Love Me
Hujan mengguyur kota Seoul malam itu, terlihat 2 orang namja sedang bersiteru karena suatu hal yang tampaknya sangat penting, wajah keduanya tampak begitu tegang, bahkan seorang namja yang berambut hitam pekat dengan doe eyes yang kini mengalirkan air mata, ya aku sangat yakin itu air mata, bukan hujan yang turun membasahi wajahnya, tubuh namja cantik itu bergetar, terdengar isakan dari sela ucapannya. Sementara itu namja yang lain, namja tampan dengan garis wajah keras tersebut berulangkali mengusap lembut wajah cantik namja tersebut, walau berapa kali tangan itu di tepis.
"aku tak mau anak ini Jung, hiks. Aku membencimu!" Namja cantik itu tampak terus memukuli namja kekar di hadapannya tersebut, entah sudah berapa memar yang tercipta karena pukulan telak namja tersebut
"Jae, tenanglah, aku pun tak ingin anak itu, satu-satunya cara kita gugurkan bayi itu." Ucapan Yunho, namja tampan tersebut membuat mata indah Jaejoong si namja cantik tersebut membulat sempurna
"kau gila Jung! Selain anak itu yang mati, aku pun akan mati, aku tak mau mati konyol karena anak ini, aaaaakkkk bodoh!" Jaejoong kembali memukuli perutnya yang masih rata, di dalam sana ada sosok nyawa yang tumbuh, 5 minggu usia nya kini, kesalahan terbesar yang pernah Yunho bahkan Jaejoong lakukan hingga menghadirkan sosok tak bersalah tersebut. Anak itu hadir tanpa keinginan masing-masing pihak, Yunho ataupun Jaejoong bukanlah sepasang kekasih, bahkan lebih buruknya Yunho maupun Jaejoong adalah Rival, ya, mereka berdua sama-sama kaya, pintar, bahkan terhormat, bahkan mereka berdua adalah seorang pewaris perusahaan ternama di Korea.
Jaejoong terus meraung tangis, ia tak peduli orang sekitar memperhatikannya, ia sudah sangat frustasi, Yunho pun mendekap tubuh namja cantik tersebut, ia membawa Jaejoong masuk ke dalam mobilnya, sungguh ia tak tega melihat Jaejoong seperti ini, ini pun kesalahannya, jika saja ia tak terpancing temannya untuk mabuk, Yunho tak akan memperkosa Jaejoong kala itu. Yunho mengeringkan rambut Jaejoong yang basah saat ini, Jaejoong hanya menatap Yunho penuh benci, ia kembali menepis kasar tangan Yunho.
"jangan pernah sentuh aku Jung! Aku tak pernah sudi di sentuh bajingan sepertimu!" ada rasa sakit saat Jaejoong menghinanya, Yunho menahan emosinya, ia membuang handuk kecil tersebut ke bangku belakang.
"apa yang harus aku lakukan Jae?" ujar Yunho mencoba sabar
"tanggung jawab." Ujar Jaejoong singkat
"baiklah, malam ini juga aku akan kerumahmu, dan mempertanggung jawabkan semuanya." Ujar Yunho, Jaejoong pun terdiam
"puas Jae?" ujar Yunho kembali, Jaejoong tak menggubris ucapan Yunho sama sekali, ia duduk menghadap ke depan dengan posisi angkuhnya, lagi-lagi Yunho menghela nafas beratnya, ia mulai mengendarai mobil mewah tersebut. Sepanjang perjalanan tak ada satupun kata yang terlontarkan, mereka berdua sama-sama hanyut dalam fikiran masing-masing.
"J-jae?ba-bagaimana bisa?" Yunho tampak terkejut melihat tubuh polosnya dan Jaejoong, dan ia pun heran mengapa mereka berdua berada di gubuk tak berpenghuni yang cukup jauh dari tenda.
