Unknowledgeable Love
Amandaerate
This Is Chanbaek Story
GS!
Chapter 1
Dibalik pintu besi keabuan dengan jendela jeruji besi kecil yang menyatu diatasnya seorang lelaki dengan mata abu-abu tajam sedang berdiri menatap langit-langit ruangan. Kedua tangannya masuk kedalam kantung celana orangenya. Pemuda tersebut berperawakan tinggi. Rahangnya keras. Jenggot dan kumisnya mulai panjang karena tak terurus. Wajahnya dingin tapi entah mengapa tatapannya kosong seakan tak memiliki semangat hidupnya. Bibir bawahnya lebih tebal daripada bibir atasnya, keduanya terkatup rapat dan kering. Siapapun yang melihat wajahnya tak akan berani melihat langsung ke dalam manik matanya.
Ruangan itu tampak remang, secercah cahaya masuk dari jendela kecil yang menyatu dengan pintu, satu-satunya ventilasi yang ada diruangan. Ruangan yang tak luas itu seluruhnya hanya berupa dinding. Di pojok ruangan terdapat ranjang kecil yang akan berdecit jika dinaiki karena sudah termakan usia. Di sebelah ranjang terdapat sebuah nakas kecil, dimana makanan akan disimpan di atasnya, diantar tiga kali sehari secara rutin. Disebelah kiri nakas itu terdapat pintu yang lebih kecil, toilet dan seember air dan gayung yang mengapung serta keran diatasnya. Selain itu, tak ada apapun.
Ia mendengar samar samar suara gesekan besi berasal dari gembok pintu yang akan dibuka. Tapi ia tampak acuh tak acuh.
CLEK.
Pintu perlahan terbuka, cahaya dari luar sana dengan cepat berebut masuk ke dalam ruangan. Sosok pria bertubuh tegap dengan seragam lengkap khas cokelat yang biasa dikenakannya dengan rapih itu berjalan masuk.
"Kau akan bebas hari ini." Suara berat menginterupsi, menggema diruangan tersebut.
Pemuda tadi hanya melirik kebawah kemudian membalikkan tubuhnya berjalan tenang melewati pria berseragam tersebut menuju keluar dari pintu terkutuk sialan. Mata abu-abunya lurus kedepan tanpa menghiraukan disekelilingnya yang tampak bergeming ketika ia lewat. Tapi ia tak peduli.
6 Tahun yang lalu
Pemuda tinggi itu bertekuk lutut, tangannya mengangkat kepala orang yang terlentang didepannya dengan pelan kemudian membawanya ke atas pangkuannya. Tak ada lagi air mata yang bisa keluar. Seakan air mata itu telah habis dan telah kering di dalam obsidian abu-abu miliknya mengingat seberapa banyak sudah ia keluarkan dengan sia-sia. Matanya berangsur merah dan sedikit membengkak. Wajahnya terlihat sangat tidak karuan.
Ia menangkup wajah gadis didepannya dengan kedua tangannya. Seketika bisa merasakan hawa dingin menjalar pada permukaan kulitnya. Jari-jarinya mengusap pelan dan lembut kedua sisi pipi gembungnya. Ia mendekati wajah gadis di depannya. Bisa merasakan pantulan napasnya sendiri. Dekat sekali, ia tak akan bosan mengamati wajah yang akan selalu menjadi favoritnya kini.
"Umin-ah" Bisiknya tepat ditelinga kanannya. "Aku disini... Ayo kita pergi!" gumamnya lirih. Susah payah ia menahan air mata yang ingin mendesak keluar.
Jari-jarinya mengusap dahi gadisnya menghilangkan sedikit kerutan yang tampak, perlahan turun ke kedua kelopak mata yang tertutup. Ia tak akan pernah lupa manik cokelat terang yang selalu menatapnya lembut. Perlahan turun ke hidung mancungnya. Berjalan ke sisi kedua pipi yang menggembung lucu.
Bagaimana bisa gadis itu menutup matanya dengan begitu tenang dan damai? Sementara dia harus bisa menahan dirinya untuk tidak menyakiti dirinya sendiri.
