Title :: Your Attention
Disclaimer :: SuJu bukan punya saya ;) tapi HanChul saling memiliki xD *shipper kumat*
Length :: threeshots (?)
Warnings :: gaje.. nggak jelas sangat.. =.=' sebelum baca disarankan menyiapkan obat sakit gigi terlebih dahulu. :D
.
.
Annyeong.. saya numpang nyampah lagi disini.. hehehe.. kali ini HanChul tapinya..
ngg banyak bacot, silakan dinikmati aja.. :3
Oh iya, ini ff udah pernah ku-publish di Facebook sebelumnya.. jadi kalo prna baca ya wajar.. x3
dan mohon diingat, ff ini gaje.. jadi kalo mau baca mohon mempersiapkan diri dulu..
.
.
=flashback=
.
"Huweee ~ Hiks.. Hiks.." tangis seorang namja yang kelewat sipit sambil terduduk di tanah melindungi kepalanya dari batu-batu yang dilemparkan oleh kumpulan namja-namja kecil diseberang lapangan.
"Hueee..~ Hentikan.. Hentikan..Hiks.. Hiks.." tangis namja sipit itu sambil terus melindungi kepalanya dari batu-batu yang berterbangan (?)
"Tidak! Kau itu berbeda dari kami! Kau itu tidak pantas disini! Kembali sana ke kampung halamanmu!" bentak salah satu namja bertubuh besar sambil terus melempari namja sipit tersebut.
"Ne! Sana pergi! Kami tak mau punya teman sepertimu!" seru namja lainnya sambil kali ini melemparkan batu dengan ukuran lumayan besar yang langsung telak mengenai dahi namja sipit tersebut.
BUK.
"Aish ~" namja sipit itu mengaduh kesakitan sambil memegangi dahinya yang berdarah, membuat kumpulan namja-namja kecil itu panik.
"Shindong-hyung! Eottokhae? Aku melukainya!" panik namja yang tadi melempar batu sambil menarik-narik baju namja yang tadi dipanggil Shindong.
"Aissh! Kau ini! Menyusahkan saja kau Minho! Sudah.. Taemin, Onew, kita pergi!" seru Shindong yang spontan langsung membuat anak buahnya berlari jauh-jauh dari tempat namja kecil tadi menangis, sementara namja itu sendiri perlahan-lahan sudah menghentikan tangisannya.
Tangisannya benar-benar berhenti ketika sebuah (?) tangan putih mengulurkan saputangan pada namja tersebut.
"Heya.." sapa suara itu, "Bersihkan lukamu dulu dengan ini.. Kau itu cengeng sekali sih!" sentaknya yang membuat namja itu mendongak keatas dan mendapati seorang yeoja kecil menatapnya dengan wajahnya yang cukup sadis. *digaplok Heechul*
"Ha-Hangeng imnida.." ujar namja itu memperkenalkan diri dengan bahasa Korea yang masih kacau. Yeoja itu berdecak, "Aku tak bertanya namamu! Sekarang jangan banyak omong, cepat bersihkan!"
Hangeng secepat kilat langsung menunduk dan mengusap dahinya yang berdarah sementara yeoja kecil itu mengaduk-aduk isi tasnya kemudian mengeluarkan sebuah plester.
Setelah Hangeng selesai dengan saputangannya, Heechul cepat-cepat merekatkan plester itu ke dahi namja itu, kemudian mengecup keningnya, membuat Hangeng sedikit memerah.
"Neo..."
"Kata umma, luka akan lebih cepat sembuh kalau dicium.." Heechul mengecup luka itu sekali lagi, "Heechul imnida.."
Hangeng tersenyum, bangkit berdiri dan langsung menggamit lengan Heechul. "Heechul-ah!" panggilnya riang.
Heechul menoleh, "Ne?" tanyanya yang dibalas senyum lebar Hangeng, "Teruslah memperhatikanku, ne?"
Heechul sedikit mengernyit, "Permintaanmu aneh sekali.. Tapi... arraseo!"
Dan mereka berjalan pulang bersama, masih dengan bergandengan tangan.
.
=flashback end=
.
.
A few years later—
.
"Mestinya kau berhenti mengupas apel dengan cara begitu, Han.. Lihat saja, sebentar lagi tanganmu pasti kena pisau.." komentar yeoja cantik itu sambil tetap memfokuskan pandangannya pada buku yang dibacanya. Sementara, si namja yang sedang asyik mengupas apel itu hanya ngedumel pelan, "Aish.. Heechullie.. Berhentilah berkomentar untuk segala sesuatu tentangku.. Kau sudah seperti mamaku saja.." omel Hangeng sambil tetap mengupas apelnya dengan cara yang sama. Dan benar saja, beberapa menit kemudian terdengar erangan tertahan dari mulut Hangeng yang jarinya teriris pisau.
