Mungkin takdir memang labil...
Terkadang terasa kejam...
Terkadang pula terasa menyenangkan...
Kalau boleh memilih, aku ingin sekali takdirku menjadi orang paling bahagia di dunia...
Tapi, aku juga tidak bisa menghindari saat-saat dimana aku harus menghadapi kejamnya hidup...
.
.
.
.
.
.
"...tidak mungkin, Setsuna...Setsuna..."
"Ibu...tabahlah, meski kita harus berpisah dengannya, dia pasti akan baik-baik saja,"
Aku tak mengerti apa yang terjadi saat itu, waktu itu aku sudah berumur lima belas. Mendengar isak tangis ibuku dan helaan nafas berat ayahku. Malam itu, mungkin menjadi malam paling memorial bagiku. Saat aku berumur tujuh belas, saat aku akan melanjutkan jenjang sekolahku, 'mereka' datang mengambilku. Lalu, membuangku. Aku tak tahu aku akan dibuang ke mana dan berapa lama aku akan diasingkan. Ingatan terakhirku adalah wajah ibuku yang berlinang air mata. .
.
.
.
.
.
.
Kuroko no Basuke
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
ValkyrieDriveAU! With change.
Warnings: contains adult content, R18+, I don't take any advantage by this fanfiction.
.
.
.
.
Saat aku terbangun, aku melihat sekitarku terasa asing. Ada pasir, kepiting berjalan, pohon kelapa yang bergoyang, dan suara ombak berdesir. Aku bangun dan duduk di atas hamparan pasir putih yang membentang jauh di kiri dan kananku. Aku dimana? Kenapa aku jadi ada di pantai sekarang?
Aku menoleh ke belakang, ada hutan lebat yang ditumbuhi banyak pohon rindang dan beberapa pohon kelapa yang seakan menjadi pagar selamat datang bagi yang melihatnya. Ini dimana? Pertanyaanku terulang lagi. Kemudian aku bangkit dan berdiri sambil membersihkan sisa-sisa pasir di jaket olahragaku dan kakiku.
Matahari bersinar cukup terik, mungkin aku sudah tidur cukup lama semenjak aku dikirim ke sini. Masih kuingat sebelum aku ke sini, aku bertemu dengan dua pria aneh berjas hitam dan berkacamata hitam membawaku ke sebuah kantor yang tak kukenal. Kedua orang tuaku disana, ibuku menangis terisak-isak dan ayahku berwajah sedih sambil berusaha menenangkan ibuku. Setelahnya aku tak mengingat apapun.
"Ibu...Ayah...maafkan aku,"gumamku.
Aku mulai berjalan menyusuri pantai dan mencoba mengamati jika seandainya ada orang yang bernasib sama denganku. Duh, rasanya makin panas saja dan aku mulai berkeringat. Kubuka jaket warna biruku dan kuikat dipinggangku dengan menggunakan lengan jaketku. Semakin aku berjalan malah, makin aku bingung. Mau masuk hutan juga rasanya takut sekali.
Hening
.
.
.
.
.
.
.
.
"A-Aku juga ngga mungkin masuk kaan?"ujarku pada diriku sendiri.
"Yo! Nona manis!"seru seorang pria dari kejauhan.
Aku menoleh ke arahnya yang sedang berdiri di atas karang besar. Ia bersama seorang wanita memakai bikini. Ah, aku yakin mereka salah satu yang terdampar di pulau ini.
"Syukurlah! Akhirnya aku menemukan orang selain aku. Apa kalian juga terdampar disini?"tanyaku mendekati mereka.
"Hah? Apa maksudmu? Jangan-jangan kamu tidak tahu kenapa kamu disini?"sahutnya balik tanya.
"Eh?"
Mereka melompat turun dari karang dan berdiri di depanku. "A-anu, apa maksud kalian?"tanyaku.
"Ternyata dia tidak tahu kenapa dia disini. Jangan-jangan kau tidak tahu kalau dirimu itu Axter atau Libero?"tanya si pemuda berambut hitam yang poni merahnya menutupi mata kanannya.
"Ax...lib...apa maksud kalian ya?"tanyaku makin bingung.
"Ah, sepertinya kita harus menunjukkannya pada si nona manis, sayaang"rayu wanita pirang berdada besar sambil merangkul leher prianya.
