Le véritable amour


|• © Storyboard •|

PG-13

Hurt/Comfort, Friendship,Fluff.

Note : Dont Like Dont Read It. WARN! BadSumm, Typo, badplot, BoyXBoy, Shounen-ai, Yaoi etc.


"..If an animal with silence, you can instantly liked. then what about the same with them? Would you love me too?.."

Hope You'll Enjoy it.


Happy reading...


Bermata sipit, rambut hitam kecoklatan, kulit putih pucat, dan bertubuh kecil. Itu adalah ciri dari rata-rata pendudukan orang Korea. Tapi berbeda dengan seseorang yang tengah terduduk didepan kaca jendela kamarnya. Seorang pemuda berumur 17 tahun yang kini menonton rintik salju turun berjatuhan di luar rumah. Dia seperti bukan darimanapun di pulau Asri ini. Kulitnya coklat muda Tan dan Mata nya bulat sedang.

Kim Jong In, lulusan SOPA dengan urutan 10 besar siswa terbaik di umur belia berkat kelas akselerasi. Pandai menari, berotak encer, berwajah menarik dan populer. Tapi kepolulerannya itu tidak selalu diikuti hal baik. Seperti yang diketahui, Setiap manusia pasti berkelemahan. Tak terkecuali dirinya, meskipun banyak guru menyanjungnya. Banyak teman yang mendorongnya, pasti akan selalu ada beberapa orang tak menyukainya.

Terlepas dari fisiknya yang berbeda, Jongin selama ini telah mengira dia selalu melakukan dengan benar dan se-baik mungkin. Dia tidak mengerti letak kesalahannya hingga beberapa teman pernah mencela. Tapi sekali lagi..

'..Tak ada yang Sempurna.'

Jongin tersenyum memerhatikan refleksi dirinya di kaca lalu beranjak keluar menutup pintu.


"Jongiinn, Hyung pulangg! Lihat ini."

Seruan kakak sulung nya terdengar dari lantai bawah. Jongin segera menuruni tangga ingin tahu apa yang dibawa kakaknya itu. Sampai disana, Jongin membulatkan bibirnya berbentuk 'O' . Tak lama dia terkekeh memperhatikan kepala Kakaknya penuh dengan salju.

"Mana ayah? Belum pulang?"

Jongin menggeleng seraya tersenyum membersihkan kepala kakaknya dari timbunan salju. Kakaknya terlihat kepayahan karena tas besar di balik punggungnya. Padahal isinya hanya beberapa buku dan notebook.

"Benarkah? Kalau begitu, Akan kubuatkan makan malam." Jongin mengangguk singkat, lalu mengambil alih tas dan jaket kakaknya.

Orang yang dipanggilnya Kakak tadi bernama Kim Jongdae. Jarak diantara mereka sekitar 5 tahun, berarti sekarang umur Kakaknya itu 22 tahun-an? Meski begitu kakaknya masih mengejar ilmu di semester ketiga-nya. Untuk jadi seniman pintar katanya, entahlah hasutan siapa padahal ayah mereka adalah kepala rumah sakit di pusat kota.

Jongin menggelengkan kepalanya lagi merutuki jaket kakaknya yang ternyata terdapat noda kopi. Pasti si bibir lancip itu ceroboh lagi, ah dasar.. Kalau begini terus ayah akan bangkrut kehabisan air.


"Eh-eh Jongin? Kenapa?"

Jongdae menggaruk kepala nya canggung saat tiba-tiba kerah belakangnya ditarik dan mendapati adiknya telah melipat kedua lengannya dengan raut wajah kesal. Dia tertawa garing mencoba meredakan marah adiknya.

"Ha, err kau tau ya?" Jongin semakin merengut melihat tampang tak berdosa kakaknya. Menyebalkan sekali dia tak tau apa, mencuci jaket tebal ini susah sekali.

Jongin menoleh kesamping, berjalan mendekati lemari es di sudut dapur. Jongdae menggaruk pipinya seakan tau jika adiknya sedang marah. Dia ikut kesana, memeluk Jongin hangat dari belakang. Tubuh adiknya yang tinggi sebenarnya tidak terlalu sulit dipeluk. Jongdae mencoba melonggokkan kepalanya kedepan, ber-Aegyeo merayu Jongin. Tapi adiknya yang manis ini terkadang sedikit keras kepala, dia jadi dihiraukan. Aih..

