Dijodohkan!
Apa yang ada difikiran kalian, jika tau bahwa kalian akan dijodohkan? Apalagi, dijodohkan dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah kalian lihat, dan kalian kenal. Yang pasti kaget, marah, dan menolak. Itu lah yang dirakan seorang Kim Jihoon sekarang.
Dia terkejut saat mengetahui kedua orangtuanya -Kim Jonghyun, dan Kim Minki... Ternyata telah sepakat menjodohkannya dengan anak teman mereka saat masih kecil. Bahkan mereka telah menjodohkan Jihoon, sejak Jihoon masih berada dalam kandungan.
Jihoon... tidak tau harus menyikapinya seperti apa. Dia tidak ingin dijodohkan, akan tetapi dia juga tidak ingin menjadi anak pembangkang, yang tidak mau menuruti keinginan orangtuanya. Dia sedang dilanda kegelisahan tidak tau harus berkeluh kesah kepada siapa.
Tok tok tok
Jihoon menghentikan kegiatan mari-gelisahnya, saat mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Dia bergegas beranjak dari kasur kesayangannya, dan berjalan; untuk membuka pintu kamarnya.
"Adek kok lama banget sih bukanya, bunda udah dari tadi ketok-ketok pintunya juga" ternyata Kim Minki, ibu dari Kim Jihoon yanh sedari tadi mengetuk pintu kamar Jihoon.
"Maaf bund... Adek tadi lagi di kamar mandi" Jihoon menjawab singkat.
"Yaudah... sekarang cepetan siap-siap mandi, terus dandan yang cantik, sebentar lagi om Dongho sama sekeluarga mau dateng"
Mendengar ucapan ibunya wajah Jihoon mendadak mendung, bibir bawahnya melengkung kebawah, dan matanya berkaca-kaca, airmatanya siap tumpah kapan saja. Demi apapun Jihoon tidak mau dijodohkan!
"Bunda adek gamau dijodohin" Jihoon akhirnya benar-benar menangis, dia memeluk ibunya, dan menenggelamkan wajahnya di dada sang ibu.
Minki yang mendengar kata-kata Jihoon, hanya bisa melebarkan bola matanya. Dia terkejut, tentu saja, sebelumnya disaat sang suami mengatakan ingin menjodohkannya, dia tidak protes, dan tidak ada kata penolakan, atau bantahan yang keluar dari mulut Jihoon.
Dia hanya mengangguk, dan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia tidak mau dijodohkan.
Minki melepaskan pelukan erat Jihoon, agar dia dapat melihat wajah anaknya. Hatinya mencelos saat melihat Jihoon yang menangis sesegukan, dan jangan lupakan wajahnya yang memang sudah merah alami, menjadi bertambah merah karena dia menangis.
Minki menuntun Jihoon menuju ranjang king size nya, dan mendudukan Jihoon disamping tempat tidur, dan disusul olehnya yang duduk disamping Jihoon, dia memeluk anak manjanya itu dengan erat, mengusap, dan menciumi rambut tebal Jihoon dengan sayang.
Karena Jihoon yang sedang terguncang seperti ini, hanya akan tenang dengan usapan tangannya.
"Adek... Adek kenapa gak bilang dari awal, kalo adek gak mau dijodohin?" Minki bertanya dengan lembut.
"Kim Jihoon... Jawab bunda!" Minki berujar dengan tegas.
Mendengar sang ibu memanggilnya dengan nama lengkapnya, tangisan Jihoon yang semakin menjadi. Jihoon makin mengeratkan pelukannya pada sang ibu, dia benar-benar takut ibunya akan marah.
"Kim Jihoon! Bunda ingin jawaban bukan tangisan, jangan buat kesabaran bunda habis!"
"Bunda jangan marah" Jihoon menangis sejadi-jadinya, dia sangat takut, jika sang ibu sudah memanggilnya nama lengkap. Itu artinya ibunya benar-benar marah.
Kim Minki melepaskan pelukannya pada Jihoon, dia menjadi tidak tega melihat anaknya menangis sampai sesegukan seperti ini. Dia mengusap airmata Jihoon dengan ibu jarinya, kalau sedang menangis, Jihoon berkali lipat terlihat menggemaskan.
Kalau saja situsainya mendukung, dipastikan dia sudah mencubit, dan mencuimi pipi Jihoon dengan gemas.
"Sayang, jangan nangis lagi... Liat muka adek tambah merah kalo adek nangis terus hm..."