"Oke, oke, baiklah. Perhatianlah, nona,"
Aku mengerjab mataku beberapa kali. Tiba-tiba si wanita berjinjit dan mencium bibir si rambut hitam berponi merah. Dan parahnya ciumannya itu...itu...
"Kyaaaaa!"jeritku malu sambil menutup wajahku.
"Mmhh, ah...mm"
Keduanya berciuman hingga lidah mereka bertautan dan tak lupa suara decakan juga terdengar sangat vulgar. Tangan si poni merah tak diam dan mulai meremas payudara besar wanita itu hingga puting merahnya terlihat karena bra-nya tersingkap. Dengan nakal, tangan pemuda itu meremas dan memainkan puting payudara wanita pirang itu.
'huwaaa...mereka mesum...'gumamku sedikit mengintip dari sela-sela jariku.
"Ah...ah...ah...ouh, yah, lebih kuat, sayang. Ah...yah, seperti itu..."desahnya menggoda.
"Sepertinya kau menyukainya, tapi kamu sedang dilihat loh, sayang.."goda si poni merah sambil mencium leher wanita pirang.
"Aah...aku tak peduli dengan itu...haha,"tawanya.
Ia menggesek-gesekkan badannya ke dada bidang pemuda itu sambil mendesis nikmat. Tangan pemuda berponi merah itu turun ke bagian privasi wanita tersebut dan menyentuhnya di dalam celana dalamnya.
"Ah! Ah! Aaaah!"
Tiba-tiba tubuh wanita pirang itu bercahaya dan ia berubah menjadi sebuah senjata. Bohong! Ia menjadi senjata?
Pemuda poni merah itu menodongkan senjata mirip senapan dengan bentuk yang aneh kepadaku. "Nah, kita lihat apakah kau itu Axter atau malah Libero,"ujarnya. Bagian gerigi senjatanya bergerak melingkar dan mulai memancarkan cahaya. Oh, tidak. Bukan ini yang kuinginkan. Yang kuinginkan hanyalah cara agar bisa keluar dari pulau ini, bukan untuk mati mudaa.
BLAAR!
"MJ?!"seru si pemuda tak percaya.
MJ? Aku melihat ke arah langit yang dimana ada sebuah benda mirip rudal raksasa tengah menabrak sebuah pelindung tak kasat mata. Benda itu mendorong paksa agar bisa masuk ke dalam pelindung dengan kekuatan penuh. Namun, tak lama kemudian benda bernama MJ itu hancur dan melemparkan seseorang yang merupakan isi dari benda tersebut. Eh? Orang?
Pemuda bersurai biru langit dengan memakai gakuran hitam yang semua kancingnya terbuka hingga kemeja putihnya terlihat melayang di udara dan akan jatuh dari ketinggian sekitar seratus kaki. Apa dia pingsan? Ah, tidak. Dia tidak pingan. Aku bisa merasakan sesuatu memanggil diriku saat aku melihat tubuh yang melayang itu di udara. Apa ini? Jantungku berdegup kencang saat tubuh itu datang menjatuhkan diri ke arahku.
Eh? Eeeeeh?!
ZRAAAK!
Pemuda tadi menjatuhkan dirinya dengan kecepatan penuh dan mendarat tepat di depanku hingga pasir-pasir berterbangan dan aku harus melindungi mataku agar tidak masuk pasir-pasir tersebut. Setelah pasir-pasir yang berterbangan sudah reda, aku menurunkan tanganku dan melihat pemuda surai biru langit tengah merentangkan kedua tangannya untuk melindungiku. Tunggu...kenapa aku merasa seperti pernah bertemu dengannya?
"Kau siapa? Apa kau partnernya?"tanya pemuda poni merah.
Pemuda surai langit hanya diam dan tetap pada posisinya.
"Haah...aku tak mengerti apakah kalian partner apa buka. Tapi, ayo kita buktikan sekarang!"seru si poni merah sambil menodongkan senjatanya dan menembak secara brutal ke arah kami.
Dengan sigap pemuda surai langit langsung menggendongku dan menghindari tembakan brutal dari si poni merah. Huwaa...aku takut sekali! Bagaimana ini?
