Naruto disclaimer Masashi Kishimoto dan Fate/Stay Night disclaimer Type-Moon
Tapi cerita ini sepenuhnya milik author.
Author hanya meminjam karakter untuk cerita ini dan tidak mengambil keuntungan materi apapun dari cerita yang di-publish.
.
Warning : OC, OOC, AU, AR, AT, Typo (s), miss-Typo, dan banyak kesalahan yang lainnya.
.
.
.
Dia itu seorang wanita
Dia itu pemimpin
Dia itu disegani
Mungkin dia juga ditakuti
Tapi dia itu punya cinta
Dan juga dicintai
Dia itu Arthuria
.
.
.
Author Present
New Drama Friendship Multi Chapter
Sebuah kisah cinta yang berawal dari persahabatan
.
My Library
Drama, Friendship, Romance, Humor, Parody, Family, Suspense, Spiritual, Hurt/Comfort, Poetry
.
.
.
Chapter 1 Buku Misterius
.
Semester baru telah datang. Para mahasiswa Universitas Tokyo mulai memadati kampus mereka setelah dua minggu berlibur ria.
Tibalah pergantian anggota di jajaran Organisasi Mahasiswa di kampus itu (sebut saja Badan Eksekutif Mahasiswa). Setelah melalui seleksi masuk yang ketat, akhirnya seorang gadis yang tengah beranjak dewasa terpilih menjadi ketua BEM.
Ini kali pertamanya seorang wanita berhasil menyabet posisi tertinggi. Padahal hasil voting saja sudah cukup mengejutkan. Jumlah pemungutan suara yang masuk seimbang. Namun, saingan terberat wanita muda itu memilih mengalah begitu mengetahui hasil akhir jumlah suara.
"Mendokuse!"
Dialah Nara Shikamaru yang saat itu memilih mengalah daripada harus beradu pendapat di sesi akhir untuk mendapatkan jabatan ketua BEM tahun ajaran baru.
"Hei, kau tampak tidak bergairah sama sekali."
Pria berambut klimis pendek itu berusaha menegur sang teman yang tampak pusing mendengarkan celotehan kakak tingkat sebelum melakukan serah terima jabatan. Mereka berdua duduk bersampingan di aula khusus jajaran BEM.
"Aku malas, lebih baik tidur kalau seperti ini," cetusnya.
"Shikamaru!"
"Sudahlah, Sai, jangan membujukku! Kau tahu aku juga keberatan menjadi wakil ketua BEM. Me-re-pot-kan!" eja Shikamaru yang benar-benar malas itu.
Sai lalu menarik nafas panjang kemudian mengembuskannya secara perlahan menanggapi sikap sang teman yang benar-benar pemalas atau lebih tepatnya tidak ingin kerepotan.
.
.
.
Lusa kemudian...
Dua orang pemuda baru saja menyelesaikan jam kuliah pertama mereka. Yang satu memakai cardigan hitam panjang dengan jeans yang berwarna orange lengkap dengan sepatu sport hitamnya. Dia selalu saja memakai kalung berbatu zamrud hijau yang tak akan pernah lepas melingkar di lehernya.
Sedang yang satu memakai t-shirt biru polos dibalut jaket hitam, jeans biru dan sepatu sport biru. Keduanya tampak asik berjalan bersama sambil berangkulan layaknya seorang sahabat yang sudah amat dekat.
"Hei! Hei!" cetus pemuda berjaket hitam kepada temannya.
"Ada apa?" tanya sang teman yang memakai cardigan hitam panjang.
"Lihat ke sana, Naruto!"
Sang teman meminta sahabatnya untuk melihat ke arah pandangan lurus dari tempat mereka berada.
"Eehh?" Naruto tampak bingung menanggapi permintaan temannya.
"Kau lihat itu, Naruto?"
Utakata menunjuk ke arah seorang gadis yang berpakaian mantel sewarna krim muda, leher berkalung syal biru tua panjang, rok balon sepangkal paha, legging hitam membalut kaki jenjangnya, ditambah sepatu kets hitam. Gadis itu terlihat sangat karismatik.
"Si-siapa?"
Naruto menoleh ke arah yang Utakata tunjuk, memandangi sang gadis yang tengah berjalan menuju kelas. Jarak pandang mereka hanya sekitar sepuluh meter saja dari masing-masing sisi lapangan basket itu.
"Kau mengenalnya, Utakata?" tanya Naruto kepada Utakata yang tampak terkesima dengan sang gadis.