"hiks, brengsek kau Jung!" hanya tangisan dan lontaran makian yang Jaejoong berikan pada Yunho
"Jae apa-.. kita-..?" Yunho mulaimengerti kondisi ini, sepertinya ia mabuk saat Yoochun memaksanya minum soju, jujur saja Yunho tak pernah meminum minuman seperti itu, hidupnya sangat sehat dan jauh dari kata 'mabuk', ia kehilangan kesadaran dan memperkosa Jaejoong secara tidak sadar. Yunho mendekati Jaejoong, akan tetapi Jaejoong mencegahnya, ia melempari Yunho dengan barang-barang di dekatnya
"Jangan dekati aku! Aku membencimu Jung! Mati saja kau Jung!" jujur sumpah Jaejoong menyakitkan hati Yunho
"maaf Jae, aku tak sadar, maafkan aku."
"cih! Aku akan membunuhmu jika terjadi sesuatu padaku Jung!"
"tak akan terjadi apapun, percayalah.
Kilasan kejadian tersebut terus menghantui Yunho atau pun Jaejoong, dan ini lah yang Jaejoong takuti 'hamil'. Ia harus membawa benih dari orang yang selalu ia benci, orang yang selalu mengalahkannya, dan orang yang masuk urutan pertama dalam daftar musuhnya. Yunho tak pernah menggubris sikap Jaejoong yang selalu membencinya, Yunho memilih mengabaikan Jaejoong yang kerap kali mencari gara-gara dengannya, Yunho adalah tipe penyendiri, ia tak memiliki teman dekat, jujur saja Yunho senang akan berita kehamilan Jaejoong, tapi di sisi lain, mengapa harus Jaejoong yang sudah sangat jelas membencinya, dengan kata lain mungkin saja anak yang ada dalam perut Jaejoong menjadi temannya, dan harapan barunya untuk bertahan hidup.
Kini Yunho sudah sampai mansion milik Jaejoong, jujur saja hati Yunho berdegup cepat, ia tau pasti hal buruk akan terjadi setelah ini, Yunho melirik Jaejoong kini
"ayo turun." Ujar Yunho, Jaejoong hanya memandang sebal Yunho, ia pun segera turun, Yunho kembali mendesah kesal menghadapi tingkah Jaejoong, namja cantik dan pintar yang terkenal di kampus mereka, dan serta keras kepalanya yang sangat Yunho tak suka, Yunho pun mengikuti Jaejoong masuk kedalam mansionya tersebut.
"Jae dari mana saja kau!" suara lantang tersebut mengejutkan Yunho atau pun Jaejoong saat itu, mereka pun menatap sumber suara tersebut
"a-appa" ujar Jaejoong takut
"dari mana saja kau? Tidak tau ini sudah tengah malam?" bentak namja tersebut, Jaejoong hanya menunduk, Yunho pun kini menghampiri Jaejoong, ia mengusap pelan bahu Jaejoong yang gemetar.
"malam ajushi." Sapa Yunho dan menunduk memberi hormat
"siapa kau?" tanya Kim Hyun Joong, appa dari Jaejoong
"maaf sebelumnya aku tak sopan malam-malam kemari, aku Jung Yunho teman Jaejoong." Ujar Yunho, Hyun Joong pun menyeritkan dahinya
"Jung Yunho? Putra Jung Il woo?" ujarnya
"ne." jawab Yunho
"pergi kau, aku tak mau melihat komplotannya disini."
"tapi-.."
"pergi!" Hyun joong tampak sangat kesal saat ia tau Yunho anak dari Il woo, ayah yang tak pernah membanggakan Yunho sebagai anaknya sendiri.
"maaf ajushi, maksudku kemari hanya untuk melamar Jaejoong." Yunho langsung pada inti pembicaraan, ia tak ingin berbasa-basi lagi, Hyun Joong sangat terkejut dengan penuturan Yunho
"apa?! kau mimpi?" tanya Hyun Joong lantang pada Yunho, Yunho pun menggeleng
"tidak, aku serius, aku hanya tak ingin anakku nanti lahir tanpa ayah." Mata Hyun Joong pun membulat sempurna
"apa maksudmu anak?" tanyanya, dapat di lihat Jaejoong sudah berdiri gemetar karena takut
"mian appa, hiks." Terdengar Jaejoong mulai mengeluarkan suaranya, nafas Hyun Joong serasa akan habis saat itu juga, putra sematawayangnya mencoreng nama baik keluarganya, lebih buruknya lagi sang anak menjalin hubungan dengan anak dari orang yang sangat ia benci, Jung Il woo.