Dia mengusap wajahnya sendiri dengan kesal. Perasaan sesak yang dari tadi ia rasakan semakin meluap. Seakan pemuda tinggi itu tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia tidak bisa diam saja dan semakin merutuki dirinya berkali-kali. Tak menghiraukan tatapan tatapan menyesal, sedih, tak percaya pada orang-orang disekelilingnya.
Bagaimana ini bisa terjadi seperti ini?!
Ia marah! Ia sangat marah. Mengapa hal kecil ini bisa luput dari penglihatannya? Ia sangat kesal tak bisa menjaga gadis kecil ini. Gadis kecilnya.
"Umin-ah...Mengapa kau seperti ini!" bisiknya lagi. Tak terhitung sudah keberapa kalinya ia mencoba merutuki dirinya sendiri sekarang. Membawa tubuh gadisnya kedepan dadanya, memeluknya erat seakan tak rela melepaskannya lagi.
Ia menangis lagi, meraung lebih keras daripada tangisan yang sebelumnya.
Bohong kalau tak ada lagi air mata. Bohong kalau air matanya kini sudah terkuras habis. Nyatanya, air mata itu kini semakin deras dan tak akan pernah berhenti.
Sementara itu tatapan terpukul dan menyakitkan berasal dari sosok yang berdiri tak jauh dari pemuda tinggi itu. Mata hijaunya yang bening dan tampak berkilau menatap dengan pandangan yang tak bisa dibaca. Ia memegang dadanya yang sesak dan dengan gerakan refleks ia meremas dan menggenggam kencang ujung kaos yang dikenakannya. Seketika itu ia perlahan melangkah mundur, pergi meninggalkan ruangan tanpa menoleh lagi pada pemuda tinggi itu. Ia langsung keluar dengan perasaan yang menyesal yang tak bisa ia hitung jumlahnya. Saat itulah ia berjalan menunduk, setetes air mata sukses terjatuh dari pelupuk matanya yang ia coba tahan sejak tadi.
Ketika pintu terbuka, beberapa tempat dari belahan dunia
Tepat berada didepanku
Kau muncul dan menghilang,
Kau merekah dan layu,
Kau begitu hangat
Setiap tempat dimana kakiku berpijak,
Mengingatkanku padamu
Aku ingin selalu berada disampingmu setiap hari
Izinkan aku berada disana,
Setiap hari
Untuk terus berada disampingmu
Gadis mungil itu mengeratkan pakaian yang dikenakannya dan mencengkram kedua sisi jaket dengan gerakan silang. Ia bisa melihat kepulan asap napasnya sendiri pada udara di depan wajahnya. Padahal, ia sudah mengenakan pakaian beberapa lapis dengan dua jaket ditambah mantel hijau lumut tebal yang terbalut pada tubuh indahnya. Orang-orang dapat melihat dengan jelas tubuhnya seakan tenggelam saking tebalnya pakaian yang ia kenakan. Suhu cuaca kali ini benar-benar rendah. Kalau saja ia tak mempedulikan rasa penasarannya dan rasa ingin tahunya, ia akan tidur saja. Bergelung dalam selimut hangat di kasurnya mungkin lebih terasa menggiurkan daripada harus bergerak kaku ke tempat kerjanya.
Ah, mungkin bukan tempat kerjanya. Ia sama sekali tak berpikir bahwa ia akan di kasih upah dalam membantu atau memecahkan masalah disana. Tapi, Paman Ahn bilang itu sudah hak Baekhyun untuk menerima apa yang sudah ia capai. Mungkin, karena ia sendiri sudah beberapa kali ini membantu. Walaupun tidak banyak. Tapi ia senang. Ia senang sekali bisa membantu, walau tak dapat sepeserpun uang ia pasti akan tetap membantu. Paman bilang, yang ia lakukan ini benar-benar menguntungkan karena ia sudah memberikan kebenaran yang sesungguhnya. Maka dari itu, Paman benar-benar akan memberi upah jika ia melakukannya. Hitung-hitung untuk tambahan uang jajannya.