"Hey, bakayaro! Aku sedang bicara kepadamu, kau tahu!" seru Naruto yang kesal karena tidak ditanggapi oleh Utakata.
"Ssst ... berisik kau, dia itu ketua BEM kita yang baru," jawab Utakata sambil merangkul Naruto dari sisi kiri.
"Ketua BEM?" Naruto menoleh ke arah Utakata, ia tampak sedikit bingung.
"Iya benar, dia terpilih menjadi ketua BEM tahun ini setelah Shikamaru mengalah darinya. Hahahaha ..."
Utakata tiba-tiba saja tertawa tanpa sebab yang membuat bulu kuduk Naruto merinding seketika.
"Lalu apa hubungannya denganku, Bodoh?" tanya Naruto sambil melirik ke arah Utakata.
"Sebenarnya ini tidak ada kejelasan yang pasti, tapi menurut informasi yang kudapat, dia masih belum punya seorang pacar sejak pertama kali masuk kampus. Bagaimana kalau kita bertarung untuk mendapatkannya?" Utakata tersenyum lebar seraya merangkul Naruto.
"Apa maksudmu?"
"Kita taruhan, bagaimana?"
"Kau gila!"
"Ehhh?"
"Wanita itu untuk kita sayangi dan lindungi, bukan untuk menjadi bahan taruhan. Kau sendiri saja yang taruhan!"
Naruto melepaskan rangkulan Utakata dari tubuhnya, terlihat kesal karena ucapan sang kawan. Merasa ditinggalkan Naruto, Utakata segera mengejarnya.
"Naruto, tunggu!" teriak Utakata yang tidak ingin ditinggal.
Naruto mungkin bisa dibilang mahasiswa yang sering membuat ulah di kampusnya, tetapi ia akan menjadi sensitif jika membahas tentang seorang wanita.
.
.
.
Pukul 12 siang di kampus...
Di sebuah perpustakaan kampus tampak seorang gadis berambut kuning pucat yang terkuncir simpul melingkar ke belakang. Ia tampak sedang mencari-cari sebuah buku yang akan dipinjamnya hari itu. Setelah apa yang dicarinya didapat, gadis itu kemudian menuju tempat registrasi peminjaman buku. Di sana tampak seorang petugas perpustakaan sekaligus seorang dosen yang sedang melakukan input data terhadap banyaknya buku perpustakaan yang keluar-masuk.
"Kaguya-sensei, ini saja." Tibalah giliran sang gadis yang meminjam buku tersebut.
"Arthuria, hanya satu buku?" tanya sang penjaga perpustakaan, Kaguya.
"Hu-um, lain kali saja pinjam lebih," jawab Arthuria sambil tersenyum.
Kaguya memasukkan data keluar buku pada komputer, lalu memberikan kartu tanda peminjaman buku pada Arthuria.
"Ini," ucap Kaguya.
"Arigatou, Sensei," balas Arthuria.
Kaguya hanya memberikan senyuman seperlunya saja kepada mahasiswi tingkat lima ini. Arthuria pun segera beranjak keluar dari dalam perpustakaan, ia berniat menuju kantin kampus untuk menemui salah seorang anggotanya.
.
.
.
Di kantin kampus...
Seorang teman yang juga menjadi jajaran BEM tampak menunggu kedatangan Arthuria. Rambutnya berwarna ungu panjang, parasnya begitu anggun, tutur katanya pun begitu lembut.
Memakai jaket berwarna cokelat ditambah syal berwarna pink dengan motif kotak-kotak yang membalut lehernya, ia duduk sambil menghadap ke arah luar kantin kampus.
"Hai, Sakura," sapa Arthuria yang datang sambil membawa tas hitam yang disampirkan di pundak kirinya.
"Arthuria," jawab Sakura.
"Maaf membuatmu lama menunggu, aku tadi mampir sebentar ke perpustakaan. Tak apa ya?" tanya Arthuria sambil duduk di hadapan Sakura.
"Umu, tak apa," jawab Sakura.
"Oh, iya, tentang event kampus bulan depan bagaimana jika kita menambah kategori eventnya?" tanya Sakura yang langsung mengarah ke pokok pembicaraan.
"Menurutmu apa yang bagus, Sakura?" Arthuria balik bertanya.
"Hmm ..." Sakura tampak berpikir sambil menjelajah di salah satu situs internet pada tablet yang ia pegang.
"Bagaimana jika event menulis?" Sakura kemudian mengajukan pendapatnya.