Heechul nyengir kecil, "Tuh kan, benar apa kataku.. Tanganmu kena pisau.." Heechul beranjak berdiri, "Sini aku obati dulu.." Heechul dengan sigap mengambil kotak obat yang tergeletak begitu saja diatas sofa yang diduduki Hangeng dan segera memposisikan dirinya didepan Hangeng yang masih meringis.
Dengan sigap, dibersihkannya jari putih Hangeng dan diberinya plester, kemudian mencium jarinya yang terluka, membuat wajah putih Hangeng sedikit merona akibat perlakuan Heechul yang terakhir. "Dengan begini akan cepat sembuh.." Heechul mengambil bukunya, kemudian membereskan tasnya.
"Sebentar lagi aku ada kuliah.. Aku pergi dulu, ya.. Annyeong!" Heechul berlalu dan menutup pintu apartemen Hangeng yang membalas lambaian Heechul sambil tersenyum kecil dan melahap apelnya.
Hangeng melirik jam dinding yang terpasang di ruang tamunya. 'Sudah jam sepuluh, ya? Pantas Heechul cepat-cepat..' batin namja China itu sambil membereskan apelnya dan meletakkannya dalam lemari es. Kemudian, Hangeng membereskan buku-buku dalam tasnya dan segera melenggang keluar dari apartemennya.
Hangeng sedang berjalan menuju tempatnya memarkir motor ketika dilihatnya siluet seorang yeoja berdiri didepan motornya. Baru saja Hangeng ingin memanggil yeoja itu, yeoja itu menoleh.
Heechul.
"Ya!" Heechul memanggil Hangeng, "Kemari kau, Han!" Heechul berlari menghampiri Hangeng dan menariknya menuju motornya. Hangeng yang ditarik tanpa aba-aba seperti itu tentu saja sedikit kewalahan. "Ya! Ya! Chullie-ya! Lepaskan aku!" Hangeng berusaha melepaskan cengkeraman tangan Heechul yang bisa dibilang sekuat elang. *author lebai*
Heechul membawa Hangeng tepat ke depan motornya. "Lihat apa yang kau lakukan pada motormu.." Heechul menunjuk tempat Hangeng biasa meletakkan barang-barang berharga di motornya.
Keunikan Hangeng yang lain walau memang sedikit tidak masuk akal.
Hangeng mengernyit, "Lalu kenapa dengan itu?"
"Bagaimana kalau tiba-tiba saja ada orang yang merampokmu? Kemudian melukaimu?" semprot Heechul sambil menunjuk motor Hangeng. Hangeng memutar bola matanya tidak peduli, "Tinggal dibawa ke rumah sakit saja, kan? Lagipula, kenapa kau sangat rajin berkomentar sih?" kata Hangeng sambil menaiki motornya dan menstarter-nya. "Jangan terlalu khawatir padaku.. Aku akan baik-baik saja, kok.."
Hangeng menoleh kearah Heechul, "Heyo.. Mau ikut tidak? Aku juga mau ke kampus.." ajak Hangeng yang disambut anggukan Heechul. Heechul langsung melompat naik dan Hangeng langsung menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Heechul berdecak pelan, "Pelan-pelan saja, Geng.. Hati-hati nabrak.." pinta Heechul sambil memeluk pinggang Hangeng.
"Ne.. Ne.." jawab Hangeng tapi tetap saja pada kecepatannya sekarang, membuat Heechul yang mulai ketakutan memeluk pinggang Hangeng makin erat.
.
.
"Wajahmu kusut amat? Waeyo, hyung?" Donghae datang dan menepuk bahu Hangeng yang asyik membolak-balik buku kuliahnya sendirian di kantin kampus. Hangeng menoleh tak peduli, "Oh, kau, Hae? Mei you, meiguanxi.." jawab Hangeng asal membuat Donghae mengerutkan kening.
"Kau ngomong apa sih, hyung? Aku nggak ngerti.." Donghae menyambar minuman Hangeng dan menyeruputnya tanpa dosa, "Aku tahu kau memang dari Taiwan, hyung.. Tapi jangan terlalu sering pakai bahasamu sendiri dong.. Ini kan di Korea.." protes Donghae.