"Oh, selamat pagi Paman Ahn!" Dia bisa melihat seseorang yang dipanggil Pamah Ahn itu sedang memeriksa berkas di atas mejanya tepat saat dia membuka pintu kantor polisi di daerah Dongjak-gu. Dia juga dapat merasakan kehangatan menjalar di kulit tubuhnya, setidaknya didalam sini terdapat penghangat ruangan sehingga tak begitu dingin seperti diluar sana. Paman Ahn menoleh sebentar dan tersenyum kecil.
"Selamat pagi, Baekhyun!" Paman Ahn kembali disibukkan dengan kertas itu.
Baekhyun, nama gadis mungil itu melepas mantel tebalnya dan menggantungnya di tempat yang sudah disediakan diantara meja tak jauh dari meja Paman Ahn dan meja lainnya. Tempat itu dapat dikatakan kantor karena terdapat banyak meja yang di sejajarkan rapih. Diantara meja yang ukurannya sama itu terdapat meja yang lebih besar yang letaknya paling ujung di dekat pintu masuk kantor. Itu adalah meja Paman Ahn selaku penanggung jawab kantor sekaligus ketua. Sedangkan meja yang lainnya sesuai dengan divisi masing-masing pekerjaan.
Sebenarnya, kantor yang ia masuki tak dapat dikatakan kantor polisi. Tak ada yang memakai seragam lengkap layaknya polisi-polisi. Hanya saja kantor itu bagian dari kantor kepolisian. Tepatnya divisi penanganan kasus. Yang bisa Baekhyun lihat adalah pakaian-pakaian kantor yang bebas, namun tetap didasarkan kesopanan terhadap pakaian yang dikenakan itu sendiri. Ia bisa melihat banyak orang disekelilingnya banyak yang mengenakan cardigan hitam panjang sampai selutut menambah kesan elegan di kantor tersebut. Ia sendiri mengenakan dua lapis baju ditutup dengan jaket hoddie kebesaran miliknya ditambah dengan mantel tebal hijau lumut selututnya. Mungkin ia tak akan sudi memakai pakaian yang berat mengingat tubuhnya yang mungil. Hanya saja, suhu hari ini tidak bisa diajak kompromi. Maka, ia menyayangi kesehatan tubuhnya. Karena kulitnya benar-benar tidak bersahabat dengan suhu rendah. Sehingga, pakaiannya bisa dibilang sedikit berlebihan. Tapi itu sudah cukup untuk menghangatkan tubuhnya yang sensitif.
"Apakah ada kasus baru, Paman Ahn?" Paman Ahn. Tepatnya Ahn Jaehyun. Untuk lelaki paruh baya berkepala tiga ia cukup tampan. Kulitnya putih pucat khas Korea. Matanya seperti rusa jantan, indah dipandang namun terkesan dingin. Bibirnya mencebik seperti seseorang yang sedang merajuk menambah kesan tajam di wajah dinginnya. Namun, senyumnya adalah yang terbaik.
Paman Ahn melirik Baekhyun yang sibuk mengambil cup putih berukuran sedang dan menuangkan air panas dari teko abu-abu yang sudah tersedia. Bersiap untuk membuat sesuatu yang hangat.
Mata sipitnya sangat serius terhadap sesuatu yang akan ia kerjakan. Akan tetapi, obsidian hijau terangnya sangat jelas terlihat. Membuat siapapun orang yang menilik mata indahnya seakan terpenjara. Seolah-olah membuatnya membeku ditempatnya. Baekhyun dengan mata indahnya.
"Tidak ada Baek, mungkin belum." Ucap Paman Ahn berusaha mengalihkan matanya dari Baekhyun ke berkas yang masih diperiksa olehnya.
"Mau teh, Paman Ahn?" Baekhyun mengambil teh hijau kemudian mengambil gula dan sendok.
"Ya, Seperti biasa, please!" Paman Ahn mengalihkan pandangannya dari berkas brengsek itu. Ia memperhatikan anak gadis mungil yang kini sudah ia anggap anaknya sendiri. Baekhyun tetap sibuk mengaduk tehnya, kemudian mengulangi aktivitas pertama untuk membuatkan satu teh lagi untuknya. Seakan ia sudah sering membuatkannya. Paman Ahn masih memperhatikan Baekhyun sampai gadis itu menaruh dua sendok gula kedalam cup dan tangannya mengaduk sendok teh didepannya.
