"Aaaaarrgghh...!" Sakura mengacak-acak rambutnya kesal. "Aku tidak tahan lagi."

"Berhentilah mengeluh, Sakura!" Sasuke hanya menghela nafas lelah melihat kekasih berambut merah mudanya itu. "Salahmu sendiri. Flu gara-gara bermain hujan? Kau bocah TK?"

Sakura hanya memanyunkan bibirnya kesal. Tidak bisakah kekasih dengan rambut pantat ayamnya itu setidaknya menghiburnya. Memang sih, salahnya sendiri berlarian di tengah hujan sehingga ia harus mendekam beberapa hari di kamarnya. Ujung-ujungnya, dia melewatkan materi terakhir sebelum ujian semester. Dan yang paling parah, mata pelajaran yang ia lewatkan adalah matematika.

Dan disinilah ia sekarang, di rumahnya, les privat mendadak bersama Sasuke sebagai tutornya. Ia bahkan harus merengek cukup lama pada pemuda bermata onyx itu dengan iming-iming jus tomat selama sebulan penuh, sehingga kekasihnya itu akhirnya menghela nafas kalah. Seperti biasa, bungsu Uchiha itu tidak pernah bisa menolak jus tomat, dan mata memelas gadis permen kapas itu, dan tentu saja... jus tomat.

Sakura sebenarnya siswa yang cukup pandai di kelasnya. Hanya saja ia bukanlah gadis yang jenius. Karena itu, ia memiliki beberapa mata pelajaran yang menjadi kelemahannya. Dan matematika, adalah mimpi buruknya.

"Harusnya matematika tidak pernah ditemukan." Sakura mengerucutkan bibirnya sambil merebahkan kepalanya di meja. "Pasti hidup akan lebih mudah."

"Apa kau mau selamanya menjadi Pithecanthropus erectus, Sakura?" Sasuke meletakkan pensilnya. Ia sedikit kesal pada kekasih bermata emeraldnya itu. "Tanpa matematika, teknologi saat ini tidak akan ada. Kau tahu itu, kan?"

"Ya... ya..., aku tahu." Sakura hanya melambaikan tangannya malas, membuat perempatan imajiner muncul di kepala hitam Sasuke. "Maksudku, tidak bisakah matematika dibuat lebih mudah."

"Kau tahu, Sakura," Sasuke menarik nafas panjang. "Matematika tidak seburuk penilaianmu. Contohnya vector arah ini." Sasuke mengetuk buku di depan Sakura dengan telunjuknya, membuat perhatian gadis itu menuju ke arah yang ia tunjukkan. "Vector arah, jika arahnya telah ditentukan, akan selalu menghadap ke arah yang sama. Tidak pernah menoleh ataupun berpaling, tidak peduli di manapun ia diletakkan."

Sasuke kemudian memindahkan tangannya ke dagu Sakura, membuat gadis itu menatapnya. Manik emerald gadis itu sedikit tersentak gara-gara perlakuan tiba-tiba pemilik onyx di depannya.

"Aku adalah vector itu, dan kau adalah arahnya." Sasuke tersenyum lembut. "Mataku tidak akan pernah berpaling darimu, Sakura. Selalu."