudah kukerjakan ulang semua dan sudah kuperbaiki bagian yang kau koreksi waktu itu. Aku harus sampai begadang dan menghabiskan lima cangkir kopi saat mengerjakannya tau," Eren mengadu.

"He~ Jadi kau tidak ikhlas melakukannya?" Annie tersenyum sinis. Senyumnya terlihat menyeramkan. Eren langsung bergidik.

"B-bukan begitu, aku hanya—"

"Kalau kau tidak mau melakukannya, tak apa. Biar aku saja. Tapi, aku harus rela memberikan semua nilaimu untukku nanti."

Annie hampir saja mencoret nama Eren yang tertulis di judul makalah, namun tangannya dihentikan seseorang.

"Seharusnya kau bisa menghargai pekerjaan orang lain. Eren rela tidak tidur hanya untuk membuat makalahmu menjadi sempurna."

Oh, ternyata itu Mikasa. Ia datang untuk membela Eren dan menyelamatkan nama Eren dari coretan tangan Annie. Mikasa menatap Annie tajam yang dibalasa tatapan tak kalah tajam dari Annie. Sedangkan Eren sudah was-was, takut terjadi perang dunia ketiga.

"Apa harus kukoresi perkataanmu? Ini makalah kita, bukan makalahku seorang," ujar Annie dingin.

"Itu kau tau. Lalu kenapa kau mau mencoret nama Eren?"

"Aku hanya mengancamnya. Anggap saja ini hukuman karena dia tidak ikut diskusi bersama kita hari minggu kemarin. Aku saja rela tidak ikut latihan bela diriku hanya untuk tugas ini. Kenapa Eren malah bolos dengan alasan yang kurang masuk akal?"

"Itu bukan alasan yang kurang masuk akal. Eren memang sakit perut saat itu. Dia terlalu banyak makan sambal buatan ibunya. Lagipula, kau kan sudah menghukumnya dengan menyuruhnya menyusun makalah ini sendirian sampai dia tidak tidur. Apa itu belum cukup bagimu?"

"Sudahlah, apa masalah ini perlu kita debatkan? Lagipula tadi aku tidak serius, Mikasa. Aku hanya bercanda." Annie tertawa hambar. Mikasa makin menatapnya sinis.

"Candaanmu itu tidak lucu, Annie."

"Sudahlah, Mikasa. Kau dengar sendiri dari Annie kan bahwa dia tidak serius mencoret namaku. Jadi, tak perlu dipermasalahkan, ok? Sekarang ayo kita duduk." Eren segera menarik tangan Mikasa menuju tempat duduk mereka. Ia tidak mau perdebatan antara Mikasa dan Annie makin panjang yang malah akan memperburuk suasana.

Annie sendiri hanya memandang dua sejoli yang berlalu meninggalkannya itu dengan datar. Lalu pandangannya dialihkan ke arah makalah yang dibuat Eren. Annie membolak-balik halaman makalah dan membaca isinya sekilas. Benar seperti kata Eren, beberapa kesalahan yang sempat dibuatnya di makalah tersebut sudah diperbaiki. Annie tersenyum puas.

"Pekerjaan bocah itu bagus juga," gumam Annie sambil tersenyum tipis, tanpa ada satupun orang yang melihatnya.

ooo

"Annie, tadi pagi kau bertengkar lagi dengan Mikasa?"

Annie yang tadinya sibuk memandangi antrian di salah satu stand makanan di kantin sekolahnya kini berbalik menatap Krista yang duduk di hadapannya. Berbeda dengan hari-hari biasanya dimana Annie lebih sering menghabiskan makan siang di atap sekolah sendirian, hari ini Krista mengajak Annie makan bersama di kantin dengan alasan sohib seperjuangannya yang bernama Ymir tidak masuk karena sakit perut. Hei, apa sakit perut sedang tren saat ini?

"Biasalah, hanya karena makalah," jawab Annie singkat.

"Pasti gara-gara Eren ya?" tebak Krista.

"Ya, dia itu sensitif sekali kalau sudah berhubungan dengan Eren."

"Bukannya kau juga sama?"

Wajah Annie mendadak mengeras. "Apa maksudmu?"

Christa keringat dingin. "Tidak, lupakan saja," jawabnya sambil kibas-kibas tangan.

