Hohoho. Ini fanfic pertama saya setelah lama saya ber-hiatus ria!

Yak. Setelah lama Hiatus karena sibuknya kegiatan sekolah, berlebih kepentingan mendownload anime-anime yang bagus. Gara-gara lihat gambar fan art Hetalia : Axis Powers, tepatnya pas lihat gambar AlfredxArthur.. Hahaha! *fujoshi akut* *kumat*

Sekarang saya kembali untuk membuat fic Abal-abal dan angst yang berlebihan (karena Author suka angst. Sakit perut saat membacanya itu bikin jengkel, jadinya malah suka angst).

OK, langsung saja, ya. Untuk di chapter 1 ini, baru sedikit muncul angst-angst nya, jadi saya bumbui dengan sedikit comedy.

Summary : "Arthur! Buka matamu! Bukan berarti kau boleh seenaknya mengakhiri hidupmu semudah itu, bodoh! Arthur! Arthur! Buka matamu, Arthur!"

Open Your Eyes, Arthur!

Disclaimer: Hetalia Axis Powers © Hidekaz Himaruya.

Warning : Shounen-ai, AR (Alternative Reality), AU (Alternative Universe), Angst, Abal-abal, boyxboy, BL, OOC

Genre : Angst, Hurt/Comfort (ditambah sedikit Comedy di awal)

Pairing : Alfred F. Jones (United States) x Arthur Kirkland (United Kingdom)

Author : Hitsukiro16

...

...

...

"Kenapa begitu panas? Kenapa rasanya tubuhku seperti terbakar? Kenapa tubuhku sakit dan penuh luka seperti ini? K-kenapa kepalaku serasa begitu pening sampai-sampai untuk berpikir saja aku nyaris tak sanggup. Apa ini? Apa yang terjadi padakuu?" erangku kesakitan. Rasanya tubuhku begitu sakit dan serasa terus ditusuk oleh beribu-ribu pedang dan gesekan peluru dari senapan angin, menembus tubuhku.

...

...

..

end of Arthur's POV

...

"Huwaaaa!"

Dada Arthur- pemuda bermata Hijau itu naik turun, dia hisap banyak-banyak udara disekitarnya, berharap dapat mengisi paru-parunya yang tiba-tiba kosong karena kaget dengan mimpi buruknya.

"Sial. Mimpi aneh!" umpatnya sambil mengacak-acak rambutnya.

Tak lama kudengar suara derap kaki beberapa orang yang semakin lama semakin keras menuju ke ruangan tempatku berkaget ria-tepatnya berteriak.

"Arthur! Kau tak apa?" sentak pemuda beriris biru langit sambil mendobrak pintunya. Warna mata indah itu tertutup oleh beningnya kacamata yang dia gunakan, namun tak mengurangi betapa indah warna biru itu.

"Wahhh! Lihat! Muka Arthur terlihat begitu kumal dan kusut! Ahahaha! Ivan! Ambilkan kameraku! Aku ingin mengabadikannya dalam kameraku untuk kupamerkan pada yang lainnya!" seru Francis, personifikasi dari negara Perancis ini sambil mengguncang-guncang tubuh Ivan, personifikasi negara Rusia.

"Hei, kau beneran nggak apa, kan? Mengagetkan saja. Pasti mimpi buruk, bukan?" dan Arthur hanya meng-iyakan pernyataan dari Alfred F. Jones-personifikasi Amerika.

"Ya. Mimpi buruk, dan mimpi-mimpi aneh itu terus mengusik ketenanganku saat tidur!" bentaknya sambil manyun sendiri. Alfred tertawa melihat bibir manyun Arthur.

"Ya sudah. Aku mau makan Hamburger dulu!" Alfred segera pergi keluar ruangan sambil bersiul-siul. Lalu diikuti oleh yang lainnya.

Setelah ruangan sudah sepi oleh keberadaan manusia terkecuali dirinya sendiri, Arthur menggerakkan tangan kanannya, memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pening dan berat. Sudah beberapa hari ini tubuhnya menolak untuk berkooperasi dengan dirinya, entah mengapa dirinya sudah mudah lelah dan mudah sekali terserang pusing tak tertahankan.

Dengan keadaan seperti ini Arthur pun tak mungkin memberitahu maupun meminta tolong pada yang lainnya, hal seperti ini malah akan menjadi tertawaan dan candaan bagi mereka.

"Ok. Setidaknya tubuhku tidak seletih kemarin malam. Yosh! Hari ini aku harus segera bertemu dengan Scott untuk sekedar basa-basi karena kedatangannya di England." Serunya berusaha menyemangati diri sendiri. Karena tempat Arthur berpijak sekarang adalah England, maka Arthur harus menyambut kedatangan kakak galaknya yaitu Scott.

