_My Girl_
…
Disclaimer :
All character belongs to God and SMEnt
.
This Fict is mine © Kim Minra
.
Rated T
.
Pair : Yesung x Ryeowook
.
Warning : Genderswitch, Gaje, Abal, OOC, Hancur, Typo bertebaran, Alur gk nyante, de el el.
.
.
.
IF YOU DON'T LIKE, DON'T READ. JUST PRESS 'BACK'. OKAY?
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
_My Girl_
.
.
.
Seorang pemuda tampan tengah berdiri di atap gedung universitasnya sambil sesekali menghela nafas panjang. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Rambut hitamnya bergoyang tertiup angin. Matanya menutup merasakan angin yang menerpa wajahnya.
'Tinggal kau sendiri yang belum mempunyai kekasih.'
Kalimat itu sukses membuatnya kembali menghela nafas. Kalimat yang beberapa menit lalu di dengarnya oleh sahabat terdekatnya. Ia membuka matanya, menatap tajam ke depan tanpa maksud apapun.
'Jika ingin ke suatu tempat aku harap kau mengajak teman lain saja. Kau tahu? Kekasihku selalu marah saat aku tidak bisa pergi bersamanya,'
"Haah,"
'Dan aku mohon mengertilah. Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan persahabatan kita, Sung. Tapi, aku juga butuh waktu dengan kekasihku'
"Sial!"
Geramnya. Ternyata dalam waktu yang lama ini, ia hampir saja membuat hubungan sahabatnya berantakan. Ia sadar sekarang. Sahabatnya juga butuh waktu dengan kekasihnya. Tidak seperti dirinya yang sama sekali belum mempunyai kekasih.
'Lagipula, jangan terlalu dingin terhadap wanita,'
Pemuda tampan dengan nametag 'Kim Yesung' itu pun kembali menghela nafas panjang sebelum meninggalkan tempat favoritnya selama ini.
.
.
.
Yesung POV
"Aku duluan ya, Kyu." ucapku seraya berjalan meninggalkannya yang masih duduk di bangkunya. Dapat kulihat kini ia memasang tampang bingung.
"Kenapa tidak menungguku, eoh?" tanyanya. Ia berjalan ke arahku dengan langkah yang cepat. Berusaha untuk berdampingan denganku. Aku memutar bola mata bosan. Sungguh, aku bosan.
"Ayolah Kyu! Lebih baik kau mengantar kekasihmu pulang ke rumahnya," ucapku tanpa menoleh padanya. Bukankah dia sendiri yang bilang begitu. Sampai-sampai menarikku ke tempat yang sepi hanya untuk membicarakan hal yang tidak penting itu. Ya, tidak penting.
Ia mengerucutkan bibirnya. "Yesung, kau marah padaku, hah?"
Oh, demi apa. "Aku bukan kekasihmu yang selalu marah itu, Kyu."
"Tapi, sikapmu semakin dingin saja padaku. Aku minta maaf,"
Aku menoleh padanya. "Untuk?"
"Ya, untuk yang tadi. Aku harap kau memaafkanku,"
"Kyu−"
"KYUHYUNIE! AKU DI SINI!" teriak seorang gadis bertampang kelinci sembari melambaikan tangannya. Dia kekasih Kyuhyun.
"Dan aku harap kau cepat-cepat mempunyai kekasih! Bye!" ucapnya lalu segera berlari menuju kekasih tersayangnya. Sungguh, jika saja ia tidak berlari sudah kupastikan bokong empuknya sudah tidak empuk lagi.
Setelah ditinggal sendirian di koridor, aku pun berjalan menuju tempat parkiran. Di situ ada motor sportku yang terparkir dengan sangat indah. Dan ya! Baru saja semuanya terasa damai, satu virus sudah datang lagi. Benar-benar virus permanen. Dengan cara apapun aku menghapusnya ia tetap kembali lagi.
Aku pun menaiki motorku lalu memakai helm. Pura-pura tidak melihatnya. Tapi, itu bukan hal yang ampuh untuk pergi darinya. Ya ampun, benar-benar nenek sihir.
