Drama.
[Genre] Friendship, AU, Romance (yang terakhir gak yakin).
[Rated]T
[Cast] SasuHina, NaruSaku, KibaIno, NejiTen
[Disclaimer] Naruto punya Masashi ini punya aku.
[Warning] abal, OOC, garing, diksinya gak bagus, kalau gak suka sama salah satu pairing ini,lebih baik tidak membaca.
"Itulah alasanku datang kesini ?" seorang laki laki berambut biru gelap menatap sosok senpai didepannya dengan serius.
"hhh, aku tak menyangka kau seserius ini ingin memiliki dia Sasuke. Lagipula…" senpai dihadapannya tidak melanjutkan menerawang kejendela.
"lagipula apa senpai?" tanya laki laki berambut pirang dan bermodelkan bagai duri landak tak sabar.
"santailah sedikit Naruto" perintah si rambut gelap yang duduk disebelahnya. Si pirang mendengus kesal.
"sepertinya dia memiliki perasaan yang sama terhadapmu" senpai itu melanjutkan kalimatnya yang menggantung tadi. Si rambut gelap menatap senpainya tak percaya.
"APAAA?TAK KUSANGKAA!" teriak si pirang dengan suara nyaringnya yang khas.
"tapi aku tak tahu pasti. Yah, kalian harus memastikannya dulu" saran senpai itu.
"berarti berarti… kita pakai rencana yang aku buat Sasuke!" si pirang menggoyangkan tubuh sahabatnya.
"iya iya! Ah senpai, jika dia masih suka denganku. Bolehkah aku…" si rambut gelap terdiam.
"ya boleh saja. Asal kau jangan mengecewakan" jawab senpai itu. Dia tahu apa yang diinginkan orang didepannya. "ngomong ngomong, apa rencana Naruto? Boleh aku mengetahuinya?" tanyanya.
"tentu! Justru kita butuh bantuan Neji-senpai!" jawab si pirang.
Hinata menatap iba kepada sahabatnya yang berambut pink sebahu lembut, dia memegang pundak sahabatnya itu dan mengelus pelan.
"Sa-Sakura… ayolah ce-cerita. Si-siapa tahu aku dapat membantu" ujar Hinata pelan. Sepasang mata emerald milik gadis bernama Sakura Haruno itu langsung menatap lekat sepasang mata lavender didepannya.
"hah aku kan memanggilmu memang untuk curhat Hinata" balas Sakura sambil memasang wajah sebal.
"e-eh? Aku aku pi-pikir Sa-Sakura memanggilku hanya untuk melihatmu me-menangis saja…" Hinata salah tingkah dengan ucapan Sakura Sakura membulat.
"ya! Jangan bodoh bukan artis yang dibayar untuk menangis di depanmu lalu pergi setelah puas" seru Sakura setengah mendengus kesal dipanggil 'hime' oleh Sakura.
"la-lalu ada apa se-sebenarnya Sakura?" tanya Hinata pelan. Agar tak salah ucap dan membuat amarah sipemilik tenaga besar itu semakin menjadi jadi.
"selama libur musim panas ini banyak yang terjadi! Aku benci Ino!" seru Sakura sambil mengepalkan tangan kanannya.
Hinata terbelalak saja dia bukan Hinata Hyuuga, dia pasti sudah dia Hinata Hyuuga yang terkenal kalem, jadi dia merespon hanya dengan ucapan "a-apa?" dengan pelan.
"aah! Hinata! Mana ekspresimu? Mana?" tanya Sakura mengikuti gaya seorang aktor disebuah iklan. Hinata hanya menundukkan kepala saja sebagai balasannya.
"me-mengapa bisa benci? Se-sesuatu terjadi selama musim pa-panas?" tanya Hinata sambil kembali menatap mata emerald Sakura.
"begitulah" jawab Sakura dengan suara seperti tercekat sesuatu. Dia menatap lantai kamar dengan wajah sangat sedih."Ino berpacaran dengan Sasuke" sambungnya pelan.