"pergi! Jae, kau bukan bagian dari keluarga ini, pergilah, ulahmu bisa membuat malu!"
"andwe, andwe appaaa." Jaejoong menghampiri Hyun Joong dan memeluk kaki sang appa, memohon agar ia tak di usir, tapi percuma, tangisan bahkan permohonan Jaejoong hanya di abaikan oleh sang appa, Yunho yang tak tega melihat kejadian ini segera meraih bahu Jaejoong untuk mengajaknya pergi, tapi Jaejoong menepis kasar kembali tangan Yunho
"Jangan menyentuhku! Ini semua karenamu Jung! Brengsek kau! Aku muak melihat muka mu Jung hiks! Mengapa tak mati saja orang sepertimu!" ujar Jaejoong, Yunho kembali menarik nafasnya, ia tak mau mengeluarkan kata-kata yang faktanya tak akan Jaejoong dengan, Yunho pun menarik pergelangan tangan Jaejoong, ia menarik kasar dan kuat, ia bersumpah perbuatannya ini sangat kasar, tapi dengan cara ini lah Jaejoong mau menurutinya, Yunho mendorong Jaejoong masuk ke dalam mobilnya, dan setelah itu Yunho masuk dalam mobil itu.
"ini semua karenamu Jung! Aku hancur karena mu!" Jaejoong pun memukuli Yunho dengan kuat, Yunho terus diam, ia tak pedulikan tubuhnya sakit akibat pukulan Jaejoong, tak lama setelah itu Jaejoong berhenti memukuli Yunho, ia menangis pilu membuat Yunho lebih sakit daripada di pukul oleh nya.
"maafkan aku Jae." Ujar Yunho, Jaejoong hanya melirik penuh benci saat ini
"maafkan aku, aku membuatmu hancur, sikap appamu seperti itu padamu karena aku, sekali lagi aku minta maaf, sekarang kita akan ke rumahku, aku akan bicarakan ini pada orang tuaku Jae." Jaejoong tetap terdiam, Yunho tersenyum kecut melihatnya
"kita berusaha nak, appa akan berusaha demimu." batin Yunho memandang perut rata Jaejoong, Yunho pun melajukan mobilnya dan meninggalkan mansion Jaejoong, Jaejoong tertidur karena lelah. Yunho sudah tiba di mansion miliknya kini, ia membiarkan Jaejoong yang terlelap tidur di mobilnya, Yunho mengendap masuk kedalam mansion tersebut, ia sangat tau, appanya tak akan mendukungnya, ia berniat hendak mengambil sisa tabungannya, dan beberapa hal penting dalam kamarnya.
"Yun,~" sapa lembut sosok wanita yang melihat Yunho datang mengendap-endap layaknya maling, Yunho menoleh
"umma?" ucapnya lembut
"kau mengapa seperti maling hn?" wanita itu menghampiri Yunho dan mencubit pipi Yunho, Yunho tersenyum senang merasakan sentuhan lembut sang ibu, Yunho mengambil dan menggenggam lembut tangan tersebut, dan tak luput menciumnya.
"Yunho sangat sayang umma." Wanita itu tersenyum
"anak nakal, bisa-bisanya kau merayu saat umma hendak marah hn?" Yunho hanya terkekeh
"umma, mianhae." Ujar Yunho membuat bingung sang umma
"untuk?"
"Yunho melakukan kesalahan besar umma, Yunho-.." ucapan Yunho menggantung
"kesalahan apa?"
"Yunho menghamili seseorang."
Plakk
Sebuah tamparan telak pun Yunho dapatkan, tunggu itu bukan dari wanita yang kini dihadapan Yunho, melaikan namja yang baru saja datang
"a-appa." Ujar Yunho takut
"kau benar-benar anak tak tau untung ya, sudah kami besarkan, dan kau kini memalukan keluarga ini." Yunho hanya menatap sang ayah dengan fikiran kacau, hal ini sudah biasa Yunho dapati, sang ayah tak pernah menganggapnya ada, semua hal yang Yunho lakukan selalu saja salah dimatanya.
