PERFECT TONE
Cast: Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Lee Hyukjae and other
Genre: Crime, Friendship (maybe)
Twoshoot
Rate: T
Remake of Detective Conan Movie 12
WARNING!
Typo (s), Tidak sesuai EYD
DON'T LIKE? DON'T READ!
DON'T COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^
.
.
.
Happy reading^^
.
.
.
'Rahmat yang menakjubkan...
Suara yang manis yang menyelamatkan seorang bajingan sepertiku
Aku pernah tersesat, tapi sekarang aku kembali. Buta, tetapi sekarang aku bisa melihat
Sungguh karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut
Dan membuat ketakutanku menghilang
Betapa berharganya anugrah itu muncul. Untuk pertama kalinya aku percaya'
-Amazing Grace-
.
Lee Hyukjae, seorang pria manis melangkahkan kaki jenjangnya dengan elegan menjauhi kompleks elit tempat tinggalnya. Dia bukan model ataupun aktor. Hanya siswa sekolah menengah atas yang terkenal perfeksionis dan modis di kalangan sekolahnya. Hari ini ia menata rambutnya sedikit keluar dari style khas Lee Hyukjae. Tentu ada alasannya ia mencoba berdandan sedikit 'cantik'. Alasan wajar sebenarnya, hanya saran dari seorang sahabat prianya yang ingin melihat sisi anggun Hyukjae. Menjadi tak wajar saat mengingat Hyukjae bukanlah wanita. Untuk apa tampil cantik, bukan?
'Kim Yesung?'
"Ya, kau sudah pernah dengar tentang dia kan, Donghae-ah? " Hyukjae melanjutkan langkah kakinya sambil berbincang serius via ponsel dengan sahabat gilanya. Sahabat yang dengan mood sadar menyuruhnya berdandan cantik.
'Ya. Dia adalah pendiri akademi musik dimana terjadi kasus pengeboman minggu lalu, kan?'
"Hum..." Hyukjae di line seberang mengangguk sembari bergumam.
"Yesung-ssi adalah pianis terkenal. Tapi tak disangka, dia beralih ke organ. Dan juga, bukan hanya membangun gedung konser yang baru. Mereka juga membawa pipa organ dari gereja tua di Jerman."
Donghae hanya ber-oh ria sambil memutar bola matanya malas. Sahabatnya yang katanya keren dan elegan tapi norak saat berdua saja dengannya itu menjelaskan dengan nada sok tahu. Padahal Hyukjae tidak tahu sesungguhnya sekarang Donghae berada di lokasi akademi musik tersebut untuk memenuhi rasa penasarannya. Donghae adalah siswa yang haus akan penyelidikan. Dari hal kecil sampai hal besar, Donghae selalu ingin mengorek kasus-kasus yang membuatnya penasaran.
"Donghae-ah! Kau tak mendengarkanku?"
Suara tenor Hyukjae menyadarkan Donghae dari acara melamunnya. Matilah Donghae saat ketahuan tak mendengar Hyukjae yang mengoceh hingga berbusa di seberang telepon. Ia mulai berbicara manis saat Hyukjae merajuk. Hyukjae memang seperti tokoh Barbie saat diam, tapi saat marah ia lebih seram dari boneka Annabelle. Mulutnya suka mengutuk dengan kasar. Jangan lupakan keahlian karatenya yang mampu membuat pria ber-abs sempurna seperti Donghae menjadi ciut nyalinya.
"Hyuk-ah, nanti ku telepon lagi."
"YA! Lee Donghae!"
Donghae memutus sambungan telepon secara sepihak setelah matanya menangkap sosok pria mencurigakan di dekat lobby gedung sedang memungut kepingan tuts piano yang hancur pasca terkena bom. 24-89, Donghae sempat mencatat plat nomor mobil pria itu.
.