Untuk kedua kalinya, Hinata ini dia benar benar terbuka, matanya bersumpah itu kali pertamanya dia melihat Hinata begitu.'Oke, nice respon!' sorak batinnya.
"Dan kau tahu apa? Tiga hari sebelum kulihat mereka mesra mesraan di mall, Sasuke menembakku!" kini level suara Sakura meninggi.
"masa? Sasuke bukan pria seperti itu Sakura" tiba tiba Hinata bicara sangat lancar dan sepertinya dia tidak lagi lagi double , Hinata tidak gugup dan kedua, Hinata tampak membela Sakura tidak menampakkan kekagetan itu diwajahnya.
"itu benar hime. Sebentar!"Sakura meraih ponselnya dan tampak fokus menatap ponselnya.
"nih lihat apa yang aku foto!" Sakura menunjukkan sebuah didalam foto itu Sasuke sedang menatap lekat Ino yang sedang menatapnya mereka tak terlalu tangan kanan Sasuke memegang pipi Ino dan membuat wajah Ino sedikit terhalang berhasil membuat Hinata , cemburu. Hinata akui foto itu sangat redup dan blur. Namun dia yakin bahwa sepasang insan beda jenis itu Sasuke dan Ino.
"Ya tuhan!Mereka tampak mesra!" seru Hinata yang lagi lagi tanpa jika orang terkejut suka berkata atau melakukan hal yang diluar dugaan bukan?Namun keterkejutan Hinata sangat sangat diluar saat Sakura bilang benci tetap gugup.
"ya kan? Sasuke benar benar keterlaluan! Arrgghh!"Sakura melempar pura , berpura pura atau bersandiwara. "aku akan menghajarnya!" seru Sakura bangkit dari duduknya dan meninju udara.
"jangan!" larang Hinata setengah berteriak. Sakura langsung langsungtersadar bahwa dia sudah dibawah yakin Sakura heran kali ini dia melarang sesuatu dengan suara yang lantang dan mantap.
" -kan Sasuke dan Sakura adalah -lagipula nanti Sakura dalam bahaya. Kan fans Sasuke banyak…" Hinata mencari alasan.
'hoho, bilang saja takut Sasuke babak belur hime' goda Sakura dihatinya.
"jadi harus bagaimana?" tanya Sakura sambil kembali duduk.
"bi-bicarakan saja" usul Hinata sambil menunduk.
"apa? Kau saja ah! aku malas!" perintah Sakura seenak jidat. Hinata mendongak dan mengerutkan dahinya.
"a-aku tak tahu a-apa Sakura" balas Hinata.
"ha? Tak tahu apa apa? Kan tadi sudah jelas kalau aku ditembak Sasuke lalu tiga hari kemudian dia jalan dengan Ino! Kalau bisa Sasuke harus ngasih atau Ino" Hinata menghela nafas mendengarnya.
"kalau aku yang melakukannya. Pasti aku kebawa emosi!" lanjutnya.
"ba-baiklah. Ka-kalau begitu. Ka-kapan aku harus bi-bicara?"Hinata pasrah.
"hem… Hari pertama sekolah setelah liburan. Sekarang hari sabtu… berarti lusa!Setuju? Ya! setuju!" Sakura mengoceh hanya bisa manyun.
"Neji-niisan. Boleh kuganggu sebentar?" tanya Hinata pada sesosok laki laki berambut coklat panjang dan bermata persis seperti miliknya. Laki laki itu tampak sedang menulis sesuatu.
"tentu saja Hime. Masuklah" perintah laki laki bernama Neji Hyuuga pada Hinata yang masih diambang pintu mendekatinya.
"eemm Sakura-Sasuke-Ino sedang ribut" ujar Hinata membuka pembicaraan.
"Sakura merasa dikhianati suruh dia bicara pada -tapi di malah menyuruhku balik" mengerutkan menundukkan kepalanya.
'pasti nanti nggak diizinin. Neji-niisan kan tak suka Sasuke' pikir diingat, suka disini bukan suka cinta.
"mengapa?" tanya Neji.