"Il woo, jangan menghakimi Yunho seperti itu, tunggu penjelasannya!" bentak Min ah, ibu kandung Yunho, ia merangkul anaknya tersebut, sedari kecil Yunho memang sudah tak bisa menangis karena apapun, ia tak bisa mengeluarkan air matanya, bukan tidak bisa, hanya ia tidak mau, fikirnya dengan cara itu malah menambah beban sang umma.
"berhenti membelanya!" bentak Il woo
"bisakan sekali saja kau berlaku tidak kasar pada anak-.."
"stop! Dia bukan anakku! Dia hanya anakmu dengan si brengsek Kim itu!"
"Sudah berapakali ku katakan, aku tak berselingkuh! Dan Yunho ini anakmu!" Yunho kembali menutup telinganya, lagi dan lagi perdebatan tentang statusnya, sang ayah yang meragukan dirinya sebagai anaknya, sebenarnya cara mudah lakukan saja tes DNA, tapi ego Il woo lebih besar, ia meyakini Yunho bukan anaknya.
"sudah, hentikan perdebatan kalian, Tuan Jung, jika kau tak suka aku di sini, baiklah aku pergi."
"Yun-.."
"baguslah kau mengerti, pergi dan jangan kembali." Yunho seakan menelan pil pahit kali ini, ia tak menuju kamarnya, ia tak akan membawa apapun dari rumah tersebut selain mobilnya.
Yunho pun pergi dari mansion nereka tersebut bagi Yunho, hatinya sangat begitu sakit, 21 tahun dirinya tak pernah di anggap oleh sang appa, bahkan untuk memanggil 'appa' pun Yunho mendapat larangan keras tersebut, ia lihat Jaejoong masih terlelap dalam tidurnya, Yunho mengusap lembut rambut Jaejoong yang sudah mengering tersebut, kemudian ia mengusap lembut perut Jaejoong
"appa berjanji, kau akan jadi permata appa, jangan dengarkan kata Harabojimu dan ummamu, appa bukan orang jahat sayang." Yunho tersenyum kecut, ia bahkan takut jika anaknya hadir nanti, apakah ia akan marah pula pada Yunho, Yunho menarik nafasnya sebelum ia melajukan mobilnya.
.
.
Love Me
.
.
3 minggu setelah kejadian malam itu, Yunho menikahi Jaejoong di gereja, Yunho pun menjual mobil mewahnya dan membelikan sebuah rumah kecil untuknya dan Jaejoong, sebagian uangnya ia tabung untung persiapan Jaejoong melahirkan kelak, Yunho terus berusaha agar Jaejoong hidup tanpa kekurangan, bahkan kini Yunho harus bekerja sebagai kuli bangunan demi menghidupi Jaejoong, pekerjaan kasar itu kerap kali membuat Yunho lelah dan merasakan sakit yang sangat berlebih.
"Hyung, istirahatlah jika kau lelah." Ujar Joo woon, sahabat Yunho, ya baru kali ini Yunho mendapatkan seorang sahabat, teman yang tak memandang statusnya, bahkan mereka tak tau jika Yunho adalah anak dari pengusaha ternama.
"tak apa, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini, aku tak ingin Jaejoong menungguku lama di rumah." Ujar Yunho tersenyum
"kau kuat ya dengan namja galak tersebut." Yunho hanya terkekeh mendengarnya
"jangan begitu, dia sangat baik, hanya saja sifatnya yang sedikit tidak terkontrol, ahahahha."
"kau ini hyung, ahahaha."
3 minggu sudah Yunho lalu hidup dengan Jaejoong, sikap Jaejoong masih sama, ia membenci Yunho. Matahari sudah nyaris terbenam, kini saatnya Yunho kembali pulang menemui istrinya.
Yunho sampai di rumahnya kini, sangat sepi
"jae~" ujar Yunho, tapi tak ada sahutan sama sekali, Yunho menjadi cemas, ia pun cari sosok Jaejoong ke berbagai sudut rumah sampai ia temui suara, dan ia yakini itu suara Jaejoong yang sedang muntah, Yunho menghampiri suara tersebut, ia melihat Jaejoong yang cukup menderita menahan mualnya, Yunho mendekati dan memijat tekuk leher Jaejoong tersebut, sementara Jaejoong terus mengeluarkan cairan bening dari mulutnya.