Arthur segera bangkit, membangkitkan dirinya dan memperkokoh dirinya sambil berpegangan pada meja terdekat, berjalan menuju ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.

...

..

.

"Wah~ Segar sekali!" sambil mematikan lampu kamar mandi, dia memakai seragam hijau militer nya lalu sedikit merapikan rambut pirangnya dengan tangannya. Namun dirasa sesuatu yang aneh berada di tangannya.

Helai rambut?

"Ap—a ini?" mata Hijau itu sedikit terbelalak dengan apa yang dilihatnya didepan matanya, namun tak kentara. Sejenak Arthur terdiam, menganalisis berbagai hal mengenai keberadaan beberapa helai rambutnya di tangannya. Namun tak lama Arthur menghasut pikiran-pikiran aneh di otaknya.

"Hahaha. Bukan masalah besar, lah. Hanya rontok beberapa helai saja, kok. Arthur Kirkland, berpikirlah positif! Sudahlah! Jika aku terlihat kacau gara-gara masalah begini saja-ah , ini bukan masalah. Haaaahh, sudah! Kenapa aku memikirkan hal-hal yang tidak perlu." Langkah kaki membawanya menuju ruang tempat teman-temannya berkumpul.

"Ah, Arthur. Selamat pagi! Jadi, apa yang akan kau lakukan hari ini? Yah, mungkin bisa memberi sedikit ide padaku yang tidak tahu harus apa dan bosan ini..." ucap Alfred sambil mendelikkan kepalanya pada lipatan kedua tangannya yang ditumpu diatas meja, merasa bosan karena tidak dapat mengisi waktu-waktunya hari ini dengan kesenangan.

"Aku akan menemui Scott, Kakakku untuk menyambut kedatangannya di England, lalu aku kembali kemari, segera mengurus tugas lain. Lagipula perekonomian England sedang agak buruk, jadi aku mendapat tugas tambahan dan harus kerja ekstra untuk itu." Jelas Arthur sambil berjalan perlahan menuju pintu, lalu membalikkan tubuhnya perlahan.

"Oh. Ya sudah. Hati-hati deh." Arthur membungkukkan tubuhnya tanda permisi lalu berjalan keluar. Tapi raut muka Alfred terlihat kaget begitu.

'Kenapa, tadi Arthur membungkuk permisi, ya? Jarang-jarang dilakukan olehnya. Ckck. Perasaanku jadi tidak enak.' Batin Alfred.

...

...

..

Iris Hijaunya menyapu seluruh tempat disekitarnya, mencari rupa orang yang dia cari sedari tadi 5 menit yang lalu. Setelah beberapa kali menolah-noleh, akhirnya Arthur melihat batang hidung Scott.

Diajaknya Scott menuju ke kafe dekat situ. Setelah duduk, mengistirahatkan tubuh, mencari kenyamanan di sofa empuk yang didudukinya,lalu memesan 2 ice tea. Keheningan sejenak meraja lela di sekitar mereka berdua.

"Scott. Bagaimana kabar semuanya? Irland baik-baik saja, kan? Wales bagaimana? Kau juga baik-baik saja, kan?" tanya Arthur begitu dia berani memulai pembicaraan dengan Scott, kakaknya. Scott hanya mengangguk, memberi respon positif yang berarti jawaban postif mengenai pertanyaan yang diajukan Arthur. Arthur bernapas lega. Scott yang sedari tadi menyelipkan sepuntung rokok di bibirnya, akhirnya mulai buka suara, "Jadi, bagaimana dengan keadaanmu saat ini, Arthur?" seketika Arthur tersenyum pahit. Ternyata ketahuan ya, apa yang memenuhi pikirannya sedari tadi oleh Arthur bisa dengan mudah diketahui oleh Scott.

"Hahaha. Aku baik-baik saja, Scott." Ujar Arthur sambil menunjukkan senyum manisnya. Namun senyum itu jelas-jelas malah membuat Scott berpikir kearah yang berlawanan dengan pernyataan Arthur tadi.

"Semahir apapun kau berbohong padaku, tak ada gunanya. Kau kira segitu mudah aku kau bohongi? Hahaha. Bercanda, kau, Arthur." Arthur mengetahui dan sudah tahu kalau Scott kakaknya ini pasti merespon begitu. Hanya didepan Scott, Arthur tidak bisa berbohong.