"Jongiiin..."
"—Maaf ya? Jangan marah, Hyung janji tidak diulang lagi. Arra?"

Jongin melirik kakaknya ragu, Sedangkan Jongdae terus merayu dengan tatapan memohon. Pemuda tan itu menghela nafas pendek, lalu mengangguk mengelus pipi kakaknya. Kakaknya terlihat senang hingga mengeratkan pelukannya. Ahh, Sesak.

"Hehe. Kau tunggu di sofa, beberapa menit lagi ramen nya matang."

Jongin mengulas senyum tipis sebelum meninggalkan area dapur. Dia berjalan melewati koridor yang penuh foto, dia melambatkan langkahnya kala tak sengaja menangkap sosok mendiang ibu di foto besar berisi keluarga kecilnya. Jarinya terulur mengusap debu di kaca pigura wajah ibu-nya. Jongin tersenyum mengingat beberapa kenangan dengan sang mendiang, tak banyak kenangan yang mereka punya karena saat di umur Jongin yang ke-empat tahun Sang Ibu ternyata telah pergi selamanya.

"Ayah, Pulang."

Jongin mengalihkan pandangannya pada pintu kayu, terlihat pria paruh baya dengan jas putih berbalut syal coklat panjang. Dia tersenyum menghampiri ayahnya, Jongin memberikan pelukan selamat datang. Ayahnya tertawa pelan menghadapi sikap kekanakan bawaan Jongin sejak kecil. Pelukan, seingatnya Jongin sangat menyukai pelukan. Itu yang dilakukan mereka semua setiap saatnya.

"Apa yang kau lakukan hari ini? Membaca buku lagi?"

Jongin meringis mengetahui ayahnya ternyata dapat menebak jalan pikirnya. Jika Jongin perhatikan, Pria yang sangat dihormatinya ini wajahnya telah menua. Kerutan ber-umur kian menghiasi kulit ayahnya, rambutnya sedikit telah memutih. Kedua kantung mata ayahnya pun tak bisa Jongin abaikan. Mungkin Jongin harus mulai mencari pekerjaan, agar ayahnya ini bisa istirahat pulas di ranjangnya. Walaupun tidak ada ijazah kuliah, Jongin sendiri juga tidak yakin akan mendapat pekerjaan semudah memegang sendok.

"Kau sudah makan?" Jongin menggeleng, lalu kembali merengut melirik dapur mengisyaratkan ayahnya untuk melihat sendiri kesana.

Ayahnya tertawa pelan, lalu mengusak rambutnya sayang. Sentuhan halus tangan tua ini, Jongin sangat menyukainya. Tangan yang sama dengan tangan yang melindunginya berkali-kali.

Pria paruh baya itu membawa Jongin ke area dapur, mendapati Jongdae— Putra sulungnya tengah bersenandung dengan celemek di tubuhnya.

"Ya."

DUK

"Ehe—Aduh!"

Jongdae mengaduh memegangi kepalanya, dia berbalik terkejut melihat ayahnya tengah berkacak pinggang menatapinya tajam.

"Kau mau adikmu usus buntu? Mie instan itu tidak sehat,Jongdae."

Jongin terkekeh tanpa suara dibalik punggung ayahnya, Sedangkan Jongdae merengut pasrah mendapatkan omelan berdiskon dari ayahnya. Huh, Apa salahnya? Mie kan enak.

"Tapi yah—"

"Tapi apalagi? Kan sudah dibilang masak yang bahannya sehat. Kalau sakit kan ayah juga yang repot."

"Aduh—duh Ayaaaah!"

Jongdae kini mengeluh kesakitan telingannya ditarik oleh ayahnya. Dia melirik pada Jongin yang ternyata masih terkekeh geli. Menyebalkan, awas saja.

"Jongin, tolong aku."

"Jangan dibantu kakakmu yang nakal ini."