Jihoon menghapus airmatanya dengan cepat, takut kalau ibunya marah lagi. Minki yang melihatnya hanya terkekeh kecil, anak bungsunya ini sungguh menggemaskan.
"Bunda jangan marah... Adek takut kalo bunda marah"
"Nggak, bunda gak akan marah. Sekarang adek jelasin, kenapa adek ga ngomong dari awal kalo adek gak mau dijodohin sama anaknya temen ayah, bunda?"
Jihoon menundukkan kepalanya rasanya dia ingin menangis lagi, tapi kalau dia menangis, dia takutnya ibunya akan marah lagi.
"Adek... Gakmau nikah muda bun, adek masih mau seneng-seneng, abang aja masih belum punya pikiran mau nikah, adek juga belum mau"
Minki menghela napas lelah, ternyata itu alasannya dia fikir Jihoon sudah mempunyai pacar, atau semacamnya.
"Adek kenapa gak bilang dari awal? Kalo bilangnya dari awal 'kan bunda bisa bilang sama ayah. Kalau sekarang, nggak mungkin sayang, om Dongho dan keluarnya juga mau dateng hari ini"
Jihoon mengangguk, bagaimanapun juga ini kesalahannya, kalau dia dari awal berani buka suara, pasti tidak akan seperti ini. Tidak mungkin juga dia memaksa ibunya untuk membatalkan perjodohan, diwaktu yang tinggal sedikit ini.
"Maafin bunda ya dek... Bunda gak bisa berbuat apa-apa, ini semua keputusan ayah, adek tau sendiri kan ayah gak suka kalo dibantah"
Jihoon dengan cepat menggelengkan kepalanya. Demi apapun ini bukan salah ibunya kenapa ibunya harus meminta maaf "Nggak bun, bunda gak salah, bunda gak usah minta maaf, adek juga salah, gak bilang dari awal"
Minki tersenyum, anaknya memang menggemaskan, dia juga belum rela kalau harus berpisah dengan anak manjanya ini.
Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa, keputusan suaminya adalah mutlak, tidak bisa diganggu gugat.
"Yaudah, sekarang adek siap-siap yah, bunda akan coba bilang sama ayah. Kalo adek sama anak temennya ayah jangan langsung nikah, tunangan aja dulu hitung-hitung perkenalan"
"Beneran bun???" Jihoon berujar antusias.
"Iya adek... Masa' bunda bohong sih"
Jihoon yang mendengar ucapan ibunya, langsung bersemangat lagi, dia langsung memeluk ibunya dengan erat, yang dibalas tak kalah erat oleh Minki.
"Makasih bunda... Adek sayang bunda" Jihoon berujar girang.
"Sama-sama... Adek lebih sayang bunda"
Jihoon melepaskan pelukannya lalu, mencium pipi Minki sekilas. Ibunya memang luar biasa. Tidak ada yang mengerti dirinya selain sang ibu.
Jihoon sudah rapi, saat ini dia sedang berada diruang tv sendirian, dia lagi nonton film kartun yang badannya biru-biru, alias smurf sambil memeluk setoples keripik ditangannya.
Dia sedang menunggu ayahnya pulang, dan teman ayahnya datang. Ibunya sedang sibuk didapur, mempersiapkan makanan untuk tamu yang akan datang nanti. Kakaknya belum pulang kuliah.
Ting tong
Sedang asyik-asyiknya ngemilin keripik, tiba-tiba bel rumah Jihoon berbunyi dengan nyaring. Jihoon mendengus kesal kegiatannya nonton kartun biru-biru jadi terganggu.
"Adek bukain pintunya, itu pasti ayah"
"Iya Bund"
Jihoon melangkahkan kakinya dengan malas kearah ruang tamu, jangan heran, Jihoon memang tergolong anak yang pemalas, bahkan untuk mandi daja dia masih harus dipaksa Ibunya dulu, baru dia mau mandi.
Ceklek
Jihoon membuka pintunya, benar apa yang dikatakan Ibunya. Bahwa yang datang adalah ayahnya, dan beberapa orang dibelakangnya; Jihoon ingat! itu adalah om Dongho, Eunki aunty teman ayahnya, dan dua anak laki-laki yang mungkin seumuran dengannya. Yang satu murah senyum, dan yang satunya lagi berwajah datar.