"Yah. Seperti inilah keadaanku sekarang, Scott. Oh ya. Jaga rahasia ini pada semuanya, ya? Soalnya ak—"

"Kau tak mau dia khawatir, kan? Aku tahu jalan pikiranmu, Baka-Arthur." Scott memotong perkataan Arthur. Kata-kata Scott sudah biasa bagi Arthur, dan Arthur hanya merespon perkataan itu dengan tawa kecilnya. Setelah mereka berbincang-bincang dengan cukup santai, akhirnya Arthur mengakhiri reuni keluarga kecil itu karena masih ada urusan yang harus di urusnya.

"Baiklah, Scott. Sampai jumpa lagi." Scott hanya mengangguk, sambil berkata, "jagalah kesehatanmu. Kabari aku kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu, Arthur. Secuek apapun aku padamu, kau tetap Adikku, Irland dan Wales." Arthur awalnya agak tersontak kaget dengan 1 kalimat yang bisa dibilang cukup banyak untuk orang yang jarang berbicara itu, tapi lalu Arthur tersenyum lega. Senyumannya terasa sungguh berbeda dengan biasanya, bahagia namun ada sedikit kesedihan dan kekecewaan menggerogoti. Scott tahu itu, dia tahu senyum itu buruk bagi adiknya ini.

"Baiklah, terimakasih, Scott. Titip salam untuk semuanya, ya!" Arthur lalu beranjak pergi dari situ. Scott memandang punggung adiknya hingga menghilang di balik pintu kafe. Sorot khawatir terpancar jelas dari mata Scott. Namun Scott juga tak bisa berbuat banyak untuk Arthur.

...

...

..

Arthur berjalan di taman yang cukup sepi. Matahari masih dengan terik, masih bersedia menyinari bumi ini dengan sinarnya yang terang dan cukup panas. Arthur memandang langit yang masih berwarna biru terang, mungkin sama seperti warna mata Alfred.

"Huh? Ngomong-ngomong, masalah Alfred? Kenapa aku tiap melihat mata Alfred, rasanya aku sungguh tenang, ya? Hihihi. Alfred itu walau terlalu Hiperaktif sekarang, dulu dia adalah anak yang masih polos dan belum tahu apa-apa. Sejak Alfred berpisah dan memilih untuk membebaskan dirinya dan berdiri mandiri, awalnya aku juga tidak rela, namun aku tidak bisa menganggapnya anak kecil terus, walau pikiranku juga memang begitu, sih." Arthur berbicara sendiri. Ya, dia tak butuh seseorang untuk mendengarkan curhatannya. Lagipula akan menjatuhkan derajat dan wibawanya jika dia mengeluarkan curahan hati didepan teman-temannya, kan.

Arthur menutup mukanya dengan tangan kanannya, merundukkan tubuhnya, merasa tak berdaya.

"Aku merasa.. hidupku akan lebih berat dari biasanya." Sergahnya pelan. Air mata setitik keluar dari sudut matanya, iris Hijaunya terasa lebih redup dari biasanya, terlapisi bening air mata yang menuruni melewati pipinya secara perlahan. Dia tak mungkin menangis didepan teman-temannya.

'Aku.. tak mungkin menangis didepan Alfred, Scott, Ivan, dan yang lainnya... Tapi.. aku tak memiliki siapapun untuk melampiaskan semuanya..' batin Arthur dalam hati.

"Aku... takut menutup mataku.. Aku takut tak bisa melihat-dunia lagi. Aku, tak mau memutup mataku lebih cepat dari yang lainnya." Tubuh Arthur bergetar, menahan tangisnya agar mau berhenti, tapi, walaupun dia menahannya, air mata itu tak mau berhenti.

Tik

"Eh.. Air?" Arthur melihat ke langit, titik-titik hujan mulai membasahi dirinya. Arthur tetap di tempatnya, tak bergerak sedikitpun. Merasakan betapa dingin hujan ini mengguyurnya.

Setelah beberapa lama dia disitu, dia malah merasa nyaman disitu, matanya menutup secara perlahan, dan tanpa disadari nya, Arthur tertidur ditengah hujan.

...

...

.

"Nyanyanya.. Harmburger yang masih hangat itu memang enak! Harus segera kubawa pulang untuk dimakan bersama Ivan, Francis dan yang lainnya!" Alfred berjalan dengan senangnya sambil membawa sebungkus besar berisi Hamburger kesukaannya. Dia berjalan melewati taman yang cukup sepi. Tanah masih agak becek karena hujan yang baru saja mengguyur. Butir-butir hujan setitik masih menetes. Dia berjalan pelan melewati taman itu.

Dia melihat-lihat sekitar. Matanya tak sengaja melihat seseorang yang duduk di kursi taman di situ. Tapi Alfred tak bisa melihat siapa orang itu karena orang itu duduk menghadap ke taman bunga didepan, sedangkan Alfred berada dibelakang punggung orang itu, dan Alfred harus melihat untuk memastikan siapa dia. Karena dari warna rambut dan pakaian yang dikenakan, dipastikan bahwa Alfred mengenal orang itu.