"Em, boleh juga. Nanti kita rapatkan saja," sahut Arthuria.
"Okay, sudah dipastikan," jawab Sakura sambil tersenyum.
Sakura adalah ketua humas di jajaran BEM yang Arthuria pimpin dengan Shikamaru yang menjadi wakil ketua BEM. Dan untuk yang pertama kalinya, seorang wanita memimpin jajaran BEM di kampus tempat di mana Naruto bersama teman-temannya mengais ilmu tentang teknologi.
.
.
.
Sore hari...
Jam kuliah berbagai fakultas telah berakhir, para mahasiswa terlihat mulai memenuhi sepanjang sisi kampus, sebagian dari mereka terlihat beranjak menuju ke halaman parkir untuk mengambil kendaraan yang mereka bawa.
Dari kejauhan tampak Naruto yang tengah menunggu Utakata keluar dari kelas, yang mana saat itu secara tidak sengaja dirinya berpapasan dengan sang ketua BEM, Arthuria. Tepat di dekat gerbang kampusnya.
'Dia ...,' hati Naruto berbisik saat harum parfum yang Arthuria pakai mulai mengusik hidungnya.
Naruto pun menoleh ke arah belakang dan mendapati Arthuria yang tengah berjalan keluar melewati gerbang kampus.
'Jadi dia ketua BEM yang baru, hm ...'
Usut punya usut Naruto sedikit bingung dan mempertanyakan mengapa gadis berwajah jutek itu dapat terpilih menjadi ketua BEM untuk satu tahun mendatang.
"Hei, Naruto!" sapa Utakata mengagetkan. Narutopun terkejut.
"Heh kau ini!" Naruto kesal karena sapaan Utakata yang tiba-tiba mengagetkan dirinya.
"Dari jauh aku melihat dirimu mengamati seseorang, siapakah dirinya?" tanya Utakata yang ingin tahu.
"Eh? Tidak-tidak. Aku hanya melihat mengapa gerbang kampus kita berwarna biru. Itu saja." Naruto beralibi.
"Haah?" Utakata sweatdrop seketika.
"Bukannya sedari dulu kampus kita memang dijuluki kampus biru ya?" Utakata berfikir sejenak.
"Aish, sudah-sudah, jangan dipikirkan. Mari kita pulang, aku harus cepat-cepat membantu Ibu," ajak Naruto kepada Utakata.
"Baiklah, tapi bolehkan aku mengutang makanan lagi, Naruto?" tanya Utakata sambil tertawa tak berarah.
"Hah ..." Naruto menepuk jidatnya sendiri.
"Maklum saja, anak kost itu tidak mempunyai banyak uang. Ya, ya?" bujuk Utakata kepada Naruto.
"Hm ... baiklah, tapi kau harus membantu mencuci piring di kedai nanti, ya." Naruto mengajak Utakata untuk bernegosiasi.
"Tenang, Naruto. Beres!" Utakata menyanggupi.
Kedua sahabat itu akhirnya bersama-sama meninggalkan kampus kesayangan mereka setelah menghabiskan waktu seharian mengais ilmu tentang teknologi.
.
.
.
Malam hari, pukul 11 malam waktu setempat.
"Aku pulang!"
Gadis itu masuk ke dalam rumahnya setelah mengambil kerja separuh waktu.
"Ibu, beristirahat dulu saja, ya. Aku tidak mau Ibu sakit," ucap Arthuria sambil memeluk ibunya dari belakang.
Ibu Arthuria adalah seorang penjahit. Demi menghidupi kedua anaknya, sang ibu rela bekerja dari pagi hingga ke pagi lagi. Hal inilah yang membuat Arthuria mengambil pekerjaan part time pada sebuah perusahaan terkemuka di Tokyo untuk membantu biaya kuliahnya dan juga meringankan beban sang ibu.
"Kakak di mana, Bu?" tanya Arthuria kepada sang ibu saat ia duduk di sampingnya.
"Kakakmu belum pulang, mungkin sebentar lagi," jawab sang ibu.
Ada rasa sedih di hati Arthuria saat melihat sang ibu terus menerus bekerja. Ia kemudian melepas mantelnya lalu dipakaikan kepada sang ibu dari arah belakang.
"Ibu, ibu beristirahat dulu, ya. Aku tidak mau Ibu sakit," ucap Arthuria sambil memeluk sang ibu dari belakang.
"Sudah, tak apa, Nak. Ini tinggal sedikit lagi," sahut sang ibu.
