Copyright © 2017 by Happyeolyoo

All rights reserved

.

.

Sweet Escape

Genre : Romance

Rate : T

Pairing : HunHan as Maincast.

Chapter : 1/2

Warning : Genderswitch. Miss typo(s).

Disclaimers : The cast is belonged to God, their parents, and their company. All text here is mine. Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari cerita ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin dari penulis.

Summary : Sehun sedang menghadapi masa sulit untuk menunjukkan cintanya kepada Luhan. Dia selalu ingin terlihat keren, tapi entah kenapa yang dilakukannya selalu terkesan salah.

BGM : Let Me Love You by Jung Gi Go, Chanyeol

Bergelut dengan cinta memang bisa menimbulkan masalah. Perasaan dan akal sehat sering kali memiliki keputusan yang bertolak belakang. Bagi sebagian orang yang belum pernah menghadapinya, jatuh cinta merupakan satu tantangan yang membingungkan. Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan pun menjadi momok.

Oh Sehun baru mengerti akan hal itu semenjak dua bulan lalu. Kedua orangtuanya bercerai secara mendadak, membuatnya harus mengucap selamat tinggal pada tanah kelahirannya. Cahaya matahari yang terik khas kota California terpaksa ditinggalkan. Sehun dibawa ibunya ke Korea Selatan, dimana ada sepasang kakek-neneknya di sana.

Culture shock memang mengganggunya selama beberapa saat. Namun semua itu tiba-tiba tidak menjadi masalah besar baginya semenjak seorang gadis Cina yang manis datang ke hidupnya. Mereka bertemu di sebuah kelas Bahasa Korea, yang mana Luhan malah berada satu kelompok bersama Sehun.

Pengerjaan proyek untuk menyelesaikan tugas Bahasa pun menjadi momen yang berharga. Luhan mudah sekali diajak bicara dan bercanda. Dia gadis yang ramah. Sayangnya, Sehun tidak mampu bersikap natural saat berdekatan dengannya. Sepertinya itu menimbulkan kesan yang tidak bagus untuk Luhan.

Baik Luhan mau pun Sehun jadi kelihatan sama-sama tidak nyaman saat berdekatan.

"Kita akan buat satu essay panjang tentang hidup di dunia modern. Kupikir akan lebih baik kalau kita bagi tugas untuk per dua paragrafnya."

Menulis essay dalam bahasa korea bukanlah keahlian Sehun. Bagaimana pun, dia masih kesulitan mengatakan ini-itu dalam bahasa korea.

"Kita bisa bahas isi dari essay kita lewat paragraf yang tertuang. Mari tentukan apa saja topik yang akan kita ulas," Kyungsoo, perempuan astralia yang selama dua tahun belakangan tinggal di Korea pun kembali memberi intruksi.

"Aku ingin memberi usulan mengenai beberapa hal. Kau tahu, tentang segala hal yang terjadi di dunia modern seperti Hallyu, operasi plastik, dan make up style."

Usulan Luhan berhasil membuat Sehun kagum dalam sekejap. Selain cantik, Luhan itu mahir berbahasa Korea walau baru datang ke Korea selama dua bulan belakangan. Sehun jadi minder karena kemampuannya yang terkesan tidak bisa diandalkan.

"Oooh. Jadi kita bisa mengulas hal positif dan negatif dari hal-hal seperti itu?" Baekhyun yang otaknya paling pas-pasan di kelompok mereka, kini angkat suara.

"Ide yang bagus. Kita bisa mencari beberapa artikel untuk mendukung essay kita," Kyungsoo menulis beberapa hal pada buku catatannya. "Kata kuncinya; Hallyu, operasi plastik, dan kosmetik. Jadi kita hanya akan membahas dunia modern di Korea Selatan."

"Hei, anak pantai. Kenapa kau lebih banyak diam hari ini?"