"ka-katanya, kalau Sakura yang bicara pasti dia akan emosi duluan. Neji-niisan tau kan kalau Sakura—"
"ya aku tahu" Neji memotong ucapan Hinata.
"hhh…" Neji menghela nafas dan menatap Hinata. "temui dia" ujar Neji tanpa gugup, resah, dan datar.
Hinata menaikkan heran mengapa dengan mudahnya Neji mengijinkannya?Bukankah dia sedikit sebal pada Sasuke?Lagipula, Neji itu sangat melindungi Hinata dari yang namanya laki laki.
"Hinata-hime, aku menyetujuinya demi persahabatan orang yang aku peracayai menjagamu" Neji memberikan alasan. Hinata menelan ludah membayangkan persahabatannya sejak SD itu akan kandas saat dia kelas 11 Sasuke baru bergabung saat dia kelas 7 SMP.
"lagipula, jika Naruto atau Kiba yang bicara kau tahu sendiri kan akibatnya?Mereka emosian hanya kau yang bisa menyatukan persahabatan kalian" lanjut mengangguk pelan.
"sudah. Tidurlah, sudah malam. Apa kau masih punya sesuatu untuk ditanyakan?" tanya Neji. Hinata menggeleng.
"aku permisi" Hinata meninggalkan Neji.
'Seandainya aku tak melihat perisitiwa malam itu dan mendengar ucapan Hinata waktu itu, aku tentu tak akan mengijinkan Sasuke' batinnya.
'tak kusangka kau mendekati Naruto hanya untuk bisa dekat dengan Hime. Sasuke, aku titip Hinata ya..lagipula aku tak bisa menjaga dua Hime langsung'
Neji mendongak, mengingat hari yang tak dapat dilupakannya. Malam itu, sebuah malam yang membuat Neji yakin akan kesungguhan Sasuke. Dan momen lain yang membuktikan Hinata jatuh cinta pada Sasuke…
Jam tua yang berada disudut ruangan tamu kelurga Uchiha sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ya, malam. Sudah terlalu larut untuk masih bertamu kan? Tapi mau bagaimana lagi, sepertinya urusan bisnis antara Fugaku Uchiha dan Hiashi Hyuuga sangat tak bisa kecil Hiashi Hyuuga yang sedang menanti ayahnya diruang keluarga sudah berkali kali menguap. Bukan karena dia bosan melihat acara Barneys kesukannya. Tapi karena dia baik bagi anak berumur delapan tahun untuk masih terjaga sampai selarut itu bukan?Dia ingin dia takut memalukan ayahnya. Biasanya jika dia dibawa keluar sampai selarut malam ini oleh ayahnya, dia akan tertidur dipangkuan sepupunya, Neji. Tapi sayang, Neji sedang berada dikamar teman kelasnya sekaligus putra sulung Uchiha, Itachi Uchiha. Entah sedang apa.
"kamu mengatuk Hinatan-chan?" tanya seorang anak laki laki seumurannya yang sedari tadi menemaninya menonton Barneys yang bernama Sasuke Uchiha. Hinata mengangguk pelan.
"tidur dikamarku saja yuk!" ajak anak laki laki yang memiliki mata onyx dan rambut berwarna biru gelap.
"eh? Ti-tidak ah" tolak menolak bukan karena takut Sasuke berbuat macam masih polos untuk membayangkan hal itu. Tapi dia tidak terbiasa asal menuruti atau asal tidur dikamar orang walaupun sudah dapat izin. Apalagi laki ingat peringatan mau diajak orang tak dikenal.
"memangnya ibumu kemana sih? Kok sampai sampai kamu dibawa keluar sampai larut malam?" tanyaSasuke.
"i-inu sudah me-meninggal" balas Hinata tertunduk.
"eh maaf Hinata-chan. Aku tak tahu" Sasuke tampak menyesal. Hinata mendongak, menatap mata onyx itu. "tak apa" balas Hinata tersenyum.