Hangeng memutar bola matanya, "Aniya, gwaenchanayo.." ulang Hangeng, tapi kali ini dalam bahasa Korea, membuat Donghae sweatdropped. "Ya! Hyung belum jawab pertanyaanku.. Kenapa hyung lesu sekali kelihatannya? Jangan-jangan, gara-gara kemarin malam nggak dapet jatah dari Heechul-noona ya?" tebak Donghae asal sambil menyenggol-nyenggol lengan Hangeng.
Spontan Hangeng menyemburkan air yang tengah diminumnya, "Ya! Apa maksudmu?" Hangeng menggeplak kepala Donghae, "Apa yang membuatmu menghubung-hubungkanku dengan yeoja sadis itu?" Donghae mengusap kepalanya, "Ya! Appo, hyung.. Tapi…" Donghae memposisikan bibirnya di depan telinga Hangeng, "Kau menyukai Heechul-noona kan, hyung?"
Wajah Hangeng memerah lagi, "Ya! Apa maksudmu? Andwae! Mana mungkin aku suka dengan yeoja yang sudah seperti mamaku sendiri?" Hangeng menumpukan kepalanya diatas meja, sementara Donghae menepuk-nepuk pundak hyung-nya itu.
"Sabarlah, hyung.. Yeoja itu memang—"
"Heyo!" sapa Heechul yang tiba-tiba muncul sambil memeluk Hangeng dari belakang, membuat wajah Hangeng yang sudah merah menjadi makin merah. Donghae tertawa keras melihat ekspresi Hangeng yang sudah sangat sulit diartikan itu.
"Mwo? Kenapa tertawa?" Heechul bertanya bingung pada Donghae yang tertawa makin keras, kemudian berpaling kearah Hangeng, "Ya! Kau sakit? Kenapa memerah?" Heechul meletakkan punggung tangannya di kening Hangeng, "Wajahmu panas ya? Setidaknya berusahalah makan sayur dan buah paling tidak lima kali seminggu.."saran Heechul sambil mengambil tempat disebelah Hangeng. Hangeng melotot, "Lima kali seminggu?"
Heechul mengangguk, "Ne.. Dan kurasa itu cukup untuk menjaga kesehatanmu.." Heechul melirik jam tangannya, "Ya! Sudah jam berapa sekarang? Bukannya kau ada kelas ya?" Heechul menarik-narik kecil lengan Hangeng. "Kajja.. Nanti kau telat, lho.."
Hangeng dengan malas mengambil tas-nya dan melepaskan tangan Heechul yang menarik-narik pergelangan tangannya. "Shi.. Sudahlah, aku bisa jalan sendiri kok.." kata Hangeng sambil berlalu begitu saja, meninggalkan Heechul dan Donghae yang sedikit melongo di kantin kampus.
'Bukannya kau yang dulu memintaku untuk selalu memperhatikanmu?' batin Heechul sambil menyambar tasnya dan pergi begitu saja meninggalkan Donghae sendirian.
'Noona benar-benar seperti seorang umma..' batin Donghae sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
Hangeng melemparkan tasnya secara asal di sofa apartemennya. Sedikit gangguan di kampus benar-benar mematikan mood-nya hari ini. Kyuhyun yang mengacau hingga menyebabkan beberapa barang rusak, dan kemudian malah kabur begitu saja bersama Sungmin—kekasih Kyuhyun.
Hangeng langsung merebahkan badannya di ranjang, tak peduli badannya masih kotor atau dirinya yang bahkan belum mencopot sepatu.
'Ya! Sebelum tidur mandilah dulu.. Badanmu bau!' mendadak omelan Heechul melayang-layang di atas kepalanya. Hangeng menatap langit-langit sebentar, kemudian membalikkan badannya dan memeluk guling dengan nyaman. 'Nanti saja ya, Chullie-ya.. Aku kan sudah menuruti omelanmu selama ini.. Sekali-sekali aku melanggar boleh, kan?' batin namja China itu, kemudian mulai memejamkan matanya.
Cukup lama Hangeng memejamkan matanya ketika tiba-tiba terdengar suara dari pintu.
CKLEK!
"Han? Kau di dalam?" Heechul masuk dengan seenaknya dan melihat apartemen Hangeng yang berantakan seperti kapal pecah. "Aigoo.. Berantakan sekali.. Han? Han? Yuhuu ~" Heechul menelusuri apartemen yang lumayan luas itu dan menemukan sesosok tubuh yang tengah mendengkur halus dengan damai di atas ranjang.