Sehun tersentak saat lamunannya tentang betapa sempurnanya Xi Luhan dihancurkan telak oleh pertanyaan Baekhyun. Perempuan bermata sipit itu lagi-lagi tersenyum jahil. Dia memang terkenal dengan sikap jahilnya yang kurangajar dan sering kelewat batas. Sehun tidak pernah suka kalau diajak bicara olehnya.

"Well, uhm. Kalian tahu kalau aku tidak bisa .., banyak .."

"Bahasa koreanya belum terlalu bagus," Kyungsoo mendengus, sebal. Kalimatnya barusan sanggup menyakiti perasaan Sehun. "Pada dua tugas sebelumnya, Oh Sehun menggunakan web translator."

Itu aib! Sehun ingin menyumpal mulut Kyungsoo dan menjejalinya dengan kaus kaki. Sialnya, Luhan ada di hadapannya dan Sehun tidak bisa bersikap anarkis.

"Wah. Itu sangat keterlaluan!"

Kyungsoo cuman menggeleng-geleng. "Aku harus membenarkan grammarnya yang acak-acakkan semalaman."

"Kau benar-benar menggunakan web translator?" Baekhyun kelihatan ingin mendapatkan pengakuan langsung dari Sehun. "Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kau memang masih belum pandai bicara dalam bahasa korea. Don't be so picky, dude. Your english is not really important in this country. You should learn Korean so you .."

"Sudahlah. Kalau memang Sehun belum pandai berbahasa korea, berikan saja tugasnya padaku," Luhan menginterupsi.

"Tidak bisa begitu. Itu berarti, Oh Sehun curang!" Baekhyun tidak terima.

"Baekhyun benar. Kita tetap harus memberinya bagian untuk tugas ini. Tidak adil rasanya kalau Oh Sehun tidak melakukan apa pun tapi bisa mendapatkan nilai."

Karena Xi Luhan duduk berdekatan dengannya, Oh Sehun tidak bisa membela diri dengan caranya yang khas anak pantai. Dia terpaksa terus-terusan diam sampai Kyungsoo dan Baekhyun menemukan jalan keluar tentang pembagian tugas. Mereka pun langsung bubar begitu kelas selesai.

Sehun tidak punya alasan untuk terus berada di sana dan mempermalukan diri.

"Jadi, si Byun Baek itu lagi-lagi mengejek kemampuan bahasa koreamu? Di depan your sweety?"

Kai merupakan teman Sehun yang sebelas-dua belas dengannya. Mereka berdua sama-sama datang dari California, tapi Kai datang setahun lebih awal. Walau pun begitu, aura cowok pantai khas California tidak pernah lepas dari caranya berbicara dan berinteraksi. Anak-anak cewek menganggapnya keren, dan dia memang benar-benar keren.

"Kupikir kita harus memberinya pelajaran. Bagaimana kalau mencuri seragam olahraganya?"

"Kau mau kubunuh, ya?" Park Chanyeol, pemuda tinggi yang penuh romansa dari kota Paris—tempat tinggalnya dulu, menginterupsi sebab tidak terima jika kekasihnya mendapatkan ancaman. Pemuda tinggi yang mudah tersenyum itu sudah jatuh dalam pesona Byun Baekhyun, maka dengan segenap hati dia sudah bertekad untuk senantiasa melindunginya. Kira-kira, itulah ikrar yang dulu selalu dia gembor-gemborkan.

"Tidak hanya Baekhyun, tapi si cewek pinguin itu juga melakukannya."

Sehun mendengus, sedangkan Kai malah menggaruk tengkuknya dengan gerakan kikuk. Bagaimana pun juga, dia tidak bisa banyak omong saat si cewek pinguin itu disebutkan oleh Sehun. Diam-diam, Kai juga mengagumi si Do Kyungsoo itu sejak dirinya terdaftar di sekolah internasional ini.

"I've tried to learn Korean. Tapi kalian tahu kalau itu sangat sulit, 'kan?"