"hhaaahhh." Desah lega Jaejoong
"sudah membaik?" tanya Yunho lembut, Jaejoong hanya menatap tajam Yunho
"anak dan ayah sama-sama menyusahkanku!" ujar Jaejoong dan segera meninggalkan Yunho, Yunho mengepalkan kuat tangannya, mencoba menahan sesak dalam dadanya, ia kembali mengabaikan ucapan Jaejoong, ia menghampiri Jaejoong dengan senyumnya
"aku bawakan makanan untukmu, maaf aku hanya bisa belikan ini." ujar Yunho, Jaejoong melirik bungkusan tersebut, kemudian ia melemparkannya tepat di hadapan Yunho
"hei Jung! Sesusah itukah dirimu kini? Nasi itu biasa ku berikan pada kucingku, tak kusangka hidup denganmu menjadi susah seperti ini." Yunho kembali terdiam, ia mencoba sabar dengan semua sikap Jaejoong padanya
"kau mau apa hn? Ayo kita cari makanan di luar, aku mendapat uang tambahan tadi." Jaejoong melirik sebal Yunho
"aku malas makan, percuma makan, dan pada akhirnya menyiksaku dengan rasa mual! Belum lahir saja anak ini sama menyebalkannya sepertimu."
"baiklah Jae, aku tau aku menyebalkan dan membuatmu tersiksa seperti ini, tapi makan sesuap atau dua suap saja ya." Yunho pun membuka nasi bungkus miliknya
"kau!" Yunho pun menyuapi Jaejoong, walau berkali-kali tangan itu di tepis Jaejoong, Yunho tak menyerah, dan akhirnya Jaejoong mau membuka mulutnya dan memakan nasi dari tangan Yunho tersebut, Yunho tersenyum memandang Jaejoong, sementara Jaejoong memalingkan wajahnya, sesuap demi suap nasi pun masuk perut Jaejoong, Yunho senang karena Jaejoong mau makan, sementara itu Jaejoong terdiam, ia merasa tangan Yunho sangat panas. Apa Yunho demam? Itu yang ada dalam otak Jaejoong kini, Jaejoong melirik Yunho diam-diam, ia tak peduli mau Yunho sakit atau pun itu.
"sudah." Ujar Yunho tersenyum, Jaejoong pun meliriknya malas, tak berapa lama kemudian darah kental pun keluar dari hidung mancung Yunho
"Yun? Kau?" Jaejoong terkejut melihat darah tersebut, Yunho hanya menatap bingung, ia tak menyadari darah itu mulai mengalir dari hidungnya
"kau mimisan yun?" Yunho pun menyadari itu, ia segera menutup hidungnya dan berlari ke kamar mandi, Jaejoong mencoba menghampirinya, akan tetapi pintu kamar mandi tersebut di kunci Yunho dari dalam
"Yun, kau tak apa-apa?" tak ada sahutan, hanya gemericik air yang terdengar, beberapa menit setelah itu Yunho pun keluar, Jaejoong pun berdiri di hadapan Yunho kini
"gwenchana?" tanyanya dengan nada cemas
"gwenchana, sepertinya aku lelah saja." Ujar Yunho tersenyum dan menggaruk tekuk kepalanya yang tak gatal, Jaejoong pun kembali dengan wajah semula, dingin.
"dasar lemah!" ujar Jaejoong dan berlalu dari hadapan Yunho, Yunho hanya tersenyum gentir
"uno mimican agi umma, hiks."
"gwenchana sayang, makanya kau jangan terlalu lelah ya." Sang umma pun merangkul tubuh kecil Yunho tersebut
"ck! Dasar lemah!" Yunho hanya memandang takut sang appa kini
"jangan berkata seperti itu, tak baik untuk pertumbuhan Yunho."
"uno kuat appa."
"jangan memanggilku appa!" lagi-lagi Yunho hanya menggenggam erat pakaian sang ummanya kini
Yunho tersenyum kecut mengingatnya
"haha, dasar lemah."
Yunho kini menggelar matrasnya, rumah ini hanya memiliki satu kamar, dan itu hanya untuk Jaejoong, sementara dirinya hanya mendapat tempat di ruang tengah. Hari ini sangat melelahkan untuk Yunho, dan tak butuh waktu lama mata musang itu pun terpejam.
.
.
Love Me
.
.