"Hai," sapanya sok manis. Ia berdiri di sampingku. Ya, aku akui dia cantik, seksi, tinggi, putih, mulus, berbulu(?), dan hampir sempurna menjadi seorang wanita. Tapi, satu hal yang membuatku tidak tertarik lagi padanya yaitu dia sudah tidak perawan lagi. Selain itu, ia juga terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan belum tobat-tobat juga. Rahasianya terbongkar belum lama ini. Dan itu membuatnya terpuruk dan dijauhi oleh siapapun.
Kau tahu? Saat dia menangis aku sedikit iba melihatnya. Tapi, hanya sedikit. Aku hanya duduk di sampingnya lalu memberikannya nasihat yang baik. Tapi, aku tidak menyangka dia akan selalu mendekatiku. Padahal aku tidak suka. Ya, harus bagaimana lagi.
Aku kesal saat ia selalu saja menghampiriku seperti sekarang ini. Aku selalu saja ingin mengatakan padanya bahwa; kenapa tidak memanggil kekasihmu saja, padahal diluar sana menumpuk. Kau kira aku tidak tahu.
Namun, aku rasa kalimat itu terlalu sadis. Ya, sadis.
Normal POV
Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat Yesung tidak meresponnya. "Yesungie! Kau tidak mendengarku?"
"Hn. Apa, Yoona?" ucap Yesung malas. Gadis itu tersenyum.
"Yesungie, mau mengantarku ke suatu tempat?"
"Hn, naiklah."
Gadis bernama Yoona itu pun duduk di belakang Yesung lalu melingkarkan tangan mulusnya di pinggang Yesung. Yesung memutar bola matanya bosan.
'Oh, demi apa. Kau tidak sadar, kalau kekasihmu melihatmu denganku, aku yang akan mampus,'
.
.
.
Seorang gadis cantik menyisir rambut panjangnya di depan sebuah cermin kamarnya yang luas. Ia tersenyum manis sambil sedikit bersiul-siul.
"Nona, sudah waktunya berangkat." Ucap seorang maid yang baru saja memasuki kamar luas itu. Gadis itu menoleh lalu tersenyum senang.
"Iya, di mana semuanya?" sahutnya setelah memakai kacamata hitamnya. Ia berjalan keluar dari pintu kamarnya sambil menenteng tas mewahnya sedangkan maid tadi berjalan di belakangnya.
"Di depan menunggu nona,"
"Ah, baiklah."
Mereka pun menuruni tangga dari lantai dua rumah mewah itu. Dan benar semuanya sudah menunggunya. Ayah, ibu, kakaknya serta suami kakaknya sudah berdiri di pintu menunggunya untuk turun. Tak lupa juga para maid yang berjejeran menghormatinya. Sedangkan di luar pagar rumahnya, ada banyak wartawan yang menunggunya.
Benar, ia adalah artis cantik yang terkenal di Korea. Kali ini ia ingin pergi berlibur untuk me-refresh pikiran dan kondisinya yang lelah.
"Kau yakin bisa jaga diri, nona kecil?" tanya kakak perempuannya sambil melipat tangan di dada. Gadis itu mendengus sebal. Ia tidak suka dipanggil anak kecil. Tapi, rasa sebalnya itu kini hilang saat kakak kesayangannya memeluknya erat.
"Jaga diri baik-baik, nona kecilku sayang." ucap kakaknya.
Gadis manis itu kini tersenyum sambil membalas pelukan kakaknya lalu mencium pipinya. "Iya, monyet!" Setelah itu ia memeluk dan mencium pipi ayah dan ibunya.
"Hai, keponakanku yang manis. Sayang sekali kau masih tidur, hm." ucapnya sambil membelai rambut hitam anak bayi yang sedang tidur di gendongan hangat kakak iparnya. Setelah itu ia menciumnya gemas.
"Ryeowook, jangan lama-lama. Nanti bangun bagaimana?" ucap pemuda yang tengah menggendong anaknya yang berumur sekitar satu bulan itu. Gadis itu terkikik geli.
"Lihat, ayahmu marah, hihi." Ucapnya lalu memeluk kakak iparnya. "Monyet dan ikan akan menjadi apa nantinya? Hihi"
"WOOKIE!" teriak sepasang suami-istri itu dengan kompak. Gadis itu malah tertawa. "Awas, nanti dia bangun, hihi."