Jongin menyerah, kelucuan dan ke childish an kakaknya memang belum hilang. Perutnya sampai terasa kaku kebanyakan tertawa. Jongin mengulurkan kedua lengannya memeluk pinggang ayahnya dari samping dan hanya memperhatikan hukuman Jongdae kakaknya.

"Ah! Sakit! Appa!"

.

.

.

"Wooo!"

Teriakan semangat terdengar hampir keseluruh sudut ruang, ditambahi dengan alunan musik bervolume keras semakin memanasi lantai dansa. Pinggang-pinggang ramping saling bersinggungan mencari pasangan menari. Liarnya gerakan sang Dj disambut antusias pengunjung klub tersebut. Salah seorang lelaki muda berambut dark blonde bertopi lambang 'X' sedang tarik kesana kemari, diperebutkan beberapa gadis kesepian.

"Sehunnn!"

"Oi,Hun! Kau mabuk."

Lelaki yang baru saja dipanggil Sehun itu mendengus kala lengannya ditarik keluar dari kerumunan gadis-gadis. Lelaki lainnya bertubuh lebih tinggi, mengerang jijik melihat beberapa kali cairan alkhohol hampir menumpahi celana jeans nya. Lalu tak sengaja pula, mata nya menatap merinding pada beberapa pasangan di pojok-pojok sedang bercumbu tanpa malu. Dia tak mengerti kemana hilangnya otak kawan nya ini, kenapa bisa tersesat ke tempat kotor macam ini. Bahkan sekarang sedang mabuk menggumamkan kata-kata tak jelas. Dia jadi tak yakin, manager Hyung akan mentolerir perbuatan Sehun kali ini.

Park Chanyeol, adalah Sahabat sekaligus teman se-grup dari Sehun. Oh Sehun dan dirinya tergabung dalam grup band beranggotakan 6 orang. Dia, Sehun, Kris, Lay, baekhyun dan seorang bernama Kyungsoo. Beberapa hari ini mereka sering cuti libur persiapan comeback mereka tiga bulan mendatang bersamaan dengan konser mereka di Jepang.

Tapi khusus untuk Sehun, Magnae grup mereka yang masih punya tanggungan kuliah. Agensi mereka menambahkan satu bulan lebih untuknya. Menyenangkan sekali hidupnya, sudah maknae, disenangi para sunbae noona, banyak fans etece lah. Tapi, Sebenarnya ada banyak jadwal yang sulit ditolak karena mereka sendiri sedang dalam puncaknya karir.

"Lepas hyung."

"Tidak, kau ini bodoh sekali memilih tempat liburan. Kau sudah enak libur empat bulan, tapi kau habiskan di disini? Encer sekali otakmu sampai tidak tersaring."

"Ah terserah!."

Sehun mulai mengeluhkan kepalanya yang terasa berputar, Chanyeol menerka berapa banyak cairan laknat yang diminumnya. Pemuda tinggi itu tau penyebab anak ini tersesat disini, ada satu hal bodoh membuat bocah ini sok dewasa memasuki tempat yang bahkan dilarang agensi. Biasa lah, alasannya mudah dicari. Chanyeol pikir Sehun sedang patah hati atau tidak, ini hanya pengalihan rasa frustasi dari banyaknya jadwal Sehun.

"Hng, Krystal..Ah,Shit."

Chanyeol menghempaskan Sehun ke kursi penumpang, mendengar nama gadis dari bibir Sehun semakin menyakinkannya bahwa maknae gila ini frustasi cintanya pada Krystal itu. Member f(x), salah satu senior mereka. Cantik, menarik, pintar tapi.. Sayang licik. By the way, setahu Nya tak seorang pun staff perusahaan yang menyukai attitude gadis itu. Selain licik, juga sombong. Alah, menyebalkan.

"Krystal lagi. Otakmu memang sudah rusak, gadis macam itu disukai. Cih."

Gumam Chanyeol pelan, namun tak lama dia mengaduh memegangi bahu kirinya yang terpukul Sehun kasar. Kurang ajar.

"Sttt, Stt. Dia sangat cantik."

'Dia memang mabuk..'

Chanyeol memerintahkan orang di kursi supir untuk segera menjalankan mobil. Selang beberapa detik, mobil lamborgini merah itu meninggalkan tanah lapang tempat parkir klub malam itu. Sedangkan tangan kiri nya mengelus pelan surai Sehun, membuat lelaki itu tertidur pulas melupakan rasa mual.