Alfred mendekat dan melihat siapa orang itu untuk memastikan kebenarannya. Alangkah kagetnya Alfred karena pemuda yang dilihatnya sekarang adalah..

"Arthur! Hoii? Arthur?" Alfred melihat ada yang tidak beres pada Arthur.

'Kenapa Arhur tertidur disini? dan kenapa Arthur terlihat basah kuyub begini?'Alfred mengguncang-guncangkan tubuh Arthur dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya memegang bungkusan besar hamburger. Tak lama setelah Alfred mengguncang-guncangkan tubuh Arthur, Arthur tersadar.

"Lho? Aku? Tertidur, ya? Yah. Seragamku basah!" Alfred lega karena Arthur masih bisa memprotes dirinya sendiri.

"Hoi, Arthur, ayo kita pulang. Lagipula ngapain sih kamu disini? basah kuyub begitu?" Arthur hanya terkekeh.

Saat Arthur berdiri, tiba-tiba kepala Arthur terasa sangat pening dan pusing yang tak tertahankan, tubuhnya lemas seketika, di jatuh terduduk sambil menahan tubuhnya dengan tangan kanan memegangi kepalanya dan tangan kirinya meremas tanah. Alfred yang kaget langsung menaruh bungkusan yang dipegangnya dan memegangi tubuh Arthur.

"Arthur, kau kenapa?" Arthur menggeleng pelan, tapi kepalanya terasa pening sekali.

'Aku.. tak boleh pingsan disini.. Alfred ada disini, dia tak boleh tau keadaanku sekarang, ta-tapi... SIAL! Kepalaku, sakit sekali... ugh.. sialll!' Arthur berusaha untuk memperlihatkan dirinya baik-baik saja.

Arthur berdiri dengan perlahan, "aku baik-baik saja, Alfred. Ayo kita pu—" seketika dunia berputar dengan cepatnya, tubuhnya terhuyung ke kanan dan akhirnya tubuh berbenturan dengan tanah.

"Arthurr!" Alfred memegangi tubuh Arthur yang berada di tanah yang dingin itu, dan segera menggendongnya kembali ke rumah.

...

..

.

"Francis! Tolong siapkan Air es dengan Handuk! Yao! Tolong buatkan bubur buatanmu!" Alfred berlari sambil menggendong Arthur yang tak sadarkan dirinya menuju kamar Arthur. Seragam Arthur basah, tak mungkin kalau Arthur dibiarkan tidur dengan keadaan seperti itu.

Francis sibuk dengan refrigenerator dan es batu, Yao sibuk di dapur, dan Ivan? Sibuk melihat Yao memasak.

Kalau begini caranya, Arthur bisa tambah buruk. Pipi Alfred memerah. Pikirannya agak nekat, tapi ini harus dilakukannya.

Alfred membuka seragam Arthur, lalu Alfred mengambil handuk kering dan mengeringkan Arthur dengan cepat, lalu segera mengganti baju Arthur dengan pakaian kering. Begitu pula dengan celana yang digunakannya. Sejenak Alfred berhenti, menggusah pikiran kotornya lalu segera mengganti semua nya dengan pakaian kering.

Setelah selesai, lalu Alfred menyelimuti Arthur. Francis dan Yao serta Ivan datang dengan kerjaan masing-masing, minus Ivan.

"Wah, hebat, sudah kau gantikan pakaian Arthur, eh, Alfred?" Alfred hanya mengangguk sambil menutupi pipi merahnya.

Francis lalu menaruh handuk dingin itu dikepala Arthur yang tertidur dengan napas yang tidak teratur.

"Jadi apa yang terjadi padanya?" tanya Yao pada Alfred.

"Aku menemukannya di taman dengan keadaan tertidur dan pakaian yang basah. Pikirku dia tertidur di taman lalu kehujanan, tapi dia masih terlelap." Ivan mengernyutkan alisnya.

"Mungkin dia hujan-hujanan lalu demam." Francis mengangguk sepaham dengan Ivan.

"Yah, kita lihat dan tanyakan saja saat dia sadar nanti." Kata Yao sambil menaruh nampan di meja.

TBC

Wah, Chapter 1 yang panjang juga. OK, disini mereka agak OOC ya, ok, karena saya harus banyak belajar mengenai Hetalia lebih lagi, saya menunggu review dari Anda semua! XD
Semoga fic ini cukup menghibur. Cekidot dan tunggu kelanjutan fic ini, ya!

Review sangat diharapkan!

Arigato, Minna! XD

Hitsukiro16.