"Barang-barangmu sudah naik semua, sayang. naiklah ke mobilmu." Kali ini ayahnya angkat bicara. Gadis itu pun berjalan keluar dari rumah.
"Iya, selamat tinggal. Bye bye!" teriaknya sambil melambaikan tangannya.
"Bye!"
.
.
.
Dengan penuh perjuangan menghindari para wartawan, akhirnya artis cantik yang bernama lengkap Kim Ryeowook itu pun duduk dengan tenang di dalam pesawat. Yang benar saja, meskipun lelah ia tetap tersenyum. Ia akan berlibur di kota penuh cinta. Apa lagi kalau bukan Paris. Penuh cinta? Mungkin.
"Lebih baik aku tidur saja," ucapnya setelah pesawat itu lepas landas dari sepuluh menit yang lalu.
Ia pun tertidur pulas.
TRAKK
Baru dua puluh menit rasanya ia terlelap. Suara yang sangat tidak enak itu muncul.
TRAKK
Ryeowook membuka matanya kasar. Yang benar saja, suara itu sangat memekakkan telinga. Di tambah lagi suara teriakan penumpang yang panik. Ia celingak-celinguk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"PENUMPANG DI HARAPKAN AGAR TENANG DAN TET− KYAAAAAA"
Suara pramugari itu tiba-tiba terpotong oleh teriakannya sendiri. Semua penumpang hanya bisa berdoa agar selamat. Yang benar saja, belum keluar dari Korea pesawatnya sudah jatuh. Entah karena apa.
Gadis manis itu pun mulai menangis saat dirasakannya pesawat itu jatuh dengan sangat kencang ke bawah.
"Ayah… ibu… hiks… kakak," isaknya saat pesawat itu mulai terguncang dengan kasar.
Namun, entah apa yang dipikirkan artis cantik ini. Ia berlari ke ruang pilot meskipun oleng.
"Tolong! Buka pintunya untukku! Aku mau keluar sekarang," pinta Ryeowook kepada pilot pemegang kuasa bagian pesawat itu sedangkan pilot di sampingnya lagi berusaha menstabilkan jalannya pesawat.
Pilot itu mengernyit, tidak tahu harus berbuat apa. "T-tapi…"
"Aku mohon…"
Pilot itu menundukkan wajah sejenak. "Baiklah…"
"T-terima kasih!"
Ryeowook pun berjalan sambil memegang dinding sebagai penopangnya ke arah pintu pesawat yang kini terbuka secara perlahan.
"A-apa yang kau lakukan, nona?" teriak salah satu pramugari. "J-jangan bilang kau akan…"
"Aku ingin selamat," jawabnya.
Detik kemudian Ryeowook melompat keluar dari pesawat. Sambil tetap berdoa kepada Tuhan agar jalan yang ia ambil tidak salah dan agar diselamatkan oleh Tuhan.
Ia pun melayang di udara, menunggu tubuhnya bertubrukan dengan tanah.
.
.
.
Seorang pemuda tampan tengah melesat cepat dengan motor sportnya. Matanya menatap tajam jalan yang sedang di tempuhnya. Setelah melewati belokan, ia berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua yang tidak begitu mewah namun memiliki pekarangan bersih yang penuh dengan bunga-bunga serta pagar yang tinggi.
Ia beranjak dari motornya hanya untuk sekedar membuka pintu gerbang rumahnya. Siapa yang akan membuka pintu gerbang itu jika bukan dirinya. Ia tinggal sendiri di rumah itu. Keluarganya tinggal di Chunan, sebenarnya ia lahir di kota itu. Tapi, ia pilih untuk berkuliah di Seoul. Ayah dan ibunya hanya sesekali berkunjung di tempatnya, dan jika ada waktu luang, ia akan pulang ke rumahnya di Chunan.
Ia pun kembali menaiki motornya dan masuk ke dalam rumahnya setelah itu memarkirkan motornya.
"Haahh, aku lelah," gumamnya sembari merebahkan dirinya di atas tempat tidur kamarnya. Ia menghela nafas panjang.
"Hn? Jam berapa ini?" tanya pemuda tampan itu –Yesung sambil melihat jam yang bertengger indah di pergelangan tangannya.