"Aigoo.." Heechul berdecak pelan, "Ya! Bangun, Han.." Heechul mendekat kemudian diciumnya pipi Hangeng sekilas. "Ya! Geng.. Kau masih bau.. Mandi duluu.." Heechul menarik-narik lengan Hangeng yang separuh tersadar. Yang ditarik hanya berusaha menarik tangannya kembali.
"Hmm.. Nanti, mama.. Geng masih ngantuk.." Hangeng bicara sendiri kemudian kembali berbalik. Heechul menggeleng kesal, kemudian kembali menarik lengan Hangeng. "Ya! Ini malah ngigau lagi.." Heechul mengomel, kemudian di bibirnya terulas senyum licik.
"Banguun ~ Atau kau mau kumandikan?" Heechul mulai melepas resleting jaket yang dipakai Hangeng, membuat Hangeng spontan terbangun kaget dan langsung ngacir ke kamar mandi.
"Nggak usaaah!" seru Hangeng telat, meninggalkan Heechul yang masih saja tertawa penuh kemenangan. "Dan jangan coba-coba menyentuh tubuhku!" tambah Hangeng dari dalam kamar mandi, membuat yeoja itu tertawa makin keras.
Beberapa menit kemudian, Hangeng keluar dari kamar mandi dengan wajah kusut. Hangeng mengusap rambutnya yang masih basah sambil menghampiri Heechul.
"Ya! Jangan terlalu begitu padaku.. Aku tak perlu diatur.. Aku sudah besar, tahu.." Hangeng menegur Heechul yang kini tampak asyik dengan segala macam kertas dari tas kuliah Hangeng.
"Kau kan bukan kekasihku.. Lagian, apa urusanku denganmu sampai kau selalu memperhatikanku begitu?" tanya Hangeng spontan membuat Heechul kaget dan melotot ke arahnya. Heechul menaikkan alisnya, "Apa maksudmu bertanya begitu? Bukannya dulu kau sendiri yang minta aku begini?"
Hangeng yang sebenarnya sudah badmood malah jadi makin badmood karena pertanyaan Heechul.
"Sudah jelas, 'kan?" Hangeng sedikit menaikkan volume suaranya, "Aku bukan anak kecil lagi, Kim Heechul! Yang bisa kau perhatikan terus menerus seperti ini!" Hangeng memalingkan wajahnya sejenak.
"Kau…" Heechul menelengkan kepalanya, "Tak suka kalau aku memperhatikanmu seperti ini?" Heechul melipat tangannya didada. "Tapi dulu kau yang memintaku untuk terus memperhatikanmu.." Heechul memandang dengan tatapan bingung.
"KALAU BEGITU, LUPAKAN JANJI ITU!" bentak Hangeng emosi membuat Heechul kaget. "LUPAKAN BAHWA AKU PERNAH MEMINTAMU MELAKUKAN HAL SEPERTI INI, KIM HEECHUL!" Hangeng berteriak didepan Heechul, kemudian berbalik membelakangi Heechul.
Heechul menggigit bibir bawahnya selama beberapa saat, "Arraseo.. Kalau memang itu keinginanmu.." Heechul menghela nafas panjang, "Aku akan melupakan semua yang terjadi dulu.." Heechul mengangkat sebelah tangannya, "Aku bersumpah, takkan pernah lagi mengganggu namja bernama Tan Hangeng, tidak akan pernah lagi masuk ke dalam apartemennya kecuali dengan seizinnya dan…" Heechul menguatkan dirinya sejenak, kemudian tersenyum. "Takkan pernah lagi mengurusi semua hal tentang dirinya.."
Sesudah itu, Heechul dengan cepat menyambar tasnya dan berjalan kearah pintu. "Mianhae selama ini sudah menganggumu, Geng-ah.. Mulai sekarang kau tak perlu takut aku akan memperhatikanmu lagi.. Hehe.." Heechul tertawa kecil, "Selamat tinggal.." Heechul tersenyum sejenak, kemudian menutup pintu apartemen. Meninggalkan Hangeng yang tetap berdiri disana, menatap pintu itu dengan nanar.
"Apa aku keterlaluan?" gumam Hangeng sambil merosot dengan lemas ke lantai, kemudian meraba dada kirinya, "Kenapa sakit sekali rasanya saat dia mengucapkan selamat tinggal?"
.
.
=TBC=
.
so, boleh minta reviewnya? :3 gomawo :)