Pagi pun tiba, seperti biasanya Yunho bangun lebih dulu ketimbang Jaejoong, ia pun mencuci mukanya dan membuatkan susu khusus ibu hamil untuk Jaejoong dengan rasa yang Jaejoong sukai untuk mencegah rasa mualnya. Seharusnya Jaejoonglah yang patut melayani Yunho, akan tetapi Yunho mencoba mengerti ini bukan salah jaejoong.
Yunho memasuki kamar tersebut dengan hati-hati agar Jaejoong tak terbangun, ia meletakan susu tersebut di meja dekat tempat tidur tersebut, diam-diam Yunho mengambil kecupan di kening Jaejoong
"pagi Jae, semoga hari mu menyenangkan." Kemudian Yunho mengelus perut Jaejoong dengan lembut
"pagi permata appa, semoga kau menjadi anak kebanggaan kami ya, appa sangat menyayangimu, appa yakin ummamu pun sangat menyayangimu." Ujar Yunho, Yunho segera berdiri dan meninggalkan Jaejoong, ia harus datang pagi-pagi ke tempat proyek.
Yunho sudah sampai kini di tempat tersebut, ia sedang duduk bersama Joo woon sebelum pekerjaan di mulai
"kau tau hyung? Hari ini pemilik perusahaan akan datang."
"jinjja?" Joo woon pun mengangguk semangat
"kita harus bekerja dengan sangat baik, jika tidak habis kita di marahi." Yunho hanya tersenyum
"aku selalu bekerja dengan baik." Ujar Yunho
"ahaha, itu mah kau hyung."
"sebenarnya ini perusahaan milik siapa?" wajar Yunho bertanya, karena saat Yunho mulai bekerja, perusahaan itu sedang berlangsung di buat.
"siapa ya, kalau tidak salah ia pemilik Jung Company" mata Yunho pun membulat sempurna, ia bekerja di tempat appanya sendiri, lalu bagaimana jika appanya tau? Ia pasti akan di keluarkan dari tempat ini, ia sangat tau appanya tak menyukai kehadirannya, lalu jika tidak bekerja bagaimana ia bisa menghidupi Jaejoong.
"hyung, kau kenapa?" tanya Joo woon heran dengan sikap Yunho
"a-ani-.. aku hanya terkejut saja."
"terkejut kenapa? Ahaha pasti kau terkejut karena akan bertemu orang yang sangat ternama di korea ya, wah aku pun jadi gemetar hyung." Yunho hanya tersenyum kecut dan mengangguk mendengarnya.
…..
Jaejoong pun kini sudah bangun dari tidurnya, ia melihat susu yang sudah siap untuknya, ia pun mulai meminum habis susu tersebut
"aahhh" ia pun mengusap lembut perutnya
"ternyata dia itu baik, dia bahkan rela melayaniku, tapi memang harus begitu, karena ulahnya aku begini." Jaejoong pun mengusap perutnya
"jujur aku tak menyukai kehadiranmu, kau dan appamu itu sama-sama menyebalkan, jika saja menggugurkanmu itu mudah, aku sudah melakukannya itu, aku tak mungkin tinggal di rumah kecil seperti ini, tak ada maid yang melayaniku, bahkan aku tak bisa berbelanja, dan buruknya lagi kau menyusahkanku dengan mual itu." Ucap Jaejoong, yang Jaejoong fikirkan tentang Yunho kini adalah kebencian, memang sedari dulu Jaejoong sudah membenci Yunho, Yunho lebih pintar daripadanya, Yunho menjadi idola para gadis walau sikapnya yang penyendiri, Yunho lebih kaya dari padanya, Yunho mempunyai segalanya yang membuat Jaejoong kalah, itu fikir Jaejoong, seharusnya Jaejoong mengenal lebih dalam Yunho kini, apa yang ia punya? Tak ada, harta? Lihat kini, adakah harta Yunho? Hanya Jaejoong dan bayi dalam kandungan Jaejoong kini harta bagi Yunho. Populeritas? Mana ada yang menyukai dan menemani orang miskin yang bekerja sebagai kuli bangunan kini.
Seharusnya Jaejoong tau~
Seharusnya Jaejoong kenali sosok yang kini hidup bersamanya~
TBC