Ia membelalakkan matanya. "A-APA?"
Ia langsung bangkit dari tidurnya, menyambar jaket hitam dan topinya. Setelah mengunci pintu gerbang rumahnya ia langsung melesat begitu saja.
"Aduh, aku lupa ada acara di pinggir pantai. Apa ini? acaranya sudah mulai sejak tiga jam yang lalu," ucapnya.
Ia melaju begitu cepat sampai-sampai rok wanita yang sedang berjalan di pinggir jalan naik ke atas memperlihatkan paha mulusnya. Yesung sedikit terkikik melihatnya.
"Hei! awas kau ya!" teriak wanita tidak jelas itu.
Lima menit pun berlalu. Yesung berjalan di sekitar pantai mencari sekumpulan kepala yang dikenalnya. Namun nihil. Ia tidak melihat seorang pun di sana. Hanya tersisa bungkusan makanan yang menemaninya.
"Hah, sial!" geramnya sambil menendang sebuah botol minuman ke arah pantai.
Puk!
"A-auww. Sakit bod−" umpatan Yesung terpotong saat dilihatnya orang yang menggebuk kepalanya tadi.
"Kau tidak lihat kami sedang membersihkan? Pungut botol tadi! Dasar, anak muda jaman sekarang," sahut seorang lelaki paruh baya di belakang Yesung. Lelaki paruh baya itu pun meninggalkannya sendirian di pantai karena pekerjaannya sudah selesai.
"Ah! Sial. Lagi." umpatnya sambil berjalan ke arah pantai dan mencari botol minuman tidak bersalah itu. "Di mana lagi botol itu,"
Ia celingak-celinguk mencari botol itu. Tapi, sesuatu membuatnya harus melupakan botol itu. ia memicingkan matanya. "Hn? Apa itu?" ucapnya sambil berjalan ke sumber itu. ia melihat sebuah gundukan kecil di dalam air.
Ia pun memasuki pantai, tidak menghiraukan sepatunya yang basah karena air pantai. Ia pun menyentuh gundukan itu.
"Heh? Ini ap− huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriaknya sambil terjungkang ke belakang membuat pakaiannya sedikit basah. "I−itu… manusia?" tanyanya kepada dirinya sendiri. Ia pun mulai mendekati benda misterius itu, memperhatikannya.
"Benar!" teriaknya lagi.
Ia menggiringnya ke tepian saat dilihatnya gelembung-gelembung udara keluar dari hidungnya. "Kasihan sekali… kenapa tiba-tiba ada di sini? Pakaiannya bagus seperti ingin bepergian," Ucapnya sambil menggendong orang itu yang ternyata adalah wanita.
Ia mengusap kepala gadis malang itu berusaha untuk menghapus bekas darah yang keluar dari kepalanya. "Untung tidak terlalu deras,"
Melihat keadaan gadis itu, menengok ke atas. Mencari apakah ada pesawat yang jatuh. Tapi, nihil. Ia tidak melihat apapun. Lebih tepatnya belum melihat apapun.
Ia membuka jaketnya, memasangkannya kepada gadis yang malang itu. Kenapa tiba-tiba ia berinisiatif untuk membawanya pulang? Apa yang membuatnya seperti itu?
"Lebih baik bawa saja di rumah. Setelah sadar dia bisa pulang." ucapnya. Matahari pun mulai tenggelam.
.
.
.
"Aku duluan ya, Kyu." ucap Yesung sambil berjalan cepat keluar dari ruangan itu.
"Ya, tidak masalah." ucap Kyuhyun yang di belakangnya. "Dia kenapa? Dari kemarin kok buru-buru." gumamnya.
Yesung berjalan cepat menuju motor sportnya yang diparkir seperti biasa. Ia pun memakai helmnya dan langsung menancap gas. Ia tidak melihat ada seorang wanita cantik yang memanggilnya. Entahlah, ia mungkin tidak mendengarnya karena sesuatu yang mengganjal otaknya.
Sesampainya di rumah, ia langsung memarkirkan motornya lalu dengan kasar membuka pintu rumahnya. Ia sangat tergesa-gesa mengingat ada makhluk mungil yang ia tinggalkan sendirian di rumahnya. Gadis itu.