"Ini adalah akhir pekan, Baek. Kau tak mau menghabiskan akhir pekan bersama teman-temanmu? Jarang sekali melihatmu bermain bersama teman-teman seusiamu."
"Tidak, Paman. Kurasa kita sudah sering membahas hal ini," ada kegusaran dalam intonasi suaranya. Dia sangat bosan jika sudah membahas hal ini. "Aku lebih tertarik mencari rasa keingintahuanku, Paman. Aku benar-benar bersemangat setiap kali akan datang kesini." Baekhyun menatap Paman Ahn jengkel.
Paman Ahn sudah kebal. Ia sudah sangat hapal kebiasaan Baekhyun.
"Ya tentu saja kau senang, karena kau datang kesini untuk menggangguku!" Paman Ahn menggoda Baekhyun.
Ia ingat saat Baekhyun mengacaukan sebuah penyelidikan. Memang pada akhirnya Baekhyun berhasil membuat lawan membeku atas perbuatannya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Baekhyun adalah sebuah Singa Betina yang ganas. Walaupun begitu, dia tetap seorang gadis. Tenaganya tetap kalah jika berhadapan dengan seorang laki-laki yang tak bisa dianggap remeh. Bahkan hal itu membuatnya hampir mencelakai dirinya sendiri.
Baekhyun hanya terkekeh pelan berusaha agar tak menampilkan senyum idiotnya.
Paman Ahn mengingat sesuatu yang penting. Ia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Baekhyun dan kemudian sedikit berbisik. "Oh, Baek? Apakah kau masih ingat kasus kakakmu?" Tegasnya tetapi masih ada keraguan didalamnya.
Baekhyun menghentikkan gerakan tangannya yang sedari tadi masih mengaduk tehnya. Bahunya tampak tegang. Kedua manik matanya mengarah pada Paman Ahn. Paman Ahn tahu kalau Baekhyun sedikit tersentak. Tapi Baekhyun tetap bersikukuh agar ia tetap tenang.
Baekhyun mendengus. "Aku tak mungkin lupa, Paman. Kau tahu itu!" Ia sedikit bergumam dan menggeram.
Baekhyun menaruh sendok yang tadi dipegangnya kemudian memberikan teh ke depan meja Paman Ahn. Setelah itu menyeruput teh miliknya sendiri yang mengepul.
Baekhyun bisa Paman Ahn kembali berkutat dengan berkas didepannya. Baekhyun tahu bahwa Paman Ahn berusaha tak peduli dan mengalihkan pandangannya pada berkas yang terus bertambah jumlahnya.
Ia melihat sesekali Paman Ahn mengerutkan dahinya, sesekali juga tersenyum sendiri. Tak jarang ia memperlihatkan wajahnya yang tampan dan berwibawa itu menatap kertas didepannya. Serius sekali. Kalau saja ia tak penasaran pada rasa ingin tahunya yang besar, ia tak akan mau mengganggu Paman yang kini menjadi ayah angkatnya itu. Ia sungguh menyanyangi Pamannya.
"Kudengar hari ini adalah masa berakhir hukumannya. Dia pasti sudah dibebaskan, Baekhyun. Aku tahu kau datang padaku untuk menanyakan hal ini, kan?" Oh! Ternyata dugaan Baekhyun bahwa Paman Ahn berusaha menghindari percakapan ini adalah salah besar. Ia sungguh tidak dapat menyaingi Pamannya. Ia belajar psikologi dan sudah sangat hapal bagaimana membaca raut wajah seseorang. Tapi sungguh, pamannya ini memang tidak bisa diremehkan. Baekhyun sama sekali tak dapat membaca pikiran beliau. Padahal Paman Ahn sering memujinya bahwa Baekhyun adalah sang ahli.