Sejak jam pertama pelajaran dimulai hingga berganti mata pelajaran olahraga Hyukjae menekuk wajahnya kesal. Bukan hanya karena diacuhkan Donghae di telepon tadi. Masih karena orang yang sama, pria tampan yang sudah 18 tahun menjadi sahabatnya itu menolak mentah-mentah ajakannya menghadiri konser mewah yang digelar oleh pianis terkenal Kim Yesung. Donghae memang sangat sulit meluangkan waktu untuk menemani Hyukjae ke tempat-tempat seperti itu. Pria itu selalu beralasan sedang sibuk, tidak tertarik dan lain sebagainya. Biasanya Hyukjae tak akan memaksa, tapi kali ini Hyukjae ingin Donghae menemaninya sebagai sahabat satu sekolahnya. Saudara Hyukjae sudah mau berbaik hati menyiapkan dua tiket golden untuk mereka, tapi Donghae sama sekali tak ada niat untuk menghargai. Tentu Hyukjae dibuat kecewa, hingga terus terpikirkan di benaknya.
DUG
"Arghh... " Sebuah bola tenis mencium pelipis Hyukjae sampai membuatnya jatuh terduduk.
"Astaga! Maaf Hyuk-ah. Pasti sangat sakit." Kim Ryeowook, pelaku pelempar bola naas itu membantu Hyukjae berdiri karena merasa bersalah. Bukan salahnya memang, Hyukjae saja yang asik melamun.
"Hyuk-ah, kau marah? Kenapa diam? Biasanya kau langsung mengumpatiku... "
"YA! Ah... maksudku bukan padamu Ryeowook-ah." Hyukjae meralat perkataannya setelah sebelumnya membentak Ryeowook. Keduanya memutuskan untuk duduk di bawah pohon maple untuk mengistirahatkan tubuh lelah mereka.
"Aah... Kau sedang bertengkar dengan Donghae-ssi, kan?" Ryeowook sudah hafal betul kebiasaan Hyukjae. Jika Hyukjae sedang bertengkar dengan Donghae, sikapnya akan aneh dan murung, terkadang juga bisa uring-uringan seharian penuh.
"Kalau sudah menyangkut soal Donghae-ssi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Tapi biasanya kalian akan kembali akur, kan?"
Hyukjae memalingkan wajahnya sedikit malu. Perkataan Ryeowook memang benar. Sekalipun ia bertengkar hebat dengan Donghae, tidak lama kemudian mereka akan segera baikan. Donghae sahabat prianya, Ryeowook pun juga. Tapi ia selalu bersikap berbeda pada Donghae. Sejak usia anak-anak ia selalu menjadi pihak yang harus dimengerti, dilindungi dan dituruti. Ajaibnya Donghae dengan senang hati memanjakan dan menuruti keinginan Hyukjae.
"Ngomong-ngomong itu sudah lama sekali ya..." Hyukjae menolehkan kembali wajahnya ke arah Ryeowook sembari mengernyit bingung.
"Apa?"
"Waktu kalian bertengkar hebat. Kalian pernah tidak saling bertegur sapa selama satu minggu."
"Ahh, benar. Sepertinya saat kita berusia dua belas tahun. Tapi kenapa kami bertengkar waktu itu, ya?" Ryeowook speechless mendengar perkataan Hyukjae.
"Lalu bagaimana kalian bisa baikan?"
Hyukjae kembali mengingat masa lalu. Kala itu langit senja menghiasi kota Seoul. Sepulang sekolah, Ia dan Donghae berjalan saling membuang muka. Memang rumah meraka searah. Hyukjae tak akan berani pulang sendiri tanpa Donghae meski sedang bertengkar. Bagaimana jika orang cabul tiba-tiba menculiknya. Salahkan saja Donghae yang selalu menyebut Hyukjae cantik, membuat Hyukjae sering dibuat parno kepada pria penyuka 'pria cantik'. Langkah mereka terhenti ketika terdengar suara nyanyian yang sungguh menyentuh jiwa. Sejenak mereka hanyut dalam hangatnya suasana yang diciptakan oleh nada-nada lagu tersebut.