Ia menaiki tangga. Tapi, Yesung tidak langsung masuk di kamarnya, melainkan kamar tamu yang ada di depan kamarnya di lantai dua. Dengan hati-hati ia buka gagang pintu kamar itu, membukanya perlahan. Takut membuat gadis itu kaget dan shock.
"Aissh, tidak ada perubahan. Kenapa belum sadar juga, padahal detak jantungnya normal kepalanya pun sudah kuperban. Aneh." ucapnya sambil mengambil kursi lalu mendudukinya di samping gadis mungil yang tertidur itu. kepalanya diperban.
"Apa yang harus aku lakukan terhadapnya," gumamnya.
Ia menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu sambil menatap lembut padanya. Ada apa ini?
"Artis cantik Kim Ryeowook, sadarlah." gumamnya.
Ia membelai pipi tirus gadis itu yang ternyata adalah sang artis yang nekad melompat dari pesawat. Ya, sudah tiga hari gadis itu tertidur dan belum sadarkan diri. Dan tiga hari itu pula banyak berita di televisi tentang jatuhnya pesawat Sukhoi super jet− ralat, pesawat yang ditumpanginya yang author tidak ketahui namanya apa. Ia seharusnya takut dengan keadaan sedekat ini dengan artis terkenal itu, tapi entah kenapa setiap melihatnya tatapannya berubah jadi lembut dan pikirannya selalu kacau jika ia meninggalkannya sendirian di rumah.
−Dan selama tiga hari perhatiannya hanya tertuju pada gadis cantik itu. ia membelikan beberapa baju yang cocok untuknya. Termasuk soal yang dalam-dalamnya.
"Sadarlah, aku mohon."
Wajahnya terlihat cantik jika tanpa make-up seperti yang sekarang dilihatnya daripada yang ia lihat jika di televisi. Dan memang gadis cantik itu akan selalu cantik untuknya. Apa?
Di televisi pasti sudah banyak berita tentang artis cantik yang hilang bersama pesawat yang ditumpanginya. Tapi, Yesung tidak ingin memberitakan bahwa artis cantik itu tengah dirawat di rumahnya. Ada perasaannya yang mengatakan bahwa, 'dia adalah jodohmu.'. Begitu.
Karena tidak ada perubahan, ia pun beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju pintu kamar yang terbuka lebar. Ia terlihat kecewa. Ya, kecewa.
"Eengh…" terdengar suara desahan di belakangnya. Bukan desahan yang terdengar hot dan menggoda. Tapi, desahan gadis yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.
"Engh…" desahnya lagi.
Yesung yang mendengarnya tiba-tiba shok dan membelalakkan matanya. Benar gadis itu sudah sadar? Apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Ia tidak ahli berbicara dengan seorang wanita, apalagi seorang artis terkenal yang tiba-tiba sudah berada di rumahnya. Ia mencoba membalikkan badannya lalu berjalan pelan menuju gadis yang masih berbaring itu.
"Engh… aku di mana?" tanyanya sambil memegang kepalanya yang terbungkus perban. Ia edarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar sampai matanya menangkap sosok pemuda tampan bak malaikat berdiri di samping tempat tidurnya.
"K-kau siapa?" tanyanya sembari bangkit dari tidurnya, sedangkan Yesung membantunya bersandar di sandaran tempat tidur.
"Apa kau sudah merasa sehat?" Yesung malah balik bertanya dengan tampang dinginnya.
"Aku… iya, sepertinya begitu."
"Kau lapar? Sudah tiga hari kau tertidur di sini,"
"Hn? Aku…" gadis itu melihat perutnya yang terbalut piyama berwarna biru –yang Yesung beli untuknya. Ia tersenyum ramah ke arah Yesung. "−Aku lapar, hihi."
Yesung terlihat menghindari senyum manis yang tertuju padanya itu, jika tidak ia bisa langsung melahapnya. 'Apa benar dia artis terkenal itu? dia… ternyata manis sekali aslinya,'
"Baiklah, tunggu di situ. Jangan bergerak, kau belum pulih total," ucap Yesung yang melihat Ryeowook menggerakkan kakinya untuk turun dari tempat tidur. Ryeowook menautkan alisnya seakan protes dengan perkataan Yesung barusan.