Annie memutuskan untuk menghiraukan Krista. Ia melanjutkan kegiatan memakan sandwich telurnya yang sempat tertunda akibat dirinya yang melamun tadi.

PRANG!

Suara piring pecah mengejutkan para pengunjung kantin. Annie segera celingak-celinguk mencari sumber suara. Mata biru langitnya menangkap sosok berambut pirang dengan pakaian maid yang jatuh terduduk dengan piring dan mangkuk yang pecah di hadapannya. Beberapa cowok yang tadi sedang nongkrong di sekitar tempat si maid itu jatuh segera menghampirinya. Awalnya, Annie berpikir para cowok itu akan menolong si maid. Namun ternyata…

"Oi, kau menjatuhkan makanan kami!"

"Dasar tidak berguna!"

"Kau harus menggantinya!"

Mereka malah membullynya. Si maid berkali-kali meminta maaf, namun tidak dipedulikan. Para cowok itu menendangnya, membuat si maid makin tersungkur. Kepalanya diinjak dan disiram jus jeruk milik mereka. Para cowok itu tertawa sambil sesekali menendang wajah maid itu.

"M-maafkan aku… aku akan… segera menggantinya…" maid itu berujar lemah. Namun, para cowok itu masih senang menyiksanya.

Annie menyaksikan kejadian itu dengan hati kesal. Ia kesal melihat para cowok itu memperlakukan si maid seenaknya. Awalnya, ia memilih untuk tidak ikut campur. Namun, lama kelamaan ia jengkel juga. Annie memang kurang peduli dengan orang lain, namun bukan berarti dia tidak punya hati. Annie juga masih punya rasa kemanusiaan. Ia hanya tidak suka melihat orang yang lebih lemah ditindas seenaknya.

Annie bangkit dari kursinya lalu menghampiri sekelompok cowok yang masih membully si maid. Krista berusaha menghentikannya, namun tidak didengarnya.

"Apa kalian tidak malu memperlakukan seorang gadis seperti ini?" ujar Annie datar dan dingin. Para cowok itu berbalik dan menatap Annie dengan jengkel. Mereka kesal karena acara membully mereka diganggu Annie.

"Sebaiknya kalian hentikan atau terpaksa kulakukan kekerasan," ujar Annie.

"He~ Memangnya Nona cantik sepertimu bisa apa?" salah satu dari mereka menghampiri Annie. Ia menggoda Annie seenakanya sambil mengibaskan poni yang menutupi mata kiri Annie. Cari mati dengan Annie rupanya.

"Memang kalian ini ingin bertarung denganku ya. Baiklah, akak kulayani."

"Hah? Kau ngomong ap—"

BUAGH!

Belum sempat si cowok kurang ajar selesai berbicara, Annie sudah mendaratkan tinjunya ke dagu cowok itu. Masih kurang dengan tinju, Annie menambahnya dengan tendangan andalannya yang berhasil membuat cowok itu terjungkal ke belakang.

"Apa masih kurang?" Annie menatap si cowok dan teman-temannya dengan tajam. Karena takut, mereka buru-bur kabur sebelum Annie sempat menghajar mereka satu-persatu.

"Cih, dasar pengecut," cibir Annie. Annie mengalihkan pandangannya dan menatap si maid.

"Kau baik-baik saja?" Annie berjongkok dengan satu kaki ditekuk—pose ala pangeran—sambil mengulurkan tangannya. Gadis pirang dengan setelan maid itu menatapnya dengan mata biru yang besar berbinar. Ekspresinya layaknya seorang gadis yang baru saja bertemu hero-nya seperti dalam anime shoujo yang sering ditonton Annie setiap sabtu malam. Annie sendiri merasa dirinya mirip dengan seorang pangeran yang sedang menolong seorang putri ala cerita kerajaan zaman dulu.

Gadis itu menerima uluran tangan Annie sambil bercicit pelan. Suaranya halus dan imut sekali.

"T-terima kasih banyak."

"Pipimu terluka. Harus diobati," ujar Annie sambil membantu gadis itu berdiri. Annie baru sadar kalau gadis itu ternyata lebih tinggi darinya.