-Amazing grace... how sweet the sound. That saved a wretch like me
I once was lost...but now I'm found. Was blind but now I see
'Twas grace that taught my heart to fear. And grace my fear relieved
How precious did that grace appear
The hour I first believed-
Hyukjae tersenyum mengingat kenangan manis itu. Tentu setelah mendengar lagu yang menenangkan hati itu mereka saling berbaikan. Lalu sekarang? Dengan cara apa mereka akan kembali baikan. Melihat wajah Hyukjae kembali sedih, Ryeowook menawarkan untuk mengajak Hyukjae menonton latihan musisi-musisi dari akademi musik milik Kim Yesung. Bukan hal yang spesial bagi Hyukjae, hanya saja tawaran ini begitu limited. Tidak sembarang orang bisa secara langsung menonton latihan para musisi papan atas seperti mereka. Tidak heran jika Ryeowook dengan mudah saja mengundang Hyukjae, Ryeowook merupakan putra tunggal CEO SM Entertainment yang pengaruhnya tak diragukan lagi di daerah Seoul.
.
.
.
Dentuman organ berirama khas nan mewah memenuhi gedung megah berarsitektur Eropa. Hyukjae memilih duduk di kursi baris tengah sambil menyilangkan kaki rampingnya elegan. Ditemani Ryeowook, ia tampak menikmati melodi yang dimainkan organist sekaligus komposer Kim Yesung. Tampak luar Hyukjae memang terlihat anggun dengan gayanya yang begitu elegan tanpa gestur norak ataupun terkagum-kagum melihat organ mewah dengan pipa-pipa keemasan setinggi dua lantai gedung. Asal kalian tahu, sesungguhnya dalam hati Hyukjae terheran-heran dengan alat musik klasik berkelas itu. Ditambah Kim Yesung memainkannya dengan penjiwaan yang mengagumkan.
"Hyuk-ah, arahkan pandanganmu ke angka sepuluh jarum jam..." Bisik Ryeowook pelan yang langsung dituruti Hyukjae.
"Dia... Cho Kyuhyun, penyanyi soprano terkenal. Kalau tidak salah dia yang sering dibicarakan para siswi di sekolah kita, kan?"
"Bingo! Dia tampan ternyata jika dilihat dari dekat..." Hyukjae berdesis mencibir Ryeowook.
"Ya! Apa kau ini gay?" Mulut pedas Hyukjae sama sekali tak dihiraukan oleh Ryeowook. Sebenarnya jika ingin, Ryeowook bisa membalas perkataan Hyukjae lebih pedas. Bukankah persahabatan Hyukjae dan Donghae lebih tak wajar?
Sedetik kemudian latihan dihentikan oleh kedatangan beberapa petugas kepolisian. Dan jika Hyukjae tak berhalusinasi di depan sana ada Lee Donghae, sahabatnya. Benar-benar gila anak itu, apa maksudnya datang kemari sedangkan kemarin dia menolak ajakan Hyukjae. Melihat Donghae sama sekali tak berniat menegurnya walau menyadari keberadaannya, Hyukjae memutuskan beranjak dari tempat itu. Marah? Tentu saja!
"Hyuk... Mau kemana?"
"Aku ingin pulang Ryeowook-ah."
Ryeowook mengacak rambutnya frustasi ketika menyadari ada Donghae disana. Dia seperti sedang menyaksikan drama sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Ayolah Hyuk... jika kau seperti ini, bagaimana kalian akan baikan? Mungkin Donghae-ssi punya alasan sehingga dia ingin kesini sendiri."
Tanpa persetujuan Hyukjae, Ryeowook menarik lengan pria manis itu mendekat ke arah Donghae dan beberapa polisi yang sedang mengintrogasi musisi-musisi disana. Mereka sedikit menyimak apa yang sedang dibicarakan. Pertama mereka mengintrogasi Kim Yesung dan Park Jungsoo, penyetel organ. Kemudian seorang penyetel piano paruh bahaya bernama Jung Yunho yang sudah dua belas tahun menjadi sahabat Kim Yesung. Introgasi berjalan lancar sebelum akhirnya mereka dibuat geram dengan sikap Cho Kyuhyun yang dengan keras kepala menolak memberi informasi. Sementara beberapa petugas terus membujuknya.