"Hm… padahal 'kan aku tidak ingin merepotkanmu," ungkapnya dengan wajah tertunduk malu. "Baiklah, jika itu maumu, tuan… err…"
"Yesung, namaku Kim Yesung. Tidak usah pake tuan," kata Yesung sambil tetap staycool. Ryeowook kembali tersenyum.
"Yesung oppa, hihi."
"Kau… namamu siapa?" tanyanya Yesung berpura-pura tidak tahu.
"Aku… namaku… namaku siapa?" ucapnya sambil memegang kepalanya. "Aku tidak ingat namaku. Aku siapa?" teriaknya tiba-tiba. "Aaaarrggh!" teriaknya kesakitan. Kepalanya tiba-tiba berdenyut-denyut saat ia mencoba mengingat identitasnya. Ia mencengkram rambut panjangnya. Melihat itu Yesung tiba-tiba panik dan langsung menenangkan gadis yang bisa dibilang mengalami amnesia ini.
"H-hei, tenanglah." gumam Yesung sembari duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan Ryeowook yang tadi hampir menyakiti dirinya sendiri. Air mata pun mulai turun dari mata indahnya. Ia sesenggukan merasakan kepalanya yang sakit.
"Kepalaku sakit, oppa…" isaknya. Yesung iba melihatnya seperti ini. Ternyata kepalanya terbentur dan menyebabkan amnesia. Apa yang harus dilakukannya?
"Tenanglah… lihat aku," suruh Yesung. Gadis itu pun menatap mata Yesung yang begitu bersungguh-sungguh perhatian padanya. Entah kenapa saat melihat matanya, gadis itu berangsur-angsur tenang. Sinar mata pemuda tampan itu tiba-tiba membuat hatinya luluh. Darahnya berdesir merasakan hangat saat melihat pancaran sinar dari mata Yesung.
"Oppa…" ucapnya.
"Sudah baikan?"
"Hn… ya, terima kasih, oppa."
Yesung melepaskan genggaman tangannya pada Ryeowook. Terus terang saja, keduanya merasa kecewa saat genggaman tangan mereka harus lepas. Ya, harus. Mereka tidak ada hubungan apa-apa. Lebih tepatnya, belum. "Baiklah… kau benar-benar tidak ingat namamu?" tanya Yesung memastikan.
Ryeowook menganggukkan kepalanya pasti.
"Kalau begitu, namamu…" ucap Yesung sambil pikir-pikir nama yang tepat untuknya. "−namamu… Wookie. Ya, Wookie."
"Wookie? Eum…" Ryeowook seperti menimbang-nimbang dengan pernyataan itu. dan benar saja, nama itu adalah panggilan dari keluarganya. Ia tidak mengingat sedikit pun tentangnya. "Hm! Bagus, oppa!"
"Kalau begitu, tetaplah di situ." ucap Yesung sembari beranjak meninggalkan Ryeowook yang tersenyum senang dengan namanya. Cepat sekali ia berubah, baru saja ia menangis sesenggukan sudah kembali senang seperti ini.
Yesung pun keluar dari kamar itu. sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk sebuah senyum tipis yang sangat susah untuk diartikan.
.
.
.
.
.
.
_To Be Continued_
.
.
.
.
.
.
Annyeong haseyo! − ohok uohokk *kesedak tulang mie*
Ya… YA! Author datang lagi dengan membawa cerita gaje! GAJE! Masih dengan pair favorit author! Yewook couple! YEWOOK COUPLE! *gk usah pake tereak2 kali thor*
Mian, author publish fic lain. Dan sama sekali belum ngetik lanjutan fic author yang satu itu. #digampar! yah, bagaimana lagi author udah gk nahan publish fic ini! author terinspirasi dengan jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100. Dan author turut bersuka cita *reader: berduka, woy!* iya, berduka cita… hiks… semoga keluarga yang berduka menerima dengan lapang dada.
Mian, kalo multichapter^^ *nyengirkuda*
Para reader gk keberatan kan kalo multuchapter? Dan gk keberatan juga kan kalo REVIEW? *reader: gk usah di caps kali, thor!*
Ne! kalo gitu…
.
.
.
MIND TO REVIEW?