Arthuria menggelengkan kepalanya, "Tidak bu, nanti biar aku saja yang melanjutkan finishing-nya. Mari ku antar Ibu ke dalam kamar."
Arthuria membujuk ibunya untuk segera beristirahat, sang ibu yang merasa anaknya begitu perhatian terhadap kondisinya saat itu hampir saja menitikkan air mata karena haru. Rasa lelahnya seolah terbayar akan sikap baik sang anak.
"Baiklah, tapi kau juga janji untuk beristirahat ya, Arthuria." Sang ibu memegang pipi kiri anaknya.
"Siap bos!" sahut Arthuria sambil memberi hormat kepada ibunya lalu membantu sang ibu untuk beranjak dari duduknya.
Arthuria kemudian membantu menyelesaikan pekerjaan sang ibu berupa memasang manik-manik pada area baju yang telah ditentukan. Ia duduk di depan mesin jahit sampai pekerjaan itu benar-benar selesai, tepat pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat.
.
.
.
Esok harinya...
Sejuknya udara pagi membuat sang gadis bersurai kuning pucat ini bersemangat menjalani aktifitasnya sebelum berangkat kuliah ke kampus. Dari mencuci piring, mencuci pakaian, menjemurnya, menyapu dan mengepel lantai sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari.
Bangun terlalu pagi pada pukul 04.00 bukan waktu yang berat untuk dijalani. Karena sudah terbiasa, Arthuria menjalani kehidupannya penuh dengan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan.
Berbeda dengan sang kakak, Gilgamesh begitu keras mendidik Arthuria hingga membuat Arthuria sering melakukan adu argumen yang memunculkan perang mulut di antara kedua kakak beradik ini. Dan akhirnya sang ibulah yang menengahi keributan kedua anaknya, bahkan hampir menitikkan air mata jika tidak ada di antara mereka yang berusaha untuk mengalah.
"Hei, hari begitu cerah. Tak inginkah dirimu mencoba bersosialisasi?" tanya sang kakak yang saat itu melihat sang adik tengah menyapu halaman rumah kecil mereka.
"Aku terlalu sibuk," jawab Arthuria singkat.
"Sibuk tapi belum menghasilkan," cela sang kakak.
"Hei, apa maksudmu?!" tanya Arthuria yang mulai kesal. Dirinya merasa tersinggung akan ucapan sang kakak.
"Lupakan saja, nanti juga kau akan mengetahuinya," jawab sang kakak lalu pergi meninggalkannya.
'Menyebalkan, mengapa aku harus mempunyai seorang kakak yang seperti dirinya. Cih!' gerutu Arthuria di dalam hati.
Entah ada motif apa dibalik ucapan sang kakak, tetap saja membuat hari-hari Arthuria lebih memilih di luar rumah daripada harus bertemu sang kakak yang begitu keras terhadapnya.
.
.
.
Pukul 08.00 pagi waktu setempat.
Kampus, menjadi tempat terbaik untuk mengais ilmu dan juga tempat terbaik untuk mendapatkan seorang teman. Begitupun dengan Naruto, ia memiliki cukup banyak teman di kampus. Dari teman untuk berbagi, bercanda bahkan teman untuk bertengkar ia miliki semuanya.
Termasuk Shikamaru, seorang teman yang bisa menjadi tempat berbagi, selain karena Shikamaru termasuk seorang teman dari kalangan atas bagi Naruto. Naruto berteman dengan siapa saja walaupun kadang kala ulahnya selalu membuat keributan di kampus.
"Yo, Naruto!"
"Yo, Shika!"
"Hei, jangan ucapkan namaku sepotong seperti itu. Kau pikir kue apa?!" Shikamaru tampak kesal karena mendengar pengucapan namanya yang setengah-setengah.
"Nande?"
"Stop, Naruto! Hatiku sedang tak enak hari ini." Shikamaru mengeluhkan keadaan hatinya yang nampak kurang baik.
"Kenapa, Sobat? Apa kau mempunyai masalah?" tanya Naruto berusaha mencari tahu penyebab raut wajah sang teman yang tidak seperti biasanya.
"Tidak, bukan begitu. Hanya saja tugas yang diberikan ketua BEM begitu menyiksaku," lanjut Shikamaru.
"Tugas? Tugas apa? Siapa tahu aku dapat membantumu, Shika," tanya Naruto lagi.
"Apa kau yakin?" Shikamaru balik bertanya.