"Tidak juga kalau kau mulai bicara bahasa korea saat di sekolah atau pun di rumah," Chanyeol nyengir manis. "Jangan sok jadi bule. Sekarang kau sudah ada di Seoul, jadi kau harus pakai bahasa korea."

"Semuanya tidak akan jadi masalah kalau saja Luhan tidak ada di kelompok essay itu."

Sehun tahu jika dua teman keparatnya tidak akan mampu memberinya saran. Dia memang tidak mengharapkan saran apa pun. Baik Chanyeol mau pun Kai tidak bisa diandalkan dalam urusan percintaan. Lebih baik Sehun memikirkan sendiri jalan keluarnya.

Benar. Memikirkannya sendiri—sembari memikirkan wajah cantik Luhan.

.

"Hai."

Sehun tertegun. Di tengah jam makan siang di kantin, tiba-tiba Xi Luhan datang dan meminta izin untuk duduk tepat di depannya. Sehun, Chanyeol, dan Kai yang sebelumnya sedang berbincang asik tentang video porno terbaru di ponsel Kai, tiba-tiba gelapan. Kai segera menyembunyikan ponselnya, Chanyeol pun fokus pada makanannya, dan Sehun sedang kebingungan mencari kekuatan untuk membalas senyuman Luhan yang menyilaukan.

"Kau tidak datang dengan teman-temanmu?" Kai menemukan lidah untuk mengajak si cewek rusa berbincang.

"Kyungsoo dan Baekhyun? Mereka masih antri makanan," kata Luhan. "Selamat makan, semuanya."

Ini merupakan masa yang langka. Sehun tidak pernah membayangkan jika dirinya punya kesempatan untuk memperhatikan Luhan yang tengah mengunyah makan siang. Dia kelihatan seperti dewi kemakmuran. Seketika, nasi jatah makan siangnya pun terabaikan.

"Dungu! Jangan terus memerhatikan Luhan yang sedang makan dong! Dasar mesum!"

Tiba-tiba Chanyeol memukul kepala Sehun, mengundang tawa Kai. Luhan mengalihkan perhatian dari nasinya dan tersipu.

"The fuck!"

Sehun protes seperti anak kecil. Dia mulai melahap nasinya—hanya memakan daging serta nasinya.

"Sehun-ah, kenapa kau tidak makan tumis taugenya? Kau tidak suka?"

Pertanyaan Luhan sukses membuat Sehun tersedak. Apakah itu termasuk pertanyaan yang harus dijawab? Sehun tidak pernah menyukai sayuran yang dimasak oleh orang korea. Rasanya benar-benar aneh dan tidak cocok dengan seleranya.

"Wah, kau masih bisa bertingkah seperti bocah di depan seorang cewek cantik?" Kai menahan tawa. "Luhan, Sehun tidak bisa makan sayuran. Dia cuman makan daging dan nasi!"

"Aku juga makan sayuran! Aku sangat menyukai sayuran!" Sehun membela diri. "Kau tidak lihat kalau aku mengumpulkan tauge ini untuk kumakan belakangan?"

Chanyeol dan Kai tertawa terbahak-bahak mendengar pembelaan tidak masuk akal dari Sehun. Kedua orang itu kelihatan puas saat mendapati wajah tersiksa Sehun kala memasukkan tauge ke mulutnya. Sehun kelihatan menderita tapi Luhan tidak menyadarinya.

"Uhm.. Apakah akhir minggu nanti kau tidak ada janji?"

Itu kedengaran seperti ajakan kencan. Sehun melupakan rasa tersiksa yang dirasakannya akibat tauge saat Luhan melontarkan pertanyaannya dengan nada ragu-ragu. Samar-samar, Sehun bisa mendapati rona cantik di pipi si cewek rusa.

"Sehun itu pengangguran! Pengangguran!" Chanyeol menyahut.