- N-


BLAM

"Kami pulang."

Chanyeol membopong badan kurus Sehun memasuki dorm. Didapatinya beberapa tatapan tajam dari Kris sang leader, Yixing dan Kyungsoo. Kris menghampiri dan ikut membantu Chanyeol membopong Sehun menuju kamarnya. Setelahnya, Leader tampan itu menarik asal kerah Chanyeol.

"Ya! Gege."

"Apa? Sudah berapa kali kukatakan, jangan bawa maknae itu ke klub. Bagaimana jika pihak agensi tahu ini?"

Chanyeol menggaruk kepalanya kaku, bersiul sebentar lalu berlari menaiki tangga menjauhi Kris yang mengamuk padanya. Sang leader berteriak memanggil namun bayangan Chanyeol sudah hilang. Pria China itu menghela nafas, beralih menatap pintu kamar Sehun. Sebenarnya, dia tahu ini bukan karena Chanyeol yang membawa Sehun ke Klub, tapi Sehun sendiri yang sangat keras kepala.

Elusan halus dirasakannya dari belakang, ternyata itu Yixing alias Lay. Dia memalingkan kepalanya pada lelaki ber dimple dibelakangnya ini lalu tak lama bergumam nyaman merasakan elusan disana. Mereka memang menyenangi skinship terkadang hingga membuat banyak kesalah pahaman.

"Sudahlah, biarkan saja. Ini hari libur." Perkataan Yixing hanya dibalas deheman lelah dari pria tinggi didepannya. Dia tersenyum maklum, dia cukup mengerti menjadi leader tidak semudah kedengarannya.


Huekk!

Sementara itu, Sehun berlari memasuki kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya berupa cairan. Efek pusing masih menggerayangi kepalanya, seperti ingin pecah. Sakit sekali.

"Hm?"

Sekembalinya dari kamar mandi, mata nya pun tak sengaja jatuh pada sebuah pigura kayu kecil dekat nangkas. Memperlihatkan wajahnya tersenyum lebar dengan gadis cantik disamping. Dia memungutnya lalu melempar sembarangan ke dinding.

Prakk

Kaca pigura itu terpecah, serakan sisa pecahan berceceran di lantai marmer hitam dibawahnya. Sehun menatap pecahan itu tanpa minat, kedua tangannya sangat lesu untuk bergerak. Dirinya sama sekali tidak berniat memunguti sisa sampah dibawahnya. Lagipula, ini sudah berakhir. Gadis itu membuatnya seperti ini, Gzz menyedihkan.

"Ahh, pusing. Susu.. Butuh susu."

Sehun memegangi kepala nya, berjalan keluar kamar. Suasana dorm yang mendadak sepi membuatnya sadar, ini sudah lewat jam makan malam. Buktinya, sang ibu sedang bermalasan depan layar tv. Akh, Maksudnya Kyungsoo—D.o. Dia juga harus meminta maaf pada Chanyeol, karena lagi-lagi merepotkan sang aktor itu. Atau minta ampunan Leader China itu, karena membuatnya gusar di hari libur. Kalian lihat? Dia ini memang maknae yang baik. Sedikit berbeda ( Well, dia sedikit jahil ) dari karangan fans diluar sana yang menyamakannya dengan Kyuhyun—Maknae SJ, Senior mereka.

Sehun melangkah ke lemari es, mencari kotak susu rasa coklat. Sayang, dia hanya menemukan setengah kotak susu cair basi. Menghela nafas, dia harus ikhlas merelakan diri membuangnya.

"Hyungg, Kemana semua Susu-ku?"

D.o menoleh lalu menggidikkan bahu nya tidak tau. Sehun mendesis, orang mata bulat itu bahkan lebih dingin dari es batu. Kejam sekali.

"Bagaimana rasanya patah hati, Maknae?"