Aku hanya bisa menutup mata sambil mencengkram kemeja putih pemuda surai langit yang tengah menggendongku di balik gakuran hitamnya. Ia terus melompat cepat menghindari tembakan brutal yang dilancarkan oleh pemuda poni merah yang baru saja aku temui. Oh, kuharap aku tidak mati muda sekarang.
"Huuh...membosankan. Apa kalian tidak berniat untuk melawan?"desah si poni merah bosan.
Kami hanya diam dengan aku yang masih dalam dekapan orang yang tengah melindungiku. Kumohon, aku tak mau menerima serangan yang jauh lebih mengerikan dari ini!
"Baiklah, kini rasakan basooka milikku!"
BLAR!
Sebuah peluru besar ditembakkan ke arah kami dan seketika itu juga tubuhku terhempas jauh. Ah, apakah aku akan mati? Tubuhku sepertinya nyaris mati rasa dan kesadaranku makin menghilang. Tapi, disaat yang bersamaan ada sesuatu yang membuatku nyaman. Perasaan apa ini? Aku merasa...nyaman dan nikmat...
.
.
.
.
.
.
.
Beberapa saat setelah penembakan, asap yang mengepul belum kunjung hilang. Pemuda dengan poni merah menurunkan senjatanya. "Apa mereka mati?"gumamnya. Tiba-tiba muncul sebuah pusaran angin dari asap-asap yang masih mengepul tadi. Pusaran tersebut cukup kuat dan gerakannya pun cepat hingga nyaris membuat ia terseret.
"Apa-apaan ini?!'
Bwosh!
Asap pun menghilang dan dalam hitungan detik, pemuda surai biru langit melompat ke arahnya dengan cepat. "Se-sejak kapan?!". Pemuda itu membawa sesuatu di tangannya dan dalam sekejap mata ia sudah berada di belakangnya dan seuatu yang ia bawa terayun ke atas.
"Tunggu...apa-"
BUM!
Senjata yang ia pegang langsung meledak. Si poni merah dan wanita pirang terhempas ke udara dan jatuh ke atas pasir dengan wajah gosong dan penuh luka. Dengan ini pemenangnya adalah pemuda surai biru langit.
.
.
.
.
.
.
Dari sini aku memulai kisahku dengannya...
Inilah kisahku bertemu dengan Kuroko Tetsuya...
.
.
.
.
.
.
Saat tersadar, aku sudah berada dalam gendongan punggung seseorang. Aku mengerjapkan mataku dan saat kulihat di sekelilingku ternyata aku dibawa olehnya ke dalam hutan. Ah, pemuda ini yang baru saja jatuh dari langit tadi ya. Apa dia yang menyelamatkanku?
"A-Anu...apa kamu yang menyelamatkanku?"
Diam menjawab.
"Ah, anu...terima kasih sudah menolongku. Tapi, ini kita dimana?"
Ia menggeleng tak tahu. Kenapa dia sangat pendiam ya?
"A-Anu, bisa turunkan aku? Aku bisa jalan sendi-"
Sssh!...
Eh? Suara apa itu? Aku melihat kebawahku. Pemuda yang menggendongku pun juga berhenti melihat apa yang ada di bawahnya. Dan saat aku lihat ternyata itu ular!
"Kyaaa! Tolong jangan turunkan aku dulu! Aku sangat takut pada ulaaar!"jeritku sambil mengeratkan tanganku di lehernya. Bahkan seekor ular sudah ada yang menyentuhkan lidahnya ke pahaku.
"Kyaaaaa! Cepatlah kita keluar dari sini! Aku takut sekaliii!"jeritku makin menjadi.
Barulah setelahnya ia berlari menghindari ular-ular tersebut. Setelah sekian lama kami berjalan, barulah ia menurunkanku. Fuuh, leganya. "Anu, terima kasih sudah menolongku. Maaf tadi aku berteriak di telingamu,"ucapku.
"Tidak apa-apa,"sahutnya.
Ah, akhirnya dia berbicara. Kemudian ia berjalan kembali dan aku segera menyusulnya di belakang. Selama perjalanan aku masih bertanya-tanya ini dimana dan kenapa aku dikirim ke sini oleh orang-orang aneh itu. Aku jadi trauma karena melihat wajah ibuku yang menangis karena harus berpisah denganku. Uhh...ibu...