"ayahmu sangat baik! Tidak asal percaya menitipkanmu pada orang lain. Dia ayah hebat Hinata-chan! Kau harus bangga!" Sasuke mencoba menyemangati heran kata katanya sangat tinggi untuk anak itulah dia, bungsu Uchiha yang cerdas.
Hinata mengerutkan dahinya "me-memangnya mengapa ji-jika aku asal di-dititipkan?" tanya Hinata dengan gaya khasnya, gugup. Tapi kau sadar sesuatu?Terlalu hebat jika anak kecil seumurannya bertanya seperti seumurannya pasti hanya mengangguk. Itulah Hinata, sulung Hyuuga (jika Neji tidak terdaftar sebagai kakaknya) yang cermat.
Uchiha dan Hyuuga sangat melengkapi bukan?
"banyak kabar kalau anak seumuran kita suka diculik saat dititipkan pada pengasuh. Tak sedikit malah yang pegasuhnya sendiri yang menyadera anak asuhannya" anak itu menjelaskan. Hinata pun menganggapi ucapan bungsu Uchiha itu dengan ber-ooh ria.
"Lagipula, kalau ayah Hinata-chan tak baik, Hinata-chan pasti sudah dititipkan pada orang lain" lanjut Sasuke.
Hinata tampak memikirkan sesutau. "sepertinya kau benar. Ayahku ayah terbaik! Aku selama ini salah menilai. Terima kasih emm…"Hinata mengaggntungkan ucapannya. Dia lupa nama anak laki laki didepannya.
" Uchiha" bungsu Uchiha itu tahu bahwa Hinata lupa namanya. Seorang jenius tak luput dari lupa pastinya kan?
Hinata dan Sasuke saling keduanya tersenyum bersamaan.
Tanpa mereka sadari sepasang mata lavender yang pemiliknya hanya lebih tua satu tahun dari Hinata menatapnya dan ikut senyum tercerah Hinata yang ditunjukkan setelah kematian takjub pada anak itu.
"Ayah ingin kemana?" tanya Hinata yang sudah berumur sepuluh tahun dan mendapati ayahnya akan pergi. Padahal jam menunjukkan pukul 21.15
Hiashi Hyuuga mengelus rambut indigo puterinya dan tersenyum. "memang ada apa Hinata-chan?" tanya Hiashi kemudian.
"huumm aku disini bersama siapa?" tanya Hinata. "aku tak mau ditinggal bersama pelayan ayah. Aku takut dijadikan sandera –"
"kan ada Neji" belum sempat Hinata menyelesaikan kalimatnya, Hiashi sudah memotongnya.
Neji yang saat itu tengah asik mengerjakan pr nya (sekaligus menemani Hinata sampai tertidur) dan Hiashi sedang menatapnya.
"Aku hanya takut jika aku dijadikan aku bisa percaya pada Neji-niisan!" seru Hinata sambil menatap membungkuk mencium kening pergi.
"ayah memang ayah terbaik! Benar kata Sasike-kun!" seru Hinata kembali masih mengingat itu? .Bagaimana tidak?Pertemuan pertamanya dengan Sasuke merupakan pertemuan terkhirnya –setidaknya bukan untuk selamanya—.Sesudah itu Neji dengar kabar kalau keluarga Hinata langsung lupa pertemuan pertamanya dengan seorang laki laki.
'hime tersenyum eh?' kaget Neji dihatinya. Ya, Hinata tersenyum! Senyum yang berbeda.
'Hinata jatuh cinta?' pikir Neji.
"Aku tak menyangka Sasuke satu sekolah denganku!" seru Hinata bahagia. "tapi dia berubah. Dia menjadi pendiam" lanjutnya dengan raut muka yang kecewa.
"apalagi saat dia melihatku. Dia tampak asing melihatku" lanjutnya sambil memeluk boneka teddy siapa dia berbicara?Dia berbicara saja tak sengaja kuping Neji pertama memang indah .
"wah tak kusangka reaksi Hinata sepert itu!" seru si pirang bernama Naruto Uzumaki.