"Merepotkan saja. Untuk apa aku mau melakukan hal tak berguna." Penyanyi sopran terkenal itu beranjak melewati beberapa orang disana dengan angkuh.
"Cih, Musisi yang arogan." Hyukjae berdecih tak suka. Donghae disana tersenyum maklum menanggapi sikap sinis Hyukjae. Tentu dia tahu mood Hyukjae sedang buruk.
"Kyuhyun-ssi, kurasa kasus ini sangat berhubungan denganmu." Donghae tersenyum miring. Perkataannya barusan mampu membuat Kyuhyun berhenti beranjak.
"Setidaknya biarkan aku ke ruang make-up dulu. Setelahnya kita bisa bicara tak lebih dari lima menit." Ujar Kyuhyun datar. Beberapa petugas kepolisian menghela nafas, bersyukur pria itu akhirnya mau bersikap koorperatif berkat siswa SMA yang entah datang dari mana.
Sembari menunggu Kyuhyun siap diintrogasi, mereka semua berkeliling dengan dipandu oleh penyetel organ, Park Jungsoo. Di depan mereka kini tersuguhkan organ klasik beserta pipa-pipa keemasan setinggi tiga puluh meter. Semuanya berdecak kagum melihatnya.
"Wow, luar biasa besar... " Ryeowook takjub ketika melihatnya dari dekat.
"Sebenarnya aku kurang paham bagaimana cara kerja pipa pipa ini bisa terhubung ke organ." Hyukjae mulai angkat bicara.
"Prinsip dibalik pengeluaran bunyi disini sama dengan recorder. Bunyi di pipa pipa itu dihasilkan ketika udara melewati tiap-tiap pipa. Jika recorder, kalian perlu menutup lubang-lubangnya agar mengeluarkan nada berbeda. Tapi untuk pipa organ-" Park Jungsoo menjeda penjelasannya lalu menekan salah satu tuts.
"Kalian tekan tutsnya lalu nada akan keluar melalui pipa sesuai dengan tuts yang kalian tekan." Lanjutnya. Hyukjae mengangguk paham.
"Aku harap ini tidak lama, tanyakan seperlunya. Aku tidak suka introgasi berbelit." Kyuhyun datang dari arah ruang make-up. Lagi-lagi Hyukjae menatapnya sinis. Apalagi setelah ia melihat Donghae mengikutinya bersama polisi-polisi itu. Sebenarnya apa yang ingin dilakukan Donghae disana.
.
Mereka ingin mendapat konfirmasi langsung dari Kyuhyun mengenai rumor e-mail yang dikirim padanya oleh Jung Hana, salah satu korban bom di akademi musik minggu lalu yang menurut salah satu murid disana e-mail itu dikirim tepat sebelum ledakan terjadi.
" 'Susah sekali bekerja dengan sekelompok amatiran yang tidak bisa membedakan nada.' Itulah isi e-mailnya. Sudah, hanya ini yang bisa kukatakan." Setelah menjelaskan itu, Kyuhyun beranjak duduk kemudian meneguk teh dari botol miliknya.
"Apa hubunganmu dengan Jung Hana?"
"Aku tak memiliki hubungan apapun. Kalian bisa pergi jika sudah selesai." Melihat sikap buruk Kyuhyun kembali muncul, para polisi disana segera meninggalkan tempat itu sebelum membuat Kyuhyun semakin marah.
"Kyuhyun-ssi, kau meminum teh herbal. Kalau tidak salah namanya butterfly pea?" Sekilas Donghae memang mengintip tutup botol yang digunakan Kyuhyun untuk minum teh. Butterfly pea mudah dikenali hanya dengan melihat warnanya yang kebiruan.
"Ibuku menyukainya. Dan juga ini teh favorit... " Kyuhyun tidak berniat melanjutkannya. Tidak seharusnya ia mengatakannya disini. Apalagi pada siswa SMA yang sepertinya lebih pintar menganalisis ketimbang seorang polisi. Mata Donghae menangkap Hyukjae yang berdiri sambil memperhatikannya dengan tatapan kesal dari tadi.
