Genggam
Senandung mengalun
Satu dua petik
Nada-nada berirama
Putih tergores hitam
Titik menjadi garis
Mencipta sebuah lukis
Tangan penuh noda hitam
Jemari penuh luka gores
Kotor...
Kasar…
Bersatu, terikat
Saling menggenggam
10 Januari 2019
Sret sret sret
Suara goresan pensil di atas kertas terdengar berirama, seperti sebuah lagu yang menjadi penenang untuk jiwanya. Seorang gadis menarik senyumnya ketika ia melihat setiap goresan yang ia buat berubah menjadi sketsa yang sangat indah. Sebuah pemandangan taman yang ia tuangkan dalam buku sketsanya terpampang jelas di depan mata. Netra amethyst gadis itu bersinar, puas dengan hasil karyanya.
Jreng.. jreng..
Beberapa detik kemudian petikan nada gitar mengalun lembut di telinganya. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang lelaki yang sedang memetik gitar duduk di kursi taman di sebelahnya. Ia tidak tahu kapan lelaki itu sudah ada di sana. Tapi sejak permainan gitarnya dimulai, gadis cantik itu tak dapat mengalihkan perhatiannya dari si lelaki asing.
Permainan gitarnya sungguh lembut dan memikat…
"Apa aku mengganggu mu?" tiba-tiba lelaki itu berhenti dan menoleh ke arah sang gadis.
"Eh? T-tidak.." si gadis terkejut karena ketahuan memerhatikan lelaki itu terlalu lama.
"Hn?" salah satu alis si lelaki terangkat, memastikan sekali lagi jika gadis yang duduk di kursi sebelahnya tidak terganggu dengan permainan gitarnya.
"Sungguh. A-aku hanya.. permainan gitarmu bagus," si gadis tersenyum kaku.
Lelaki itu pun sama, menarik kedua sudut bibirnya meski tak kentara, "terimakasih."
Gadis cantik itu menjawab dengan malu, "sama-sama."
Gadis berambut indigo dan lelaki berambut raven itu kembali melanjutkan aktivitas yang tertunda. Gadis itu tak menyangka hari dimana ia ditemani alunan gitar ketika sedang menggambar benar-benar ia rasakan saat itu. Entah kenapa, ia sangat menikmatinya.
Sketsanya selesai dan baru kali ini ia merasa kecewa. Entah kenapa gadis itu enggan untuk pergi dari sana dan berhenti mendengarkan alunan musik gitar lelaki di sebelahnya.
Hahhhh… mungkin mereka hanya dipertemukan untuk sesaat.
Gadis itu berdiri dan bersiap untuk pulang.
"Nama mu siapa?" langkah kaki berflatshoes itu terhenti.
"Eh?" ia menoleh dengan ekspresi terkejut. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Nama?" lelaki itu menatap sang gadis lekat. Tangan si lelaki terulur.
Pipi sang gadis bersemu merah, "H-Hinata, Hinata Hyuuga." Gadis itu menyambut uluran tangan lelaki asing yang baru ia temui beberapa menit lalu.
Tangan si lelaki yang kasar karena terlalu sering memetik senar gitar dan tangan si gadis yang kotor karena terlalu sering bersentuhan dengan goresan pensil, akhirnya bertemu. Menyatu. Menggenggam satu sama lain.
"Sasuke Uchiha. Senang bisa menemani mu menggambar, Hinata."
"Semoga lain kali aku bisa menemani mu menggambar lagi."
Atau mungkin pertemuan mereka sudah ditakdirkan oleh Tuhan.