"Um. Kau bisa mengandalkanku, Sobat. Tenang saja, asalkan kau memberikan komisi, tentunya," jawab Naruto, tersenyum lebar pada Shikamaru.
"Ck! Mendokuse!" Shikamaru berdecih kesal karena sikap Naruto yang selalu pamrih terhadap dirinya.
Shikamaru merupakan sahabat Naruto yang berasal dari kalangan atas. Mereka berteman baik semenjak dua tahun terakhir. Kejeniusan Shikamaru sering kali dipergunakan Naruto untuk menyelesaikan soal-soal rumit yang sebenarnya Naruto bisa saja mengerjakannya. Tetapi sayang, rasa malas selalu menerjangnya.
Yah jika sifat malas sudah menerjang seseorang apa daya api semangat membakar jiwa.
.
.
.
Siang hari, di perpustakaan...
"Haah ... ini demi Shikamaru, aku mencari judul buku yang dimaksud. Benar-benar merepotkan." Naruto mencari-cari sebuah judul buku yang ditugaskan Shikamaru kepadanya saat itu.
"Nah, ketemu!" seru Naruto yang senang menemukan judul buku yang dimaksud. Ia pun kemudian berusaha mengambil buku tersebut.
"Aduhh, mengapa susah sekali diambilnya ..."
Naruto sedikit kerepotan saat berusaha menarik buku tersebut yang mana Arthuria saat itu juga ikut menarik dari seberang arah.
"Uh, menyebalkan! Aku harus menggunakan tenagaku kali ini. Aaagh!"
BRUGGHH...
Akhirnya Naruto terjatuh saat buku itu berhasil ia tarik, tubuhnya mengenai lemari buku yang lain dan membuat buku-buku yang ada di lemari itu berjatuhan menimpahnya. Sontak saja keributan itu membuat sang penjaga perpustakaan, Kaguya segera menghampiri pemuda bergurat tiga ini.
"Ada apa ini?!"
Kaguya berseru saat mendatangi Naruto. Ia tampak bertolak pinggang sambil menghentak-hentakkan sepatu high heels-nya ke lantai perpustakaan. Naruto sendiri tampak berusaha keluar dari tumpukkan buku tersebut.
"Ma-maaf, ma-maafkan aku, aku tidak sengaja-"
"Cukup! Kau selalu saja berulah! Tidak di ruang dosen, tidak di sini! Di mana saja ada dirimu selalu saja dipenuhi keributan. Cepat rapikan kembali!" seru Kaguya yang marah.
Melihat hal itu, entah mengapa Arthuria yang menyadari jika semua kejadian ini berasal darinya tiba-tiba terkekeh kecil saat melihat Naruto yang menjadi bulan-bulanan sang penjaga perpustakaan.
Naruto sendiri tidak mengetahui bagaimana bisa dirinya jatuh terduduk hanya karena mengambil sebuah buku falsafah tentang percintaan dewasa.
'Ini aneh ...' gumam dirinya dalam hati.
Sambil terus berusaha merapikan buku-buku yang berjatuhan ia bergumam di dalam hati kecilnya.
'Bagaimana mungkin satu buku bisa menjatuhkan puluhan buku yang lainnya? Astaga, musibah apa yang menimpahku barusan. Haah ...,' gerutunya dalam hati.
"Mari kubantu ..."
Suara seorang gadis tiba-tiba terdengar menyentuh gendang telinganya yang baru saja terkena ceramah maut sang dosen yang bertugas menjaga perpustaan kampus, Kaguya.
Naruto menoleh ke arah kirinya dan didapati sang gadis dengan rambut yang tersimpul melingkar di belakang kepala, tersenyum manis ke arahnya.
'Di-diakan ...,' batin Naruto tidak menyangka jika Arthuria lah yang menawarkan bantuan untuknya.
Harum parfum yang dikenakan Arthuria begitu khas hingga membuat Naruto teringat hanya kepada satu orang gadis, Arthuria.
.
.
.
TBC
.
.
.
A/N :
Yo minna san, kali ini Chii bawain drama friendship terbaru yang mana idenya berasal dari grup chat Fanfiksi Naruto Indonesia.
Banyak kesalahan dalam penulisan? Pastinya. Jadi mohon bantuan koreksi untuk para pecinta drama yang singgah ya.
Fufufu~
Ok ditunggu saran kritik yang membangun, jangan lupa gunakan bahasa yang sopan dan bijak. Karena bahasa yang kalian tulis mencerminkan kepribadian kalian.
Sampai jumpa di next chapter.
Arigatou minna san ^_^