"Oh, Hyuk-ah... Aku tahu kau disini juga. Bagaimana kalau kita ke cafe di persimpangan sana. Kyuhyun-ssi akan mentraktir kita minum teh warna-warni." Jelas perkataan Donghae barusan mengundang tanya dalam benak dua orang yang sedang menatapnya intens. Sesungguhnya dia hanya ingin meredam kemarahan Hyukjae. Sedari tadi ia sadar Hyukjae hanya memasang wajah kesal disetiap detiknya. Dan tentu dirinyalah yang menyebabkan itu.
"Hey, siapa yang bilang akan mentraktir? Kau jangan macam-macam ya, bocah!" Walau berkata begitu, Kyuhyun akhirnya mau juga menuruti bocah SMA aneh itu.
.
Faktanya mereka ke cafe itu bukan untuk minum teh. Donghae malah meninggalkan Hyukjae duduk sendirian, sedangkan ia bersama Kyuhyun entah sedang apa asik mengotak atik piano di cafe itu. Rasanya Hyukjae ingin pulang saja dan mengutuk Donghae menjadi ikan buntal. Ngomong-ngomong, ikan adalah panggilan sayang Hyukjae waktu mereka masih kecil. Manis sekali kenangan mereka, bukan?
"Sudah kuduga kau memiliki nada sempurna, Kyuhyun-ssi."
"Selain aku, Jung Yunho ahjussi juga memiliki nada sempurna." Donghae sudah menemukan satu kunci dari kasus ini.
"Kalian sedang apa? Donghae-ah aku pulang saja. Aku bosan menjadi pajangan di sudut meja." Lagi-lagi Donghae lupa akan keberadaan Hyukjae. Hanya senyuman manis tak berdosa yang ia berikan pada Hyukjae sambil otaknya berfikir sejenak.
"Kyuhyun-ssi, bukankah teh hibiscus wanginya adalah yang terbaik? Hyukjae mungkin belum pernah meminumnya, benarkan?" Kembali ia merayu sahabatnya itu. Kyuhyun yang paham maksud Donghae hanya mengangguk lalu memesankan dua cangkir teh berbeda jenis. Milik Hyukjae adalah teh hibiscus berwarna merah terang, sedang miliknya tentu butterfly pea kebiruan.
"Hyukjae-ssi, kuletakkan teh kita di meja nomor 11. Milikmu yang berwarna merah. Aku ke toilet sebentar." Hyukjae mengangguk lalu pergi untuk meminum tehnya. Tapi apa yang ia lihat sekarang? Semua tehnya berwarna merah. Hanya saja yang satu ada potongan lemon di dalamnya dan yang satu lagi tidak ada.
"Kenapa merah semua? Kurasa yang asam lebih menyegarkan."
PRANG
"ERGH... Hae.. Arghh" Hyukjae merasa tenggorokannya begitu sakit hingga ia akhirnya terjatuh.
"HYUKJAE! Tenanglah, jangan tekan lehermu seperti itu!" Donghae berusaha menarik lengan Hyukjae yang mencengkeram kuat lehernya. Bisa berakibat fatal jika Hyukjae menekan daerah sekitar pembuluh darah.
"Apa yang terjadi?" Kyuhyun ikut berjongkok di depan Hyukjae sembari menghubungi 119.
.
At Seoul Hospital
"Dokter bilang dia baik-baik saja. Terjadi peradangan pada tenggorokannya. Ada baiknya Hyukjae-ssi tidak berbicara dulu selama empat hari." Jelas Kyuhyun pada Donghae.
"Seperti dugaanku, racun terletak pada potongan lemon. Hyukjae salah memilih teh yang sudah kau pesan. Karena pada kenyataannya kedua teh itu menjadi sama berwarna merah setelah teh butterfly pea milikmu dicampur lemon. Asam yang terkandung pada lemon membuat warna biru butterfly pea berubah menjadi merah. Dengan kata lain sesungguhnya pelaku ingin membuat suaramu rusak, Kyuhyun-ssi." Jangan terpukau jika Donghae mampu menjelaskan demikian. Donghae merupakan siswa SMA jurusan kimia terbaik di sekolahnya.