Baekhyun datang menepuk keras punggung nya, Sehun meringis mencibir si leadVocal. Baekhyun justru tertawa akan ejekannya sendiri, dia jadi bisa bercermin sekarang. FYI, dia baru saja putus dari pacarnya. Alasannya lagi-lagi agensi, pahit sekali hidup ini. Haa, dia jadi kasian pada maknae tampan mereka. Padahal wajahnya itu rupawan tapi masih sempatnya diselingkuhi gadis macam Krystal.

Walaupun Baekhyun sendiri tidak membuang fakta bahwa Sehun terlalu naif. Bagaimana mungkin sangat memuja gadis macam Krystal, tidak salah sih. Orang cantik, sesukannya lah.

"Rasanya?" Sehun menampilkan raut berpikir lalu menatap Baekhyun pocker face.

"—Manis manis pahit. Ya, Sakit. You think?" Baekhyun akhirnya terbahak keras. Bertepuk tangan saking senang nya punya teman putus cinta. Sehun memutar bola matanya bosan, ini lah Hyung nya yang paling berisik setelah Chanyeol. Tapi untuk Tiang Park itu, rasanya orang itu akhir-akhir ini lebih sering bersikap 'normal' .

Setelah puas menggoda Maknae, Baekhyun berlari mengguncang bahu Kyungsoo paksa meminta buatkan makanan, Oh syukurlah bukan hanya dia yang kelaparan. Kyungsoo mengerang kesal, kenapa Teman sekamar nya ini tidak bisa diam barang semenit. Baekhyun hanya tertawa garing mendapat tatapan maut dari Kyungsoo. Dia melebarkan matanya lalu mempoutkan bibirnya. Ekhem, Mencoba aegyeo dia.

"Uhukk."

Sehun ingin tertawa, sampai menyemburkan air di mulutnya melihat gelagat Baekhyun yang menggelikan. Sedangkan Kyungsoo meliriknya sebentar sebelum berdiri lalu..

"Minggir."

Duagh.

"Ouch, Kyungsoo jahat."

Sehun menyingkir dari dapur, berniat tertawa lepas melihat kejamnya Kyungsoo mendorong kening Baekhyun hingga jatuh terduduk. Tapi urung karena berpapasan dengan Tatapan tajam Kyungsoo padanya.

"Ha Ha, bangun."

Tawa garing Sehun seraya mengulurkan tangan membantu Baekhyun berdiri.

"Ha, Sehun tolong kau ke supermarket. Kita kehabisan bubuk ramen dan kecap."

Sehun sempat menoleh shock pada Kyungsoo beberapa detik sebelum mendengar tawa cempreng Baekhyun. Dia mendengus tapi tetap berjalan ke rak sepatu dan belajar jadi adik penurut. Tak apa lah, siapa tau ada hiburan di jalan nanti.

0

0

"Selamat datang, silahkan berbelanja."

Sambutan ramah dari kasir perempuan sama-sekali tidak menarik perhatian Sehun. Idola baru itu lebih tertarik pada jejeran rak-rak snack dan lemari es penuh susu. Kebetulan, stock Susu nya habis. Kasir perempuan tadi mengerutkan bibirnya kecewa tidak mendapat lirikan dari bias. Susah memang, tapi orang tampan kan sesukanya.

Sehun segera melangkah ke rak bumbu mencari bubuk ramen juga kecap. Setelah itu, sibuk memilih susu mana yang dibeli. Sedangkan dari arah pintu masuk, Seorang remaja dengan lugunya mengangguk menyahuti sapaan si kasir lalu beralih mengambil keranjang biru.

"Hari ini mau beli apa, Jongin?"

Jongin melebarkan matanya mengetahui kasir manis tadi mengajaknya bicara. Dengan panik dia langsung menunjuk rak mie instan dan stand pendingin berisi sayur mayur. Sang kasir mengangguk mengerti lalu mengulas senyum ramah. Dilain tempat Sehun melonggokkan kepalanya, mengecek apa kasir itu bicara sendiri atau tidak. Tapi ia lalu mengangguk paham ternyata ada orang lain disini, syukurlah dipikirnya kasir itu gila.

Jongin menelusuri rak mie, dia mengingat apa saja pesanan Jongdae kakaknya. Mie ini, mie itu, itu juga. Banyak sekali, rata-rata semua nya level kepedasannya tinggi. Dasar, kalau sakit bagaimana?

