"Replace."
.
.
Present by Item Buluq
.
.
"Wonwoo bahkan tahu pernikahan itu tidak semudah menghamili gadis perawan, tapi mengapa ia harus menggantikan posisi adiknya menikahi Mingyu?"
.
Wonwoo menatap pemuda yang terbaring diatas ranjang. Ranjang beralas kain warna putih, dengan bantal dan alat serba putih lainnya. Pernafasan pemuda itu dipasang alat pembantu bernafas, oksigen dan lainnya.
Tangannya tentu sudah pasti diinfus melihat kondisi tubuhnya tak baik-baik saja. Matanya tertutup seolah sedang tertidur dengan damai. Tidak sedikit bagian-bagian tubuhnya diperban yang harus diganti dalam jangka waktu tertentu terutama dikepala.
Wonwoo menghela nafas, menggenggam jemari pemuda itu. Wonwoo menaruh kepalanya disamping pemuda yang berbaring setelah menarik kursinya lebih dekat sebelumnya. Dielusnya punggung tangan pemuda yang sedang berbaring itu dengan pelan, matanya menatap kosong tanpa arti.
"Jungkook-ah, kau tega meninggalkanku sendirian disini."
"Kau akan sadar kan?"
"Ya, aku yakin fotomu tidak akan dikalungi bunga nantinya."
"Sebentar lagi waktunya kau menikah, tapi kau malah berbaring disini."
"Jangan biarkan aku yang menikah dengannya,"
Jungkook, pemuda yang sedang berbaring tetap diam dan tertidur dengan damai. Tidak ada reaksi apapun yang ditimbulkan darinya. Menggerakkan jari pun tidak apalagi membuka mata.
Wonwoo sepertinya akan sia-sia saja menyuarakan, tidak akan ada jawaban yang ia dapat dari pemuda itu. Dia tidak akan pernah mendengar apa yang Wonwoo katakan, meskipun Wonwoo berteriak di telinganya jika ia belum diperintahkan untuk bangun.
Wonwoo tertawa, menertawakan dirinya yang melakukan hal bodoh.
Apa ada seseorang yang sedang koma bisa menjawab orang yang bicara padanya?
Jika ada, tolong beritahu Wonwoo. Agar pemuda itu tidak merasa bodoh lagi.
Wonwoo menenggelamkan kepalanya pada lengannya sendiri. Dia tidak menangis, tapi dia hanya berharap. Ayolah, berharap tidak membuat orang tampak bodoh kan?
Wonwoo lelah, ia baru saja pulang dari Osaka semalam, tempatnya melanjutkan perguruan tinggi. Berita yang dikirim orang tuanya dari Seoul sungguh membuatnya tidak berpikir dua kali lagi untuk segera pulang ke Korea Selatan. Hari ini bahkan sudah beranjak hari ketiga dan Jungkook masih berbaring di ranjang kamar rawatnya tanpa menunjukkan perubahan.
"Wonwoo, cepat pulang sekarang,"
"Ada apa eomma? Apa sesuatu yang penting terjadi?"
"Ya, ini penting Wonwoo,"
"Kau sepertinya habis menangis, katakan sekarang eomma."
"J-jungkook.."
"Ada apa dengan Jungkook?"
"Dia jatuh dari lantai 3, dan dia koma Wonwoo.."
Sejujurnya Wonwoo berpikir bahwa semuanya hanyalah candaan bulan April mengingat Ibunya menelfonnya saat bulan April tiba. Tapi setelah ia pikir kembali, orang gila mana yang mau membuat lelucon tentang kecelakaan dan koma?
Dan ternyata, Jungkook benar-benar koma.
Saudara kandungnya sudah berada di rumah sakit bernomor 109.
Itu artinya Jungkook bukan membuat April Mop.
Parahnya lagi, Jungkook akan menikah satu minggu lagi setelah ia dijodohkan dua bulan yang lalu oleh orang tua mereka. Wonwoo berpikir Jungkook terlalu muda untuk menikah, bahkan dia saja belum menyelesaikan perguruan tingginya. Namun Jungkook setuju demi membuat keluarganya selamat dari kemiskinan akibat perusahaan ayahnya yang diambil alih oleh kolega penipu yang licik.
Dari yang Wonwoo dengar, keluarga yang menjodohkan anaknya dengan Jungkook memang kaya. Harta warisannya bahkan mungkin tidak habis walau tujuh turunan. Pria kaya itu juga akan menjalin kerjasama bisnis bersama ayah Wonwoo dan akan membuat keluarga mereka tidak miskin lagi.
Sungguh, Wonwoo tidak menyangka ada pria sebaik itu seperti pria didrama yang sering ibunya tonton.
Wonwoo tahu, waktu dua bulan bukan waktu yang singkat. Bahkan Jungkook bisa jatuh hati pada orang yang dijodohkan dengannya itu. Begitupun sebaliknya, membuat Wonwoo tidak cemas lagi bagaimana nantinya kehidupan rumah tangga adik satu-satunya itu.
Tapi, bukan itu bagian yang menyedihkannya. Kalian tahu? Wonwoo saja bahkan tidak habis pikir dengan Ibunya yang gila.
