.
Chapter 0
.
Tarikan nafas Baekhyun semakin berat, tubuhnya terasa terbakar saat rasa haus akan darah semakin menjadi-jadi. Bulan purnama bersinar begitu terang dilangit dan cahaya masuk ke dalam inderanya yang peka. Keindahan alam yang memanjakan mata tersebut justru menjadi panggilan mengerikan bagi kaumnya.
Rasa haus yang lebih menyakitkan daripada kematian. Dahaga yang yang berkali lipat rasanya. Membunuhnya secara perlahan-lahan. Langkahnya terseok, tangannya meraih satu batang pohon ke pohon lain dan mencakar permukaannya demi mencari pegangan. Dalam kesakitan itu, ia menyesali segala kebodohannya.
Seharusnya, malam ini ia mengikuti keluarganya untuk mencari mangsa dan bukannya kabur karena rasa iba dalam dirinya.
Seharusnya ia menyantap darah mereka tanpa harus merasa kasihan oleh liquid bening di wajah korbannya. Ia hanya harus menancapkan taringnya dan menghisapnya sekuat tenaga tanpa perlu membuka mata. Dan bukannya berlari pergi dan mengabaikan panggilan kakak tertuanya.
Ia tak tahu rasa hausnya begitu menyiksa.
Ia butuh darah.
"Akh!" Baekhyun terjatuh, ambruk di tanah.
Kulitnya yang pucat menjadi kemerahan karena rasa terbakar itu. Matanya yang awalnya semerah darah perlahan meredup. Berganti warna menjadi biru safir, warna aslinya. Nafasnya memendek. Tercekik oleh saraf-sarafnya sendiri.
Irisnya sudah akan tertutup sebelum indera penciuman dan pendengarannya yang tajam mengkoneksi adanya kehidupan di sekitarnya. Berjalan kearahnya dengan langkah pelan serta ragu.
Safir indahnya perlahan terbuka, menemukan seekor anak serigala putih tengah mengendus udara sembari mendekatinya. Baekhyun pasti sudah sangat jauh dari wilayahnya karena kini dia telah memasuki wilayah para serigala. Klan yang tidak pernah akur dengan kaumnya. Seolah ada tembok terbentang luas yang membatasi rasa persaudaraan mereka.
Baekhyun sekeras mungkin mengendalikan rasa hausnya. Ia tak bisa menyakiti balita itu. Serigala itu masih terlalu kecil untuk dijadikan santapan. Itu tak beradap namanya.
"P-pergilah." ucapnya terbata. Jemari lentiknya bergerak kecil, berusaha mengusir sosok dengan binar penasaran itu yang masih saja mendekatinya, seolah tidak tahu jika bahayalah yang tengah berada di hadapannya.
Bulunya yang putih bersih kontras dengan gelapnya malam. Heran bagaimana anak serigala kecil itu lepas dari pengawasan keluarganya dan justru berada di hutan sendirian, mengendusi jemarinya dengan hidung mungil berwarna abu gelap itu.
"Shh, pergilah!" Baekhyun masih berusaha mengusirnya. Berusaha mematikan indera penciumannya sekeras mungkin. Memilih memejamkan safirnya kembali.
Ini bau darah.
Bau yang begitu memikat.
Darah yang mengalir dari serigala itu begitu menggoda. Tapi ia tak boleh melakukannya. Sesuatu yang besar bisa terjadi kelak. Para serigala ratusan jumlahnya, sementara vampire sudah semakin sedikit. Sebisa mungkin mereka menghindari kawanan yang mengancam. Tidak, Baekhyun. Tidak boleh.
"Apa kau kesakitan?" cicit suara itu membuatnya membuka safir birunya kembali. Menemukan sosok anak kecil berambut abu yang begitu menggemaskan. Binar kepolosan begitu menghipnotis membuat Baekhyun seketika terpana.
Kulitnya berwarna, putih namun berwarna, terasa hidup dan jemari mungil yang menggenggamnya terasa sangat hangat. Benar, bawasanya Kaum Serigala memiliki darah panas dan paras yang tidak main-main.
"A-aku tidak apa-apa."
"Tapi, kau tidak bernafas."
"K-kami h-hanya sedikit bernafas." Anak itu masih menatapnya polos, mengusap-usap jemari lentiknya yang pucat dengan penuh kelembutan. Baekhyun nyaris terlena oleh godaan itu. Bocah cilik tanpa tahu apapun itu tiba-tiba memeluknya dengan erat. Berbisik bahwa ia akan memberikan rasa hangat untuknya.