"Tidak perlu. Ini hanya luka kecil. Nanti juga sembuh sendiri, hehe," ujar si gadis sambil tersenyum manis.

"Tidak bisa. Nanti infeksi. Ayo kita ke UKS, biar kuobati lukamu." Annie menarik tangan gadis itu tanpa membiarkan si gadis menjawab sepatah katapun. Annie berusaha menghiraukan tatapan semua orang yang ada di kantin—termasuk Krista—yang sejak tadi menyaksikan adegan ala roman picisan yang sedang terjadi antara Annie dan gadis maid itu. Tanpa Annie sadari, dua orang paling menyebalkan sedang menertawai mereka berdua.

ooo

Di UKS…

"Aw, sakit!" Gadis itu meringis pelan ketika Annie mengoleskan antiseptik cair di pipinya yang terluka.

"Maaf," ujar Annie. Si gadis menjawab dengan gelengan.

"Harusnya aku yang minta maaf karena telah merepotkanmu."

"Aku sama sekali tidak merasa kerepotan," ujar Annie. Dengan telaten ia merawat luka si gadis. Biarpun kelihatannya judes begini, Annie pernah ikut kegiatan PMR sewaktu SMP namun akhirnya berhenti karena punya masalah dengan kakak kelasnya. Annie punya pegetahuan walaupun sedikit tentang cara merawat luka orang lain dengan baik dan benar.

"Sudah selesai," ujar Annie. Ia beranjak membereskan kembali isi kotak P3K dan meletakkan kembali di tempatnya semula.

"Oh ya, aku melupakan satu hal," Annie berbalik kembali menghadap si gadis. "Aku Annie Leonhart. Panggil saja Annie," ujarnya sambil mengulurkan tangan.

Si gadis sempat berpikir tentang apa yang sedang Annie lakukan. Setelah mengerti maksud Annie, gadis itu ikut mengulurkan tangan. "Aku Armin Arlert. Kau boleh memanggilku Armin," ujarnya sambil tersenyum lebar. Entah kenapa, Annie merasa senyum gadis itu sangat manis.

"Jadi Armin, kenapa kau memakai baju maid di sekolah? Apa kau kerja di kantin?" tanya Annie. Ia menggeser kursi lalu duduk di hadapan Armin yang masih setia duduk di ranjang. Ia menunggu jawaban Armin.

"Tidak. Siswa kan dilarang bekerja di sekolah," jawab Armin.

"Lalu?" Annie masih menuntut penjelasan.

Armin menghela napas sebelum memulai ceritanya. "Aku terpaksa berpakaian seperti ini untuk memenuhi keinginan mereka."

Alis Annie mengerut. "Mereka?"

"Anak cowok yang tadi kau serang. Mereka lah yang memintaku berpakaian seperti ini. Sejujurnya aku juga tidak mau. Tapi, mereka mengancamku dan akan terus menggangguku jika aku tidak mau mengenakannya," jelas Armin. Seketika, Annie merasa iba dengan Armin.

"Sudah berapa lama mereka membullymu? Apa saja yang sudah mereka lakukan padamu?" tanya Annie.

"Sejak kelas 1. Sudah banyak sih. Mencoret-coret mejaku, mengotori loker sepatuku dengan sampah, membuang tasku, membuang semua bukuku ke kolam ikan, merobek seragamku, dan… ya, masih banyak lagi."

Armin menyebutkan dengan tanpa beban. Ia terlihat sama sekali tidak keberatan dengan semua perlakuan para cowok kurang ajar itu Annie yang sejak tadi mendengarkan mulai panas sendiri.

"Kenapa kau tidak melawan? Atau setidaknya melaporkannya pada guru. Apa tidak ada satu orang pun yang menolongmu?" tanya Annie.

"Biasanya sih ada Ymir yang melindungiku. Tapi karena hari ini Ymir tidak masuk, jadi ya tidak ada yang melindungiku deh," jawab Armin. "Lagipula, jika tidak begitu, aku tidak bisa punya teman."

"Hah?" Annie mengernyit. "Apa maksudmu? Apa dengan diperlakukan seperti itu kau bisa punya teman? Dasar aneh," cibir Annie.