"Benar! Dia selalu punya waktu di akhir pekan, kapan pun itu!" Kai ikut-ikutan.

Luhan jadi makin kelihatan gugup. "Kalau begitu, apa kau mau pergi nonton film?"

Rasa senang yang ada di perut Sehun mendadak berubah jadi ribuan kembang api yang meletup-letup liar. Bibirnya pun langsung melengkung ke atas membentuk senyuman malu-malu. "Just .., two of us?"

"Just two of us? Are you fucking kidding us?" Baekhyun tiba-tiba muncul dari arah punggung Luhan dan tiba-tiba mengambil duduk. "Kita berenam pergi nonton film. Call?"

Sehun harus bisa menahan rasa kecewa karena itu bukanlah ajakan kencan. Walau pun begitu, dia masih merasa senang karena akhir pekan nanti akhirnya dia punya kesempatan untuk menonton film bersama Luhan.

.

Akhir minggu yang dinanti telah tiba. Sehun sempat punya masalah pencernaan di pagi hari karena terlalu gugup. Untungnya, masalah itu bisa segera terasi berkat racikan obat tradisional dari neneknya. Dengan memakai kemeja baru, celana jeans baru, sepatu baru, dan kaus kaki baru, Sehun pun pergi ke cafe tempat mereka bertemu sejam lebih awal. Niatnya, dia cuman ingin mempersiapkan diri sebelum bertemu Luhan, tapi itu kelihatan sia-sia.

Baru dua menit dia duduk di kursi cafe, Xi Luhan pun datang. Mereka berdua terjebak dalam jalinan takdir yang cukup canggung.

"Kau datang sejam lebih awal," Luhan mengulum bibirnya yang kelihatan semanis buah stroberi. Entah efek make up atau bukan, pipi Luhan detik itu kelihatan lebih merona merah. "Kenapa?"

"Kebiasaan. I mean, lebih baik aku datang duluan daripada aku terlambat."

"Kita punya prinsip yang sama."

"That's cool."

Percakapan mereka berhenti karena tanggapan bodoh dari Oh Sehun. Luhan jadi kelihatan makin tidak nyaman. Sehun merasa jadi manusia paling dungu sedunia.

"Kau kelihatan sangat .., pretty."

Mata rusa membesar dan mengedip-ngedip. Ekspresi itu sungguh membuat jantung Sehun berdetak seribu kali lebih kencang. Luhan terlihat seperti campuran antara malaikat dan ulzzang di matanya.

"Terimakasih. Kau juga kelihatan oke." Luhan membalas pujian itu dengan sopan. "Apakah itu kemeja baru?"

"Oh? Bagaimana kau tahu? Apakah ini kelihatan mencolok?"

Luhan tertawa renyah. "Itu .., labelnya belum dicopot."

"Fuck."

Sehun benar-benar baru menyadari jika label harga milik kemeja barunya belum dipotong. Dia malu setengah mati kala Luhan tertawa di hadapannya. Sambil menahan malu, dia mencoba memotongnya.

"Kau kelihatan kesulitan. Bagaimana kalau kubantu untuk memotongnya?"

Tanpa dikomando, Luhan bangkit dari duduknya dan menyorongkan tubuhnya mendekati Sehun. Tangannya sibuk dengan label harga yang talinya terikat di samping kerah baju. Secara tidak langsung, dia membiarkan nafas wanginya terbang dan meracuni akal sehat Sehun. Jarak antara wajah mereka terlampau dekat. Itu sangat tidak baik untuk jantung Sehun.

"Kenapa ini susah sekali dilepas?" Luhan menggerutu. "Tunggu sebentar, Hun. Aku hampir berhasil."

Kalau Tuhan mengizinkan, lebih baik Luhan tidak pernah bisa memotong label itu hingga sejam kemudian. Sehun menyukai jenis kedekatan mereka saat ini. Apalagi saat dia bisa menghirup wewangian dari tubuh Luhan—dan juga memerhatikan bibir Luhan yang mengerut maju akibat terserap oleh konsentrasi.