"Sebelum kau bertanya-tanya lagi, mengapa kau tak menghampiri Kris? Pergilah, dan cari tahu rasa penasaranmu itu. Mungkin, Luhan bisa membantumu. Jangan menggangguku sekarang, karena aku banyak kerjaan hari ini. Oke?"
Paman Ahn benar-benar serius dengan perkataannya. Lihat saja, ia sama sekali tak ada niat untuk mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang menurut Baekhyun sangat menjengkelkan. Sikap Paman Ahn yang selalu tenang dan dapat mengatasi berbagai masalah adalah dimana bagian favorit Baekhyun. Dengan sikap tenangnya, ia dapat menghadapi dan dapat membuat seseorang melaporkan kejahatannya sendiri. Banyak yang bertekuk lutut dan hal itu tak jarang pula ia mempunyai banyak pendendam di sekelilingnya. Tapi Baekhyun salut karena Paman Ahn adalah seseorang yang selalu waspada dan tidak gampang mempercayai orang lain. Hal itu pulalah yang membuat ia lebih suka bekerja sendiri.
Baekhyun harus mencari akal untuk tetap di samping Paman Ahn. Ingat! Baekhyun adalah si jenius yang serakah. Ia sudah tahu bahwa Paman Ahn pasti memiliki informasi selain itu. Paman Ahn pasti sudah menyelidikinya seorang diri. Maka dari itu tak ada yang dapat Baekhyun percayai selain Pamannya sendiri. "Paman, bolehkah aku membantumu?" Baekhyun berusaha berkata lembut.
Paman Ahn milirik Baekhyun curiga.
Tak ada yang salah dengan pertanyaannya kali ini. Baekhyun sangat tahu kalau ia tak akan mungkin sanggup mengerjakan sesuatu yang ia sendiri tak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya saja, ia tak ingin berputus asa untuk mencobanya. Padahal, ia sendiri tahu bahwa seorang seperti dirinya sama sekali tak punya hak apapun untuk mencampuri urusan pekerjaan pamannya.
"Tidak, Baek. Untuk hari ini saja kumohon kau tidak menggangguku."
"Hhhh baiklah, paman."
Baiklah. Kali ini Baekhyun harus mengalah.
Chanyeol sedikit tergesa berjalan kearah apartemennya.
Oh! Shit, Chanyeol! Tak bisakah kau sedikit tenang?!
Chanyeol berhenti sesaat. Mengatur napasnya yang tak beraturan. Sampai ia tenang kembali dan berhasil berjalan dengan tenang. Senyumnya sedikit menyeringai.
Sudah lama sekali ia tak menghirup udara bebas seperti ini. Sudah lama sekali ia tak menggerakan tubuhnya. Sickpack ditubuhnya mungkin sudah sedikit hilang karena sedikit dimanjakan. Uh! Sungguh menyebalkan.
Tapi, ia sama sekali tak merindukan hidupnya.
Sampai di sebuah pintu yang sudah sangat dikenalnya ia membuka apartemen miliknya.
Pengap. Yap. Karena memang sudah lama sekali. Terakhir kalinya ia menginjakkan kakinya di apartemen miliknya adalah 6 tahun yang lalu...
Ia berjalan tenang ke ruang tengah miliknya. Sedikit mengernyit karena menemukan sesosok tubuh yang membelakanginya. Rambut perunggu khas seseorang yang dibencinya.
"Sudah sangat lama sekali ya, Chanyeol. Terakhir kali aku kesini adalah sehari sebelum...," ia membalikkan badannya. Mencoba terkekeh pelan kemudian terkejut dan menutup mulutnya, "Oh, maafkan aku..."
Brengsek!
Chanyeol tahu Sehun tak akan mempan dengan tatapan mengintimidasi miliknya. Jadi ia harus berusaha untuk tetap terlihat tenang.
"Oh Sehun!" Chanyeol mencoba tersenyum manis. "Oh, apakah kau mencoba membuat kejutan karena aku kembali?" Chanyeol tertawa sinis dalam hati melihat wajah terkutuk Oh Sehun yang memang tersentak.