"akupun begitu! Mana dia duluan yang nyaranin hal itu! Rencana mulus dah! Sepertinya dia memang masih suka denganmu! Percayalah" gadis berambut pink yang duduk disebelah Naruto itu meyakinkan Sasuke yang berada tetap diam sambil mengaduk cappuccino pesanannya.
"kau jenius Naruto! Tumben…" puji laki laki berambut model sama dengan Naruto hanya saja warna rambut miliknya coklat. Dia duduk di sebelah Sasuke.
"muji apa ngejek kau Kiba?" tanya Naruto sinis. Laki laki bernama lengkap Kiba Inuzuka hanya terkekeh.
"berarti nanti aku harus bersandiwara nih? Tenang akting percayakan pada Ino Yamanaka!" sombong perempuan berambut pirang yang diikat tinggidenagn poni panjang menutup sebelah rambutnya bernama Ino Yamanaka duduk disebelah Kiba.
Sedang dimanakah mereka?mereka sedang berada disebuah café. Mereka sedang menghabiskan malam minggu bersama.
"huh! Aktingmu cuma lari Ino pig!" cibir si rambut pink.
"tapi menguras tenaga jidat!" balas Ino.
"sudahlah Sakura… masa malam minggu romantis gini marah marah?" Naruto menenangkan si rambut pink yang bernama Sakura Haruno.
"tuh, dengerin kekasihmu jidat!" perintah Ino. Ya, Naruto Uzumaki dan Sakura Haruno adalah sepasang kekasih.
"huuft, sudah pasti deh kalau double date begini…" keluh Kiba. Ya, Kiba Inuzuka dan Ino Yamanaka adalah sepasang kekasih.
"hah? Kalian lagi double date? Ngapain ngajak aku?" tanya Sasuke yang akhirnya mengelurakan suara.
"hehehe iya teme…" jawab Naruto dengan senyum khasnya.
"hah! Ngapain bawa bawa aku!" seru Sasuke bangkit dari duduknya.
"tentu saja dong! Kan aku mau memberikan laporan hasil akting bagusku" balas Sakura sambil menekankan kalimat akting bagusku sambil melirik hanya bisa mengumpat dihati.
Sasuke menghiraukan ucapan Sakura, dia berjalan meninggalkan keempat sahabatnya.
"heh teme mau kemanaa?" tanya Naruto
"pulang baka! Ngapain ganggu orang yang double date" balas Sasuke tanpa menoleh.
"Eh! Bayarin dong Sasuke! Hitung hitung keberhasilan atas misi pertamaa" pinta Kiba.
Sasuke menghela nafas. 'dasar! Yang dating sapa, yang negularin duit sapa!' keluh Sasuke dia terlalu jaim untuk berkata demikian.
"iya. Ini yang terakhir" balas Sasuke.
"Horee!"
"hem… Sa-sa-Sasuke-kun. A-a-aku aku… ma-mau..kyaa!" Hinata menjerit frustasi. Dia sudah berlatih cara membuka pembicaraannya nanti. Sudah setengah jam dia begini.
'kalau awalnya hancur. Gimana kesananya?' seru mengangguk dalam dalam oksigen disekitar paru parunya terisi penuh dan sebagai gantinya, dia mengembuskan karbondioksida.
"sa-sasuke-kun! Hinata mau berbicara! Hinata suka sama Sasuke-kun!" seru Hinata membayangkan Sasuke didepannya.
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik…
"kyaa! Kenapa malah bilang itu! Tidak, tidak boleh! Jangan kau memperkeruh keadaan!" serunya saat menyadari apa yang baru dikatakannya.
Semalam, Hinata telah dijadikan medan perang bagi akal sehatnya dan hawa nafsunya. Akal sehatnya mengatakan bahwa relakan Sasuke untuk sahabatmu dan jangan mengecewakan Sakura. Sementara itu, hawa nafsunya mengatakan kalau Hinata akan kehilangan Sasuke sudah pasti akan dimiliki temannya.
"sudahlah. Kita lihat saja besok! Tapi yang jelas aku akan merelakan Sasuke! Toh masih banyak yang lain!" serunya mantap.
[TBC]