Apakah Sehun boleh bertingkah seolah dia terkejut akan sesuatu, sehingga mereka dapat berciuman secara tidak sengaja?

"Sudah selesai!"

Lamunan itu segera buyar saat Luhan mengikrarkan keberhasilannya memotong label harga itu. Sehun mendesah kecewa, untungnya Luhan tidak menyadari hal itu. "Terimakasih, ya."

"Kau sangat terburu-buru, ya, sampai tidak menyadari kalau label harganya belum dicopot?"

"Iya. Cukup terburu-buru," karena sakit perut sialan. Jeda sebentar. "Kalau saja kau tidak menyadarinya, aku bisa jadi tambah malu."

Suara tawa renyah itu terdengar lagi dari Luhan. "Untungnya, aku punya kebiasaan memerhatikanmu. Kau pasti sangat berterimakasih padaku!"

Untungnya, aku punya kebiasaan memerhatikanmu.

Seperti mendapatkan serangan jantung mendadak, Sehun pun terkesiap dan mendadak jadi patung. Kalimat Luhan barusan menimbulkan fantasi gila, yang mana itu malah mengantarnya ke sebuah konklusi personal.

Jadi, sudah sejak kapan Luhan punya kebiasaan untuk memerhatikannya? Sehun jadi penasaran setengah mati.

"Kebiasaan memerhatikanku?"

Sehun bertanya dengan nada hati-hati. Respon yang diberikan Luhan sungguh menggemaskan. Lagi-lagi, rona merah di wajah Luhan menyebar cepat hingga ke telinga.

"Maksudku, kebiasaan memerhatikan seseorang. Seseorang."

"Oh." Kali ini, Sehun tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.

"Tapi hari ini, aku cuman memerhatikanmu, Sehun. Jadi, aku bisa menyadari kalau label harga di kemejamu belum dicopot."

"Ah, ya. Because I am the first guy you've met today."

Luhan merunduk, terdiam lagi. Bagaimana pun kalimat Sehun barusan terdengar seperti skakmat untuk menyalahkan pernyataannya. Itu terkesan sangat jahat. "Sorry."

"Sorry? No, you don't need to say sorry."

"You look so uncomfortable whenever I'm hanging around you," gumam Luhan sedih.

"No! What do you mean by ..."

"Aku akan pesan cake! Tunggu sebentar, ya!"

Luhan bisa menjadi sosok yang pemalu atau ceria dalam waktu yang nyaris bersamaan. Gadis itu punya kemampuan itu merubah ekspresi wajahnya. Setelah mengatakan maaf, Luhan kelihatan sedih. Tapi begitu dia menyadari jika antrian pemesanan telah menyerupai ekor naga, Luhan ngacir ke sana.

Lagi-lagi, Sehun cuman merutuk karena telah salah mengambil strategi. Lagi pula, kenapa sih hati cewek itu sangat sensitif?

TBC

Hai-hai~

Ff ini cuman pemanis di tengah-tengah ff The Way to Love you yang bentar lagi bakal kelar. Fuh. Akhirnya ff ini pun publish, padahal baru kemarin selesai ngetiknya. Entah kenapa kemarin malah dapet wangsit buat ngetik sesuatu yang sweet gegara habis nonton vlog youtube tentang Busan International School /apalah/ ditambah dengerin suaranya Ceye di lagu Let Me Love You. Aw. Ini buahnya/? So jangan heran kenapa bahasanya campur-campur, soalnya di sini si sehun, dkk itu anak internasional—apalagi si sehun yang masih sok bule wkwk

FF ini cuman twoshoot kok. Beri respon yang sesuai, yaaa. Jangan lupa setelah baca mampir dulu ke kolom review~ yang belum baca the way to love you chapter 9, segera meluncur ke lapaknya, ya hehe