Ia melipat kedua tangannya didepan dada. "Lagipula Oh Sehun, ini apartemenku. Apa yang kau lakukan disini? Bukankah itu melanggar privasi? OH! Apakah aku tak berpikiran negatif bahwa kau mencoba mengambil sesuatu di sini? Yaampun! Apa saja yang sud..." Sepertinya umpan Chanyeol memang berhasil karena Sehun langsung memotong pembicaraan Chanyeol.
"Beraninya kau!" Sehun menggeram tertahan. Kedua tangannya mengepal pada sisi tubuhnya. Dia hendak menerjang Chanyeol kalau saja Chanyeol tak menginterupsi.
"Sehun! Tidakkah kau takut? Ini adalah daerah kekuasaanku. Kau bisa saja tak akan mungkin keluar hidup-hidup jika kau menyerangku." Chanyeol berusaha tenang namun tetap waspada.
"Sial!" Ia mengeluarkan amarahnya pada kursi di sebelah Chanyeol mengakibatkan kursi itu terjatuh keras kebelakang, salah satu kaki dudukannya patah. Ia langsung menuju pintu dan menutupnya dengan bunyi bedebam yang rusuh.
Tak bisa dipungkiri Chanyeol juga tadi sempat terkejut. Ia mendesah. Terpantul pada kasur empuk saat ia menjatuhkan dirinya diatasnya.
Apa yang akan dilakukannya sekarang?
Satu yang ia pikirkan saat ini adalah mengganti password pintu apartemennya.
Ia tak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Pintu apartemennya yang dipukul keras dan bel yang daritadi berbunyi membangunkan Chanyeol dari tidurnya yang nyenyak. Ia meringis karena merasakan kepalanya sedikit berdenyut.
Perlahan ia beranjak turun ke arah pintu dan langsung membukanya tanpa melihat siapa yang sudah merusak ketenangan dalam hidupnya.
Pintu dibuka. Orang yang berada didepan langsung mendorong Chanyeol kedalam dan orang itu langsung menutupnya kembali. Ia membekap mulut Chanyeol sekarang. Chanyeol tak banyak bergerak karena ia merasa lemas seketika.
"Jangan berisik dan hadapi orang yang sebentar lagi akan datang Chanyeol. Jangan katakan bahwa aku ada di apartemenmu." Dan kemudian mendorong Chanyeol kedepan dan berbalik.
Belum sempat Chanyeol bertanya, orang itu langsung memasuki kamarnya dan bersembunyi didalamnya.
Oh Sehun si rambut perunggu brengsek!
Ia akan mengejarnya tetapi didahului oleh orang yang menekan belnya. Ia berusaha tenang. Menarik dan menghembuskan secara berulang sampai ia tenang. Ia harus waspada karena tak tahu dengan siapa ia berhadapan.
Ia membuka pintu perlahan. Seorang gadis dengan mata hijau terang miliknya.
"Selamat Sore... Byun Baekhyun dari penyelidikan kasus kantor kepolisian." Ia berusaha bersikap manis dan sedikit tersenyum. "Maaf mengganggu kenyamanan anda. Bolehkan aku memeriksa sedikit apartemen anda didalam? Ada sedikit penyelidikan disekitar sini. Aku lihat sendiri orang tadi berlari di sepanjang lorong apartemen. Jadi tak bisa menutup kemungkinan mungkin dia ada didalam. Mohon kerjasamanya." Gadis didepannya kini menjelaskan dengan panjang lebar dan sedikit berbasa-basi.
Chanyeol menjulurkan kepalanya melihat sedikit keramaian disepanjang lorong. Sepertinya memang hanya apartemennya yang belum diperiksa. Karena semua pintu apartemen terbuka, penghuninya sedikit berbisik-bisik dengan kekacauan yang Oh Sehun buat.
Sialan!
Chanyeol sedikit meringis.
"Selamat Sore..." Chanyeol sedikit tersenyum dan berbasa-basi juga. "Anda datang disaat yang tidak tepat Baekhyun-ssi. Anda memang menganggu ketenanganku sore ini. Tak bisakah kau melihat wajahku yang berantakan? Itu karena anda sangat menganggu dan kekacauan disini sangat membuat kepalaku yang pening tambah tak karuan." Chanyeol mencoba terlihat kesakitan dan bersuara lirihnya.