"Ya, mau bagaimana lagi. Aku orangnya kikuk. Aku tidak mudah mendapatkan teman. Mereka berjanji akan berteman denganku asalkan aku mau menuruti keinginan mereka. Jika aku berusaha melawan mereka, sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka. Aku tidak mau mereka membenciku, karena itu selama ini aku hanya diam saja."

Annie tersenyum miris. "Huh, bodoh. Yang seperti itu bukan teman namanya. Mereka hanya memperalat dirimu. Jangan jadi terlalu polos, Armin."

"Aku tidak masalah selama aku tidak sendirian," ujar Armin sambil tersenyum.

Mendengar perkataan Armin, Annie langsung terdiam. Entah kenapa, ia merasa tersindir.

"Memilih menyakiti diri sendiri untuk mendapatkan teman daripada sendirian ya? Hei, Armin. Kau terlalu naif," cibir Annie dalam hati.

Annie menatap Armin yang terdiam. Tangannya tiba-tiba saja terulur untuk menggenggam tangan Armin dengan erat. Armin tentu saja kaget dengan perlakuan Annie yang tiba-tiba ini.

"Armin, aku bersedia jadi temanmu. Aku tidak akan membiarkan dirimu disakiti lagi oleh mereka. Kapanpun kau butuh aku, kau panggil saja aku. Aku akan selalu ada untukmu," ujar Annie.

Armin terkejut dengan ucapan Annie. Seketika wajahnya memerah dan mata biru lautnya yang besar itu kembali berbinar. Hatinya menghangat. Mendengar ucapan tulus dari seorang Annie membuat Armin tak bisa menahan senyum tulusnya.

"Terima kasih, Annie. Kau baik sekali. Aku bersyukur dapat bertemu denganmu," ujar Armin.

Tanpa Annie sadari, wajahnya ikut memerah—walaupun tipis—saat melihat senyum Armin.

Armin bangkit dari ranjang sambil menepuk-nepuk pakaian maid-nya yang sedikit kotor.

"Annie, sekali lagi terima kasih banyak karena telah menolongku juga telah merawat lukaku. Terima kasih juga karena telah mau menajdi temanku. Aku harus kembali ke kelas dan ganti baju. Sebentar lagi kelas akan dimulai. Kau juga kan, Annie?"

Annie tersadar dari lamunannya. "E-eh, um… iya."

Armin terkekeh pelan melihat tingkah Annie. "Aku pergi dulu. Sampai jumpa, Annie."

Setelah memberikan senyum terbaiknya sambil melambaikan tangan, Armin pergi meninggalkan Annie yang terpaku. Setelah dipastikan Armin benar-benar pergi dari sana, Annie baru menyadari bahwa wajahnya kini sudah semerah tomat. Annie merutuki dirinya sendiri akan tingkahnya pada Armin hari ini.

"Apa-apaan aku ini? Apa maksudnya itu aku mau jadi temannya? Kenapa aku pakai bilang aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya? Sadarlah Annie… Memangnya kau itu apa? Pangeran dari negeri dongeng yang tersasar ke dunia nyata?"

Annie terus menggerutu dalam hatinya hingga ia jatuh terduduk di kursi yang tadi sempat didudukinya.

"Terus, kenapa juga aku harus deg-degan saat melihat Armin tersenyum? Sadarlah, Annie… Dia itu perempuan dan kau masih normal. Kau tidak boleh belok."

Annie berusaha menenangkan dirinya dengan menarik napas beberapa kali. Setelah merasa cukup tenang, Annie mengambil sbuah keputusan. Bahwa mulai detik ini, ia harus jauh-jauh dari Ymir dan Krista. Berada lama-lama bersama dua orang lesbian yang sudah belok itu tidak baik bagi kondisi psikologis Annie. Bisa-bisa ia juga ikutan belok karena terlalu lama bergaul bersama mereka.

Bersambung…

Halo! Aku Yuuki Azusa, author lama yang numpuk banyak fic dan bukannya melanjutkan ficnya malah nambah fic baru. Gomen-gomen, aku lagi kepengen banget nulis cerita AruAni, pair favoritku di SnK setelah EreMika.

Maaf kalo ceritanya aneh dan agak lebay. Anggap saja sebagai hiburan. Fic ini juga fic pertamaku di fandom SnK, semoga kalian suka. Apa kalian tertarik untuk meninggalkan jejak?