Wajah Jihoon mendadak mendung lagi, dia ingin menangis tapi dia tahan. Tidak sopan jika menangis didepan tamu. Dia berfikir keras siapa yang akan dijodohkan dengannya nanti, 'semoga bukan dengan yang wajah datar ini tuhan' inernya dalam hati.
"Adek ngapain bengong?"
Jihoon tersentak kaget mendengar pertanyaan Ayahnya, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan sang ayah. "Gak apa-apa yah, yaudah masuk yah. Teman Ayah juga silahkan masuk"
Jonghyun mempersilahkan Dongho, beserta anak, dan istrinya masuk. Eunki yang dibelakang Dongho tersenyum melihat Jihoon.
Dia menyadari perubahan ekspresi wajah Jihoon yang menahan tangis barusan, dan itu sangat menggemaskan menurutnya.
Mereka langsung menuju ruang keluarga, sedangkan Jihoon langsung berlari menuju dapur menghampiri Ibunya. Jihoon mendudukkan dirinya di meja makan, yang berhadapan langsung dengan dapur; tempat Ibunya memasak.
"Bunda... Ayah udah pulang"
"Oh... Sudah pulang yah, sekarang ayah dimana?" Jawab, dan tanya Minki yang sedang fokus dengan masakannya.
"Ada diruang keluarga"
"Apa ayah bersama om Dongho?" Minki bertanya hati-hati.
"Iya..." Jawab Jihoon lesu.
"Adek... Gak papa kan?"
Jihoonn menggeleng lalu, tersenyum mendengar pertanyaan Ibunya. "Gak papa kok bund"
"Syukurlah... Yaudah sekarang adek bantuin bunda nata makanan yah, bentar lagi waktu makan malem"
Jihoon hanya menganggu, dan mulai membantu Ibunya menata semua makanan yang sudah dimasak, meletakannya diatas meja makan.
Semua orang telah berkumpul dimeja makan, semua orang makan dengan diselingi obrolan ringan kedua kepala keluarga tersebut.
Jihoon menghela napas lelah, dia benar-benar gugup, dalam hati dia terus bertanya-tanya siapa diantara kedua lelaki didepannya ini yang akan dijodohkan dengannya. Dia berharap semoga bukan lelaki dengan muka papan triplek itu.
Selesai makan mereka berpindah tempat keruang keluarga, untuk membahas tentang hal yang serius.
"Adek... Kenalin ini Kang Haknyeon, dan didepan disampingnya itu Kang Guanlin. Haknyeon itu seumuran kamu, kalo Guanlin lebih muda dua tahun dari kamu"
"Aku Kim Jihoon" Jihoon bersalaman dengan Haknyeon, dan saling melemparkan senyum.
Dia beralih ke anak yang lebih muda dua tahun darinya itu, dan melakukan hal yang sama yang dilakukan pada Haknyeon. Tapi anak itu -Guanlin- Hanya membalas uluran tangannya sekilas, tanpa membalas senyumnya.
Jihoon mengerucutkan bibirnya melihat perlakuan anak laki-laki yang lebih muda darinya ini 'tidak sopan' batinnya sebal.
"Sekarang kita langsung ke intinya saja" Itu Jonghyun yang berbicara -Oke Jihoon mulai gugup sekarang.
Jihoon meremas ujung kemeja Woojin yang duduk disebelah kirinya. Woojin yang menyadari kegelisahan adiknya, melingkarkan tangannya kepinggang Jihoon.
Woojin memeluk Jihoon, dan mengusap-usap pinggang Jihoon. Dia membisikkan kata-kata penenang untuk adiknya. Karena memang itu kebiasaannya jika menghadapi Jihoon yang sedang gugup.
"Baiklah" Dongho berujar singkat.
Dongho berdeham singkat, dia memandang Jihoon yang sedang dipeluk Woojin. Ketara sekali kalau dia sedang gugup.
"Kim Jihoon... Kau... Pastinya sudah tau bukan maksud kedatangan kami kesini" Dongho bertanya pada Jihoon, yang dijawab dengan anggukkan kaku.
"Kedatangan kami kesini adalah untuk membahas perjodohan yang sudah kami rencanakan, bahkan sebelum kalian lahir" Dongho menjeda ucapannya.
"Dan yang akan kami jodohkan denganmu adalah...
TBC
Note;
Hallo first update di FFN ini cerita aku update di WP juga semoga suka yahtinggalkan jejak jangan lupaPublish FFN 2017-07-18