Tanpa terasa aku meneteskan air mataku dan sedikit terisak karena mengingat hal yang sangat tidak ingin kuingat. Dan sepertinya pemuda di depanku tak menghiraukanku. Tiba-tiba ia berhenti saat kami berada di sebuah bukit setelah hutan tadi. Aku pun ikut berhenti dan melihat apa yang ia lihat. Ah, rupanya ada sebuah kastil yang sepertinya tak jauh dari tempat kami berdiri sekarang. Kastil tersebut berdiri megah dan sepertinya inilah yang membuatku dikirim ke sini.
"Waah, ada kastil. Aku yakin disana ada banyak orang yang mungkin penghuni pulau ini. Ayo kita ke sana!"seruku pada pemuda itu lalu berlari mendahuluinya.
"Ayolah cepat! Kita harus sampai disana!"seruku lagi.
Ia pun berlari mengikutiku dan menuju kastil megah yang kutuju. Ternyata tak perlu waktu yang lama untuk menuju kastil, dalam waktu singkat kami sudah memasuki area kastil. Waah, megahnya!
Tapi...
"Kenapa sepi sekali? Permisiii! Apa ada orang disini?"seruku hingga menggema.
Tak ada jawaban. Kenapa bisa seperti ini?
Pemuda surai biru langit di belakangku tiba-tiba mendorongku masuk hingga aku kaget bukan main. Dan disaat yang bersamaan ada banyak dinding yang muncul mengengelilingi kami hingga terbentuh sebuah arena pertarungan. Ini apa lagi?!
Tak lama kemudian ada suara riuh ramai dari atas, aku mendongak ke atas dan melihat ternyata ada banyak murid disini. Mereka bersorak ramai ke arah kami seperti akan mendukung kami. Lalu, tak lama di depan kami muncul seseorang berambut abu-abu dari bawah tanah dengan seorang gadis berambut coklat yang tengah terikat tangannya di belakang dan mulutnya disumpal oleh sebatang tangkai cokelat yang entah apa namanya.
"Nee, kalian pendatang baru kaah? Kusambut kalian dengan gembira. Tapi, sebelum bisa menikmati sambutan lebih lanjut, adakalanya harus diberi jamuan bukan?"ujar laki-laki berambut kelabu itu.
Dengan paksa ia tarik rantai yang mengikat leher gadis surai cokelat itu dan membuatnya jatuh tersungkur diatas lantai. Lalu, pria itu berjongkok disampingnya dan menampar keras bokong gadis itu.
"Jangan sakiti dia!"seruku.
"Jangan khawatir, ini bagian dari ritual. Apalagi untuk seorang maso berat seperti dirinya, ini sama saja dengan memberinya kesenangan,"sahut pria itu.
Lalu, ia singkap celana dalam gadis itu dan memasukkan jarinya ke liang privasinya. Gadis itu langsung mendesah meski tak jelas karena mulutnya disumpal. Dengan brutal jari-jari pria kelabu itu keluar-masuk liang privasi gadisnya hingga menyentuh titik kenikmatannya.
"Mmmh! Mmh! Mm!"
Sampai akhirnya, ia klimaks dan berubah menjadi senjata. Jangan-jangan ia sama seperti yang kutemui tadi?
Senjatanya berupa pistol dengan bola berduri di ujungnya dan perlu diketahui bahwa bola durinya sangatlah besar. Mungkin kalau kena kepala bisa saja hancur kali ya. Oh, tidak, aku tak mau lagi melihat ini. Aku belum mau mati muda!
"Nah, mari kita hidangkan jamuannya!"
Semua murid yang ada di lantai atas bersorak ramai mendukung pemuda kelabu. Kemudia pemuda itu menembakkan bola durinya yang juga diikat dengan tali tambang dari pistolnya ke arah kami. Dengan cepat, pemuda surai biru langit langsung menggendongku dan menghindari serangan dari lawan. Bola duri kembali ditarik dan diayunkan ke arah kami, namun pemuda surai langit yang menggendongku berhasil menghindarinya. Terlihat kerusakan parah yang dibuat dari bola duri memang sangat besar, banyak dinding benteng hancur meski tak semuanya hancur beserta lantai arena.
"Cih! Membosankan. Bagaimana mau menikmati kalau kau menghindar terus teme!"sumpahnya.