Tapi serius! Kepalanya benar-benar ingin pening dan akan pecah kapan saja. Chanyeol harus menyelesaikan ini terlebih dahulu!
Baekhyun membulatkan matanya. Tapi ia memang sedikit khawatir karena orang yang didepannya kini memang sedikit pucat. Ia ingin marah-marah tetapi berubah ketika melihat wajah yang kesakitan itu.
"Umm..." Baekhyun mencoba memutar otaknya apa yang harus dilakukannya kini. "Tak bisakah kita menyelesaikannya dan duduk di sofa sana? Kau terlihat pucat dan... sangat kesakitan. Kau bisa duduk sementara kami memeriksa apartemen anda. Bolehkah aku...?"
Chanyeol bingung. Ia ingin menolak namun gadis didepannya ini memang sedikit memaksa. Ia kalah. Dan ia hanya mengangguk dan mempersilahkan Baekhyun dan beberapa petugas memasuki apartemennya. Ia benar-benar tak peduli kalau mereka memamng menemukan Sehun. Ia hanya berjalan sempoyongan kearah sofa.
Brengsek! Ia baru ingat kalau ada Sehun! Uh, ini pasti karena kepala sialan ini. Ia jadi teledor untuk menyelamatkan Sehun.
Tunggu...
Menyelamatkan Sehun?
Bagus! Apalagi sebenarnya yang sudah dilakukannya?! Bukankah sebaiknya ia memang tidak menyelamatkan Sehun?
Chanyeol, ada apa denganmu sebenarnya? Apakah karena ancaman Sehun? Itu bukan ancaman namanya tapi hanya gertakan! Shit!
Chanyeol tersentak. Ia langsung terbangun dari tidur panjangnya. Ia baru sadar bahwa ia tidur di sofa. Badannya sedikit kaku saat ia terbangun.
Chanyeol mencoba mengingat-ingat mengapa ia tidur di sofa. Semangkuk bubur diatas meja beserta air putih dan obat mengalihkan pandangannya. Ada sekertas note yang di tempel di tepi bibir mangkuk.
Terimakasih atas kerjasamanya untuk memeriksa apartemen anda tuan. Anda mungkin kelelahan karena saat kuperiksa anda tidak demam. Ada bubur untuk anda, aku sedikit meraciknya tadi di dapur anda. Maafkan kelancanganku... Aku sungguh tak tega melihat wajah anda yang pucat. Aku juga menutup pintu balkon yang di biarkan terbuka tadi. Mungkin anda lupa menutupnya. Tidak ada hal yang mencurigakan di apartemen anda karena memang tidak ada orang yang kami cari disini. Sekali lagi terimakasih. Semoga lekas sembuh.
-Byun Baekhyun-
Tulisan hangeul nya sangat khas. Ada aksen tersendiri yang ia tambahkan di setiap akhir hangeul yang ditulisnya. Pasti gadis ini memiliki kelembutan pada jemari lentiknya.
Aishh.
Ia mendengus. Ia bahkan lupa wajah gadis tadi.
Chanyeol dengan cepat menghabiskan bubur dan meminum obatnya. Ia baru ingat akan perihal Oh Sehun. Benarkah Sehun sudah pergi? Ah, ia tak peduli!
-TBC-
Wkwk aku gatauuuu apakah karena putusnya Baekyeon jadinya ChanBaek betebaran begini? gapapa sih aku lagi seneng aja. Jadinya ceritanya juga ngalir. hehehe. Semoga banyak yang baca dan jangan jadi silent riders yaaaaaa.
Mau lanjut ga nih? Reviewnyaaa dulu lahhh kalo gitu:p
Aku ada Remake Chanbaek tapi bikin story baru... muehehe. Mungkin kalau remake aku usahain fast update tapi kalau ini aku masih proses jadi gatau kapan update laginyaaa...
See youuuuu di Chapter selanjutnyaaaa(kalau reviewnya banyak) wkwk...
Hidup ChanBaek!