Bukan ibunya saja, ayahnya juga ikut andil. Mereka berdua seenaknya menyuruh Wonwoo menggantikan posisi Jungkook untuk menikah, karena Jungkook memiliki kondisi yang tidak bisa diyakini akan bangun dalam waktu dekat dan menikah minggu depan. Gila? Sudah pasti. Bagaimana bisa Wonwoo berbuat seperti itu, sama saja ia sudah mengkhianati saudaranya sendiri.
Menggantikan posisi Jungkook dalam hal lain memang Wonwoo masih bisa menerimanya. Tapi saat ini kondisinya berbeda, Wonwoo akan menggantikan posisi Jungkook untuk menikahi seorang pria.
Pria, bukan wanita.
Ayolah, Wonwoo masih normal.
Dia masih menyukai wanita bermelon besar.
Bukan pria berbatang besar- uhm itu terdengar terlalu frontal.
"Ayolah Wonwoo, demi keluarga kita sayang. Setelah Jungkook sadar kau bisa berpisah darinya."
Apa-apaan ayahnya itu? Dia kira menikah itu hal sepele? Setelah menikahkan kakaknya dan menceraikannya lalu mereka akan menikahkan adiknya dengan orang yang sama.
Rasanya Wonwoo ingin koma saja mengikuti jejak Jungkook, tapi ia tidak tega kalau-kalau nantinya keluarga mereka tambah miskin dan tidak bisa membayar biaya rumah sakit dua Jeon bersaudara.
Dia belum siap mati, jujur saja.
Wonwoo juga tidak tahu lagi bagaimana perasaan pemuda itu jika ia sudah tahu bagaimana keadaan Jungkook. Pasti pemuda itu akan sedih mendengarnya apalagi saat mengetahui Wonwoo yang akan menikah dengannya. Bukan Jungkook.
"Permisi,"
Wonwoo menoleh kearah pintu kamar. Seorang pemuda masuk dengan jas yang tersampir dipundaknya.
Pemuda itu tersenyum kearah Wonwoo. Senyuman tipis yang samar-samar. Ia berjalan maju lebih mendekat menuju ranjang tempat Jungkook berbaring. Ranjang yang menjadi objek utama kamar rawat itu.
Wonwoo mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Matanya mengikuti seluruh pergerakan pemuda itu mulai dari masuk ke kamar rawat hingga berhenti tepat didepannya. Wonwoo mendongak pasalnya pemuda itu begitu tinggi tubuhnya.
"Aku ingin menjenguk Jungkook."
"Namaku Kim Mingyu."
Tidak salah lagi. Itu pemuda yang akan menikahi Jungkook minggu depan.
Ralat, mungkin akan menikahi Wonwoo minggu depan.
"Kau Jeon Wonwoo?"
Pemuda itu adalah orang yang akan menjadi istrinya.
Suaminya, bukan istrinya.
"Kau pasti saudara Jungkook. Salam kenal."
Wonwoo tidak tahu harus tertawa atau menangis mengingat Jungkook adalah bottom.
Dia semakin merasa gila begitu menyadari jika dirinya menggantikan posisi Jungkook, itu artinya dia akan menjadi bottom.
Tidak, Wonwoo tidak ingin menjadi bottom.
Siapapun tolong Wonwoo. Dia tidak ingin berada dibawah pemuda tinggi itu.
"Aku Jeon Wonwoo, dan aku bukan bottom,"
"Hah?"
Hahaha, Wonwoo rasanya ingin tertawa lalu menggorok lehernya karena telah berbicara intim pada orang yang baru dikenalnya.
"Bukan bottom tapi memiliki collarbone yang menggoda. Apa itu bisa disebut top?"
Oh sial. Dia membalas tentang bottom? Bahkan top juga.
Astaga, Wonwoo juga heran mengapa collarbone nya terlalu tampak dipermukaan. Entah tubuhnya yang terlalu kurus atau dia sudah lupa makan sejak Jungkook koma dan menjadi seperti tengkorak hidup. Lihatlah sekarang senyuman miring yang tercetak jelas dibibir pemuda itu.
Wonwoo bersumpah akan menjahit mulutnya ketika ia sudah mengganti baju nanti. Berganti baju setelah menikah maksudnya.
Eh? Hehehe.
"Aku bukan bottom!"
"Sudah, pemuda manis sepertimu ditakdirkan menjadi bottom. Jadi nikmati saja bagaimama rasanya dimasuki, bukan memasuki."
Wonwoo membulatkan matanya mendengar ucapan Mingyu. Kata-kata kotor apa yang barusan dia ucapkan?
"Mesum sialan!"
"Maaf, aku ingin menjenguk Jungkook. Bisakah kau keluar sebentar?"
Sepertinya hari ini memang hari yang sial bagi Wonwoo.
"Bangsat,"
"Aku tidak menyangka pria semanis kau bisa berkata kasar."
"Fuck, Kim Mingyu."
.
.
next/delete? ;-;
Wkwk apadah gabisa disebut ff ini. Malahan mirip cerita gadanta. Awalnya pengen bikin cerita serius drama gitu tapi hasilnya jadi kaya gini huhu.
Wonwoonya juga ga irit bicara, dia malah kebanyakan curhatnya wkwk. Sip, mean to review? Don't be silent reader yeah. Xixixi.
