Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rate:T

Genre:Romance Friendship

AU

WARNING: Gaje + Aneh

Sebesar Itukah Cintanya?

Chapter 1

Dari awal, saat Sakura bertemu dengan Naruto, Sakura sudah tau kalau pemuda itu sangat cuek dan dingin padanya. Tidak hanya itu, pemuda blonde bermarga Namikaze itu selalu bersikap angkuh kepada orang lain terutama pada dirinya, Sakura.

Memang sedikit wajar jika Naruto bersikap angkuh, mengingat ia adalah anak tunggal Minato Namikaze pemilik perusahaan Software terkenal di Asia dan Uzumaki Kushina seorang desainer artist-artist Hollywood.

Anehnya, kedua orang tuanya tinggal di Amerika, dan ia sendiri lebih memilih tinggal sendiri dirumah besarnya di Jepang tanpa seorang pembantupun.

Walau ia memiliki sifat angkuh, namun ia tak pernah memamerkan hartanya seperti orang kaya kebanyakan.

Ia bersekolah disekolah biasa dan hanya menggunakan sepeda saat berangkat.

Hal inilah yang membuat Sakura tak mampu berjauhan apalagi berpaling dari sisinya.

Setiap kali rasa khawatir menghampiri Sakura jika teringat sosok Naruto yang kesepian. Tak ada teman lagi selain dirinya disekolah. Hanya dia yang bisa bertahan disisi pemuda itu.

Hampir setiap pagi Sakura datang kerumahnya untuk berangkat bersama ke sekolah.

"Ohayo..." Sapanya ramah pada pemuda dingin itu.

Naruto hanya diam dan mengeluarkan sepedanya dari gerbang.

Walaupun Naruto seperti tak mengacuhkannya sama sekali dan sibuk mengayuh sepedanya meninggalkan dirinya dibelakang berjalan kaki,

Sakura masih tersenyum.

.

.

.

.

.

Setelah sampai di sekolah, Naruto langsung memarkirkan sepedanya dan berkata pada Sakura yang nampak kelelahan

"Berhentilah!"

Terdiam untuk beberapa saat, sebelum kaki jenjang Sakura berjalan mendekati pemuda itu.

"Berhenti untuk apa?" Sakura berjinjit mendekatkan wajahnya kearah pemuda tinggi itu.

"Berhenti mencampuri kehidupanku!" Balasnya sinis

Sakura menurunkan posisi badannya dan tertawa geli menutup mulut.

"Hihihi... maaf, aku tak bisa!"

"Aku benci melihatmu!" Ujar Naruto.

Sakura membalasnya dengan senyuman "Dan aku senang melihatmu..."

"Kau gila!"

"Benar..."

Naruto sudah merasa tak sanggup menghadapi wanita didepannya. Setiap hari selalu begini. Menghadapi situasi yang sama. Sekarang ia memutuskan untuk berjalan masuk ke kelas meninggalkan gadis itu.

Tak seperti hari-hari biasa, dimana Sakura akan mengejar Naruto. Kali ini Sakura menatap kosong kedepan.

"Naruto?" Suaranya terdengar lesu dan tak ceria seperti biasa.

Hanya orang buta dan tuli yang tak tau perubahan pada gadis itu. Dan orang buta dan tuli itu bukanlah Naruto yang merasa cukup heran dengannya sekarang. Naruto menghentikan langkahnya menuju kekelas.

"Aku bosan... Mengapa setiap hari selalu begini. Selalu saja keadaan, situasi dan kata-kata yang kau ucapkan sama. Aku seperti berada dalam kurungan waktu yang terus berulang. Aku... bosan..."

" Maka berhentilah!"

Sakura menggeleng kuat.

"Bukan itu yang kumaksud. Aku hanya ingin agar kau melihatku dan menganggapku sebagai temanmu, itu saja. Apa itu terlalu berlebihan?"

" Sangat berlebihan! Kau menguntitku setiap hari, dan itu sangat berlebihan jika hanya karena kau ingin menjadi temanku"

"Eh?" Gadis itu tercengang.

"Bukankah sebelumnya kau sudah menganggapku sebagai teman? Lalu untuk apa kau mempertanyakan lagi hal ini?"

Ujar Pemuda blonde itu sambil memunggungi Sakura yang kini mematung tak percaya.

"A-apa itu berarti..."

"Bodoh!" Potong Naruto cepat, lalu kembali melangkah menuju kelas.

Hal ini akan menjadi catatan sejarah terpenting bagi hidup Sakura. Dimana seorang Namikaze muda mengakuinya sebagai teman, setelah 10 tahun penuh ia mencoba mendekatinya.