Dalam heningnya malam, Baekhyun tersenyum tulus. Baru kali ini ada seseorang yang begitu mengkhawatirkannya padahal tidak saling kenal.
Namun, ketika hidung bangirnya tanpa sengaja berada di ceruk leher serigala kecil itu, rasa hausnya tidak bisa ditoleransi lagi.
Seberapa besar keinginan Baekhyun untuk mengendalikan dirinya, ia tak sanggup lagi. Iris mata berwarna biru laut itu perlahan-lahan berubah warna menjadi semerah darah. Kesadarannya perlahan-lahan diambil alih oleh panggilan naluriah seorang vampire.
Ketika aroma darah dari serigala kecil itu terus mendesak inderanya, akhirnya dua taring tajam perlahan tumbuh dan tak bisa dihindari lagi, Baekhyun benar-benar menancapkan taring itu di leher bocah mungil itu. Bocah itu menjerit dalam rasa sakit. Terlebih ketika darahnya dihisap paksa dan digantikan rasa sakit tiada tara.
Tiba-tiba teriakan nyaring dan geraman serigala menyadarkan Baekhyun akan kesalahannya. Mata merahnya berubah normal. Ia melepaskan hisapannya dengan paksa dan berdiri terhuyung. Bocah cilik yang penuh kehangatan itu terkulai lemas dengan mata sayu yang memandangnya penuh kebingungan dan kesakitan. Nafasnya tak beraturan seolah sekarat.
"Chanyeol! Grrhhh!"
Suara para serigala semakin dekat, mau tak mau membuat Baekhyun terpaksa meninggalkan bocah itu dan melesat pergi. Berpijak dari satu dahan pohon paling tinggi, ke dahan yang lainnya. Rasanya begitu sakit setelah menyadari kesalahan paling fatal yang pernah ia lakukan. Seharusnya ia membunuhnya saja.
Bukan meninggalkan bocah itu dengan sedikit racun vampire di dalam tubuhnya. Jika anak itu bertahan, dia bisa menjadi monster pembunuh yang paling mengerikan.
"A-apa yang telah kulakukan?"
"TIDAK, CHANYEOL, ANAKKU!"
"KEJAR VAMPIRE SIALAN ITU?! BAWA DIA KEHADAPANKU!" Suara geraman buas penuh amarah dan teriakan lantang itu menggetarkan nyali Baekhyun. Selincah apapun seorang vampire, sepintar apapun dia, dalam keadaan seperti ini hanya ketakutanlah yang ia rasakan.
Baekhyun berusaha sekuat tenaga keluar dari wilayah itu. Berlari seperti angin malam yang dingin dan menusuk. Namun belum sempat ia menggapai dahan di ujung hutan, sebuah cakar kasar sudah lebih dulu menyobek bagian punggungnya. Membuat tubuh kecilnya terjatuh dari dahan setinggi sepuluh meter diatas tanah.
Baekhyun terbatuk, mengeluarkan darah merah yang lebih pekat dari darah pada umumnya. Beberapa pasang mata tajam menatapnya. Ada yang berwarna emas, hitam, coklat. Namun tak ada yang berwarna abu seperti bocah yang darahnya ia hisap tadi.
Manusia-manusia serigala itu lebih banyak dari yang ia pikir. Kesadarannya yang semakin menipis membuat matanya berkunang-kunang dan tak mampu menghitung peluangnya untuk kabur. Kali ini ia hanya pasrah dan menanti kematiannya.
"BUNUH DIA!"
"TIDAK!"
Seorang lain menghentikan pergerakan mereka. Seorang pria tua berkulit tan, berjenggot abu dan matanya sehitam jelaga. Sorot penuh ketegasan itu menatapnya dengan pandangan kebencian dan menusuk. Seseorang yang mampu menyakiti Baekhyun hanya dengan tatapannya yang tajam.
"Bawa dia dan kurung di penjara bawah tanah. Borgol kedua tangan dan kakinya dengan rantai perak. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada cucuku, baru kita bunuh vampire ini!"
Mata bertemu mata. Safir Baekhyun yang sayu menatap pria tua itu dengan pandangan bertanya. Namun hanya kilatan amarah saja yang mampu ia tangkap sebelum ia merasakan sebuah benda tajam menancap di lehernya.
Sebuah jarum perak yang menghentikan aliran darahnya untuk sementara. Membuat kesadarannya hilang sepenuhnya dan disambut dengan pemandangan yang lebih lebih gelap lagi.
