Just A Game
- Chapter One -
"Please, heart, don't fall for him. It just a game, remember?"
Mark x Junior
Fluff, Romance, Friendship, little bit Angst, and Alternative Universe
Rated T
chikaasl present
KRIIIIINGGGGG!
Jam weker sialan.
Mark Tuan mengumpat, entah yang ke berapa kalinya untuk pagi ini. Terangnya sinar mentari tak mampu membuat dirinya bangkit dari singgasana—alias kasur—dan ia terlalu malas untuk mengawali aktivitas di pagi hari.
"MARK! MARK YIEN TUAN!"
Dan sialnya, suara tetangga menyebalkan itu terdengar. Sang pangeran pulau kapuk terpaksa bangun dan mengintip pemandangan luar kamar dari jendelanya yang tidak terlalu besar; walaupun ia tahu, siapa yang berteriak di pagi buta seperti ini.
"Oh. My. God. Park Jinyoung sialan."
Benar, 'kan, dugaannya. Jinyoung alias Park Jinyoung sudah berdiri tegak di depan pagar. Tak lupa, Jinyoung menambahkan senyum manis di sela-sela teriakannya dengan gairah pagi penuh semangat. Berbeda jauh 180 derajat dengan Mark.
Pemuda manis yang ada di luar rumahnya itu tampak melambaikan tangan ke arah Mark. Seuntai decakan lolos dari bibir Mark. Bukannya membalas sapaan dan teriakan Jinyoung, ia malah beringsut menjauh dari jendela.
Saatnya melakukan aktivitas biasa di hari yang biasa pula. Tapi Mark harap, semoga ada sesuatu tak biasa terjadi di hari ini.
o 0 o
Mark berjalan ke depan, Jinyoung ikut berjalan ke depan. Mark belok ke kiri, Jinyoung juga ikut ke kiri. Memang, dua sejoli yang satu ini tak bisa terpisahkan. Bahkan sejak kecil.
Mark lahir di California lalu pindah ke Seoul. Di Seoul, keluarga Tuan bertetangga dengan keluarga Park. Begitulah kisah singkat tentang awal terjalinnya hubungan pertemanan antara Mark dan Jinyoung. Mereka berdua sangat berbeda; bertolak belakang. Mark tumbuh menjadi remaja yang pendiam serta menyebalkan. Sedangkan Jinyoung? Bawel, periang, dan penuh keceriaan. Namun, kepopularitasan malah berpihak pada Mark, berbeda dengan kisah klise lainnya. Mark sangat populer di kalangan murid-murid High School. Dan Jinyoung malah dianggap sebagai manusia annoying yang kehadirannya tidak diperlukan.
Karena itu, Jinyoung selalu malu dan merasa minder apabila berada di dekat Mark. Pertemanan mereka berakhir di depan gerbang sekolah, lalu kembali terjalin ketika mereka hendak pulang sekolah.
"Jadi, sampai di sini?" tanya Jinyoung setelah langkah mereka sampai di depan gerbang besar nan megah. Di sekitarnya tampak sepi. Mungkin karena Jinyoung dan Mark sengaja terlambat untuk hari ini.
"Apanya yang sampai di sini?" Mark malah balik bertanya dengan wajah bingung.
"Ugh.." Pipi Jinyoung menggembung, "Sampai di sini. Err, maksudku, kita berpisah di sini. Oke? Sampai bertemu nanti."
Jinyoung berbalik, membiarkan Mark menatap punggungnya, masih dengan wajah kebingungan. Sedikit tidak rela, Jinyoung melangkahkan kakinya menjauhi Mark.
Dalam hati Mark berbisik, semoga suatu hari Jinyoung mau menghancurkan dinding pemisah antara mereka saat berada di sekolah. Semoga.
Mark menghela nafas. Dengan bermodalkan sedikit keberanian dan keberuntungan, Ia berteriak, "Hey! Park Jinyoung!" dan tentu saja teriakan yang tidak terlalu nyaring itu berhasil menghentikan langkah Jinyoung.
"What?" Jinyoung membalikan badannya, lalu berucap dari kejauhan.
"Ayo main game! Peraturannya mudah. Kita berpura-pura pacaran lalu yang meminta putus duluan adalah yang kalah. Dan yang kalah, harus menuruti satu permintaan dari si pemenang. Bagaimana? Kau berani?"
"Kau menantangku? Ayo, siapa takut!"
Dan permainan pun dimulai.
Hello, hello, hello!
Saya kembali lagi dengan Fic baru. Jujur, saya mengalami Writer Block di Fic yang sebelumnya. Maaf!
Ini adalah Fic pertama saya yang memakai genre Fluff dan bahasa yang agak ringan. Jadi, saya keluar dari comfort zone saya. Maaf kalau ficnya jadi agak aneh 8')
Menurut kalian gimana? Mending dilanjutin apa enggak?
Jangan lupa RnR, ya!