Tapi tunggu dulu, apa hanya karena ingin menjadi teman, Sakura rela bersabar selama 10 tahun? Tentu tidak. Sakura punya perasaan lain yang ia sendiri tak mengerti. Perasaan sakit yang muncul ketika melihat pemuda kurus itu termenung. Dan perasaan senang ketika melihatnya sehat-sehat saja. Sakura benar-benar merasa terhipnotis selama ini. Untungnya sekarang ia bisa lebih dekat lagi dengan pemuda itu, dan ia akan berusaha membuat senyuman diwajah dinginnya.

.

.

.

.

.

Dikelas, saat jam pelajaran berlangsung.

Sakura merasa tak kuat menahan rasa kantuk yang menyerangnya. Semalaman berlatih untuk mengikuti kejuaran Karate tingkat kota bersama teman-temannya yang akan diadakan dua hari lagi.

Ia pun tertidur beberapa menit sampai sebuah gebrakan di mejanya berbunyi.

Sontak ia terbangun dan menelan ludah saat guru yang mengajar Matematika, Maito Gai menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Haruno-san! SUDAH BERAPA KALI KUKATAKAN PADAMU, JANGAN TIDUR SAAT PELAJARANKU BERLANGSUNG! SEKARANG KAU JELASKAN KEMBALI APA ITU PROBABILITAS? Jika kau tak menjawab atau jawabanmu itu salah, maka bersiaplah untuk membersihkan toilet!"

Sakura kembali menelan ludahnya. Keringat mulai bercucuran dari pelipisnya.

"Ayo cepat!" Gai membentaknya.

"A-anu..." Ia semakin gugup, karena semua teman sekelasnya mulai memperhatikannya. Lalu ia melirik kearah Naruto, pemuda itu masih sibuk sendiri.

"Baiklah Haruno-san, kau akan..." Sebelum Gai menjatuhkan hukumannya pada Sakura, tiba-tiba Naruto menyela.

"Ehemm... Maaf Sensei, Haruno-san tadi menjatuhkan ini!" Ia menunjukkan sebuah Pensil berwarna merah muda.

"Bolehkah aku mengembalikannya, sekarang?"

Pintanya innocent.

Gai akan marah besar jika orang yang bicara padanya bukan dia, pemuda pirang yang notabennya murid kesayangan di Konoha Gakuen ini. Selain cerdas, Gai menganggap Naruto adalah cermin masa lalunya. Ia menyayangi Naruto seperti anaknya sendiri.

"Tentu Namikaze-san!"

Naruto kemudian berjalan kemeja Sakura dan menyerahkan pensil itu padanya.

Sakura menerimanya dengan tatapan tak percaya.

Lalu ketika Naruto kembali kemejanya, bel istirahat berbunyi nyaring.

Peraturan ke 8 dari hak Siswa Konoha Gakuen, guru harus keluar kelas bagaimanapun keadaannya saat bel istirahat berbunyi.

"Cih... Nampaknya kau selamat kali ini Haruno-san! Tapi ingat, besok aku tunggu jawabanmu. Dan jika kembali tidur, bersiaplah, nilai Matematikamu D!"

"A-arigatou Gai Sensei! Aku janji tidak akan mengulanginya"

Gai menganngguk lalu keluar.

.

.

.

.

.

Saat Pulang Sekolah.

Sakura mengikuti Naruto dari belakang. Sebenarnya pemuda itu sadar betul akan keberadaan Sakura di belakangnya. Namun ia mengacuhkannya dan tetap mengayuhkan sepeda tua keseyangannya.

"Hei..." Sakura berusaha memanggil Pemuda itu.

"..." Tak ada jawaban.

" Arigatou... kau sudah menyelamatkanku tadi"

"..." Naruto masih diam

"Aku tau, sebenarnya saat kau mengemabalikkan pensil itu, kau ingin membantuku kan?"

"Jangan mimpi. Aku hanya mengembalikan benda aneh yang ada di mejaku, karena benda itu sangat menggangguku!"

"Eh? Tapi pensil itu bukan milikku!"

"Benarkah? Kukira karena warnanya sama dengan rambutmu. Jadi itu milikmu!"

Sakura menundukkan kepalanya. Entah mengapa ia merasa sedikit kecewa. Namun dengan sedikit paksaan ia mengatakan

"Begitu ya... Kupikir kau... benar-benar ingin menolongku... Tapi aku tetap ingin berterima kasih padamu!"

"..."

Sakura berlari mengejar Naruto. "Terima kasih telah memikirkan warna rambutku... " Setelah itu ia berlari kencang meninggalkan Naruto dan berbelok ke persimpangan rumahnya.

Melihat itu, Naruto hanya terdiam sebelum mengayuhkan kembali sepedanya.

TBC

A/N:

Sedikit terinspirasi oleh drama korea dan sebuah Anime, akhirnya aku mutusin buat bikin fic aneh lagi...

Mungkin banyak readers yg ga' suka sama fic2 gaje buatanku, tapi...

aku hanya berusaha melampiaskan perasaanku lewat fic2 gaje itu..

Sekali lagi maaf buat yg ga' suka sma fic buatanku.

Dan mohon review-nya...