Pemuda surai langit hanya diam sambil menatap balik si pemuda kelabu hingga ia melotot tak suka. "Apalagi wajahmu sangat menggangguku. Lebih baik kalian hancur!".
BLAR!
Bola duri kembali ditembakkan, tapi kali ini aku terhempas jauh dari dia. Aku pun terjatuh dan terguling hingga nyaris membuatku kembali pingsan karena sakit. Oh, tidak, dia sudah jauh sekali dariku dan kini pemuda kelabu mendekatiku dengan pistol bola durinya ditodongkan ke arahku.
"Hii!"
"Sekarang saatnya untuk hidangan utama, nona,"
Ia tarik sebuah pegangan dari pistolnya dan membuat duri-durinya bertambah besar. Tidak, aku masih belum mau mati!
Tiba-tiba aku kembali diselamatkan oleh pemuda surai langit dengan cepat. Sepertinya ia berlari saat pemuda kelabu akan menembak ke arahku. Setelah pada jarak aman, aku dirangkul olehnya.
"Sudahlah, lebih baik kita menyerah saja. Aku takut kalau kita akan kalah dan terbunuh disini,"ujarku padanya.
Ia melihatku sejenak, lalu beralih pada pemuda surai abu-abu yang urakan. "Aku tidak yakin jika kita menyerah disini. Menyerah bukan pilihanku,"jawabnya. Lalu, ia menoleh ke arahku dan mendekatkanku padanya hingga wajah kami hingga beberapa senti saja. Wa-wajahnya...wajahnya...
"Maafkan aku, tapi hanya ini yang bisa kulakukan..."
"Apa yang-mmph!"
Tiba-tiba ia menciumku dan mataku terbelalak kaget. He? Heeee?! Ini...ini...ini...ciuman pertamaku?!
"Mmhh...ah...mm..."
Dengan intens ia menciumku, menjilat bibir bawahku dan membuka mulutku hingga lidahnya masuk dan menginvasi rongga mulutku. Tangannya yang menganggur membuka jaket biruku dan memasukkan tangannya ke dalam kaosku dan menyibaknya. Ah! Dadaku juga...ehh...diremas...olehnya...tapi, kenapa aku malah merasa enak?
Apa harus ia melakukan pelecehan seksual seperti ini? Tapi untuk apa?
"Mmm!"
Aku reflek meremas kain lengan gakurannya dan saat kusadari, ia juga sudah bertelanjang dada dan ia menggesekkan tubuhnya dengan tubuhku.
"Mm! Ah! Ah!"desahku.
Tangannya menyusuri tubuhku, lalu menyentuh bagian privasiku. Ia menggesekkan jari tengahnya menyusuri daerah kewanitaanku dan sesekali menekannya. Sialan! Ini membuatku klimaks!
"Aaah!"
"Transformation, Liberate Arm!"
.
.
.
.
.
.
.
BLAR!
Dalam sekejap tubuh gadis itu berubah menjadi sebuah pedang panjang dengan ornamen sayap pada mata pedangnya. "Pedang itu...pedang suci?"gumam pemuda kelabu tak percaya.
Pemuda surai langit dengan cepat melesat ke arah pemuda kelabu. "Jangan main-main!". Ia tembakkan pistol bola durinya ke arah pemuda surai langit, namun bola duri tersebut langsung ditebas dengan mudah. Padahal bola tersebut terbuat dari logam yang sangat berat dan kuat. Ia kembali melesat dan mendekati pemuda surai abu.
"Ka-"
"Sudah berakhir,"
Srang!
Pemuda surai abu-abu membatu dan tak lama kemudian senjata miliknya meledak. Semua murid yang ada di lantai atas langsung terkejut melihat kekalahan petarung andalan mereka. Dan pemuda surai langit itu pun yang menjadi pemenangnya. Ia berbalik dan melihat keadaan pemuda surai abu-abu yang tergeletak tak berdaya bersama gadis berambut coklat di sebelahnya.
.
.
.
.
.
.
Di tempat lain,
"Itu adalah pedang suci yang dirumorkan?"
"Sepertinya iya,"
"Heh, berarti kita sudah kedatangan tamu utama kita ya,"
"Yaah, sepertinya begitu,"
"Dan revolusi pun akan dimulai,"
To be continued...