"Benar. Tiga hari lagi konser akan diselenggarakan. Jika aku yang meminumnya, mungkin aku tak akan bisa tampil." Raut wajah Kyuhyun tampak pucat karena kajadian ini. Sedikit rasa sesal dalam diri Kyuhyun, seseorang berada dalam bahaya karena berada di sekitarnya. Kyuhyun memang tampak arogan dari luar, tapi sebenarnya hatinya lembut.
"Boleh kutahu siapa yang akan menggantikanmu jika kau tak bisa tampil? "
"Shim Changmin. Jangan mencurigainya. Dia sahabatku, tidak mungkin dia melakukan itu hanya untuk tampil di konser ini." Donghae hanya mengangguk.
"Hyukjae-ssi, kenapa kau keluar? Apa kau baik-baik saja? " Hyukjae mengangguk dengan senyum tipis di wajah pucatnya.
"Aku akan mengantarmu pulang, Hyuk-ah. Kyuhyun-ssi, sebaiknya kau jangan pulang sendirian. Panggilah supir."
"Aku mengerti."
Setelah itu mereka berjalan berbeda arah. Beberapa langkah dari lobby rumah sakit, Hyukjae menarik lengan kemeja Donghae. Ia memainkan bibirnya dengan gestur imut. Tidak lupa memasang tatapan mata seperti anak anjing yang dibuang pemiliknya. Tanpa bicara pun Donghae tahu Hyukjae menginginkan apa. Pria tampan itu berjongkok di depan Hyukjae yang langsung disambut pelukan Hyukjae dilehernya. Sungguh pria modis yang manja. Berlebihan sekali, bukankah tenggorokannya yang sakit? Untuk jalan sendiri pastinya masih bisa, bukan?
"Manja."
"Humm."
"Kau cuma ingin mengerjaiku, kan?"
"Humm."
"Punggungku pegal tau!"
"Humm." Tidak ada kata yang bisa Hyukjae keluarkan selain 'Humm' dan tertawa tanpa suara.
.
.
Tiga hari berlalu. Hari ini adalah hari dimana konser besar yang diselenggarakan Kim Yesung dilaksanakan. Donghae, Hyukjae dan Ryeowook duduk di deret yang sama untuk menyaksikan gladi resik para musisi yang akan tampil termasuk Cho Kyuhyun. Kim Yesung kali ini lebih memukau dibandingkan dengan waktu latihan beberapa hari yang lalu. Jemarinya begitu terampil menari di atas organ mewah itu. Kyuhyun pun bernyanyi dengan jiwa yang menyatu bersama nada-nada lagu. Tapi satu yang menjadi pusat perhatian Donghae. Jung Yunho, sahabat Kim Yesung yang juga penyetel piano terkenal. Dua hari lalu Donghae menyelidiki latar belakang Jung Hana. Ia tak menemukan informasi apapun mengenai keluarganya. Namun saat ia mengingat kembali plat nomor orang mencurigakan di depan lobby akademi musik waktu itu, ternyata sama dengan tanggal lahir Jung Hana. Menurut kepolisian yang telah mengintrogasi Jung Yunho, plat nomor Jung Yunho adalah 24-89. Tidak salah lagi, pria paruh baya yang ia lihat di depan lobby waktu itu adalah Jung Yunho. Apa ini hanya kebetulan atau memang Jung Yunho memiliki hubungan darah dengan Jung Hana. Saat gladik resik selesai, Donghae menghampiri Kyuhyun yang sedang berkutat dengan organ.
"Nada itu terdengar sedikit aneh, kan?"
"Ya, aku juga berpikir begitu. Kurasa Yesung sunbae tidak menyadarinya. Jungsoo-ssi tidak ada dimanapun saat ini, walaupun aku tahu not yang mana tapi aku tidak tahu stop dan warna suara yang mana." Kyuhyun masih mencoba menarik beberapa stop yang terhubung ke pipa.
"Suara yang aneh itu berasal dari sana, kan?" Donghae menunjuk pipa-pipa di depannya.