"Permisi, bisa minggir?"

Srekk

Eh?

Jongin menjatuhkan mie instan nya, dia terlalu terkejut mendengar suara berat seseorang di belakangnya. Dengan kikuk, Jongin mengambil mie nya lalu minggir beberapa meter tanpa menatap siapa itu. Sehun mengangkat alisnya aneh, lalu menggeleng remeh kemudian berjalan menuju kasir. Benar kata Kris, anak muda sekarang aneh-aneh. Bahkan tingkat kesopanannnya berkurang.

Jongin kembali ketempatnya, menunduk sebentar Sebelum pergi mengambil beberapa Tomat dan ikut menyusul si pemilik suara berat tadi ke kasir.

Sampai dikasir, Jongin harus mendongak untuk melihat tingginya lelaki didepannya. Bahunya tegap bidang, rambut abu-abu yang justru terlihat seperti anime kesukaan Jongdae.
"Semua nya, 27,000 Won." si kasir memberikan Senyum manisnya, berharap pria tampan ini akan jatuh hati. Tapi sayang Sehun saja tidak meliriknya.

"27? Mahal sekali. Bagaimana dengan, 20,000 Won?"

Ung?

Jongin mengintip dari belakang, penasaran kenapa lelaki ini tidak selesai membayar. Dari samping, Jongin terkejut teringat seseorang setelah melihat rupa Sehun.

"Aa, sepertinya tidak bisa tuan."

"Ah, sial." Sehun mengumpat sebanyak-banyaknya dalam hati. Mendengar itu, dengan panik Jongin mengeluarkan tiga lembar uang won lalu menyerahkannya pada Sehun.

Sehun menatap Jongin dan uang itu bergantian tidak mengerti.

"Apa maksudmu?"Jongin menggeleng cepat, lalu masih menekankan uang seharga 7,000 won itu pada Sehun.

Si kasir yang sedari tadi menonton, akhirnya sedikit mengerti maksud Jongin. Dia tersenyum menjelaskan maksud Jongin pada Sehun. Sedangkan Sehun sendiri sedikit kesal kenapa Jongin tidak berbicara saja agar lebih mudah. Merepotkan.

"Ah, Tuan? Maksud Jongin mungkin ingin meminjami mu 7,000 Won."

"Benarkah?"Sehun menatap terkejut pada Jongin hingga membuat remaja itu menunduk cepat menghindari eye contact.

Anggukan kecil Jongin membuahkan Senyum tipis Sehun karena bersyukur dia tidak jadi mengembalikan beberapa susu kotaknya. Ah, mungkin remaja ini adalah salah satu fans nya. Oho, tentu saja. Dia kan terkenal.

"Baiklah, terima kas—Hey."

Jongin mengabaikan senyum tampan Sehun lalu mendesak maju menggeser Sehun. Lewat tatapannya, Jongin seolah menyuruh kasir itu cepat menghitung belanjaannya. Si kasir mengerti dan langsung menghitung semua nya, Belanjaan Jongin hanya tomat dan beberapa mie instan seperti sebelumnya. Harga totalnya sekitar 15,000 Won. Jongin langsung membayarnya lalu berlari keluar setelah mengambil plastik belanjaan. Meninggalkan Sehun yang masih termangu bingung karena merasa baru kali ini ada Fans yang bahkan tidak mengharapkan senyumnya?

Oh ya, anak itu tadi siapa namanya?

"Ah, Jongin."Gumam Sehun mencoba mengingatnya. Dia berharap bisa membayar hutang 7,000 Won ini, jika ketahuan manager bisa dipenggal dia. A, iya dia harus pulang sekarang.

'Tampan..dia, masih tampan.'


TBC


Haloha, bawa cerita lagi. Padahal ada yg blm end. :v saya cuma mau menghargai ide biar gk hilang. Ayo tebak, Jongin siapa Sehun siapa? ^^ akhirnya saya bisa ngepost ff ini. kyk ff sebelumnya, love at first sight. tokohnya naive. saya harap kakak kakak sekalian bisa menyukainya,
buat yang mau berteman dengan saya, boleh add fb saya - Eka Syafa'a-

thanks for your reading.