"Kurasa begitu. Lebih baik kita beritahu Yesung sunbae."
Mereka beranjak menuju taman belakang untuk mencari Kim Yesung. Donghae merasa seseorang sedang mengikuti mereka. Saat ia menoleh ke belakang, seseorang menghantam kepalanya dengan benda tumpul hingga pingsan kemudian orang itu melakukan hal yang sama pada Kyuhyun.
'Dimana Donghae? Sebentar lagi konser dimulai' Entah kenapa Hyukjae gelisah menyadari Donghae tak ada dimanapun.
.
.
"Kyuhyun-ssi tidak ada dimanapun. Lima menit lagi konser dimulai." Seorang staff menghampiri Kim Yesung. Seluruh staff termasuk musisi lain mulai panik. Kyuhyun memiliki peran penting dalam konser ini. Di tengah kebingungan, tiba-tiba Shim Changmin mengajukan diri untuk menggantikan Kyuhyun. Kemampuan bernyanyinya memang berbeda dengan Kyuhyun namun ia tidak buruk.
"Sunbae, ijinkan aku menggantikannya. Aku juga sudah berlatih. Aku janji akan bernyanyi lebih baik dari pada Kyuhyun." Perkataan Changmin membuat beberapa staff memicingkan mata tak suka ke arahnya.
"Kau tidak perlu bernyanyi lebih baik daripada dia. Musik adalah penghubung antara kita dengan Tuhan. Kau harus bernyanyi layaknya berdoa." Kim Yesung berbicara tanpa menatap Changmin.
Dengan terpaksa mereka mengumumkan bahwa penyanyi soprano akan digantikan oleh Shim Changmin. Mereka tentu tak bisa menjelaskan sebab pergantian tiba-tiba ini. Karena tak ada yang tahu dimana Kyuhyun berada. Beberapa detik kemudian terdengar deru kecewa dari beberapa penonton. Hyukjae semakin yakin telah terjadi sesuatu pada Donghae dan Kyuhyun. Ia tak bisa melakukan apapun karena sebelum masuk gedung ini ia menitipkan ponselnya di penitipan barang karena saat konser tak seorangpun diijinkan mengaktifkan ponsel.
.
.
"Sial! Dimana ini? Kyuhyun-ssi.. Kyuhyun-ssi!" Donghae yang baru sadar, mengguncang tubuh Kyuhyun untuk menyadarkannya. Mereka sedang terapung di atas perahu.
"Sepertinya kita berada di danau belakang gedung konser. Siapa yang melakukan ini semua!" Tak ada jawaban untuk itu. Donghae pun tak tahu. Ia hanya mencurigai satu orang disana. Tapi tak ada bukti untuk memastikan kecurigaannya.
"Kyuhyun-ssi, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Kuharap kau menjawab dengan jujur." Kyuhyun mengangguk mempersilahkan Donghae untuk bertanya.
"Apa kau memiliki hubungan spesial dengan Jung Hana?" Kyuhyun terkejut. Sesungguhnya ia tak ingin ada orang yang tahu tentang ini. Jika Donghae sudah bertanya tentang hal ini, pasti anak itu memiliki alasan yang mungkin berhungan dengan kasus ini.
"Dia adalah tunanganku..." Kyuhyun menunduk pasrah setelah mengatakannya.
"Sudah kuduga. Jadi karena itu sang pelaku tidak langsung melenyapkanmu melainkan merepotkan diri dengan membuang kita ke danau." Donghae menyeringai tampan, sekarang ia sudah tahu siapa pelaku sebenarnya.
"Maksudmu?"
DUAARRR
Suara ledakan terdengar dari arah luar gedung.
"Apa itu?" Kyuhyun panik
'Jangan-jangan...Sial! Hyukjae ada di dalam gedung...'
.
.
.
TBC
.
Saya tidak yakin ini yaoi apa tidak, yang jelas ada manis-manisnya hahaha. Cuma ff remake yang sudah pernah saya post di facebook. Thanks buat readers yang mau baca dan review *bow
Sherlyxiu
