Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto. Sebenernya sih, pengen banget jadi punya Aya... TTmTT"

Pairing: entahlah =.= *plak* SasuHina slight GaaHina kaga aneh, kan? *puppy eyes mode on*

Warning: alur cerita terlalu membosankan =.= Hinata amat sangan OOC =.= dan... kependekan =.= bahasa kaga asyik, dan so on lalalalala *plak*


Selamat malam minna-san ^^ *padahal sore* *plak* Ini fict pertama Aya 0w0 sebenernya idenya muncul waktu masih kecil, tapi nggak pernah terwujud TTmTT jadilah masuk fanfiction ^w^ karena Aya masih newbie, minta kritik saran ya senpai~~~ *gaje mode on* *plak*

Warning again: kaga ada humor sama sekali di sini! Bagi yang nggak suka cerita serius, segera get out dari fict ini! :P *plak again*

Nah nah ^^ enjoy~~~~~ *plakplakplakplakplak again karena alaynya*


Ch. 1 : Prologue

10 tahun yang lalu

"Sol mi mi... fa le le... do... Uaaah... susah," gerutu Hinata.

Gadis kecil yang masih cadel itu menutup tuts-tuts piano dengan secarik kain panjang, seperti yang biasa sepupunya lakukan bila selesai menggunakan piano. Namun, sebelum tertutup sempurna, ia masih menangkap kilau sebuah untaian di sela-sela tuts piano. Sebuah kalung.

Hinata tertegun, meraih kalung itu. Di bandulnya yang berbentuk persegi kecil, ada ukiran huruf yang amat kecil. Huruf S.

-oOo-

"Sasuke, sudah Ibu bilang, jangan main bola sembarangan!" seru Ibu marah. "Main bola kan, bisa di halaman belakang. Jangan di halaman depan! Nanti kau merusak tanaman hiasku."

Sasuke menggerutu. Sudah tidak punya teman di lingkungan rumah elit ini, main bola saja ada aturan-aturan mengekang. Di kamar tidak boleh (padahal kamarnya luas dan lapang) apalagi di halaman depan (katanya nanti merusak tanaman hias ibunya). Dengan berat hati, ia berjalan menuju halaman belakang dan melempar-lempar bolanya.

Tidak enak main sendiri, Sasuke menggerutu lagi.

Dugh! Bola sepaknya terlempar ke semak-semak.

"Bola sialan," lagi-lagi Sasuke menggerutu. Dipungutnya bola itu, dan tercenung ketika melihat jarinya tersangkut sesuatu.

Sebuah kalung. Dengan bandul persegi kecil dan ukiran yang amat kecil di tengahnya, sebuah huruf.

Huruf H.

-oOo-

Sekarang

Masa orientasi sekolah! Masa yang paling dibenci anak-anak umur 15 tahun yang akan naik ke kelas 10. Makanan aneh, dandanan aneh, dan hukuman yang selalu membuat malu. Dan tugas-tugas aneh yang diberikan kakak kelas lainnya.

Hinata mendesah berat, putus asa.

Diraihnya seragam sekolah lamanya, dan memakainya secepat mungkin. Sarapan pagi sudah menunggu. Perutnya keroncongan minta diisi (itu ritual perut yang selalu dirasakannya setiap pagi). Intinya, ia ingin cepat-cepat sampai sekolah barunya dan memulai hari barunya. Sebagai siswa baru, tentunya.

Ia harus membawa 'kakak perempuan yang manis' (teh manis), 'permen kayu' (woods), 'minuman empuk' (segala jenis softdrink, Hinata tidak peduli mereknya apa), dan 'roti kepala' (roti rasa kelapa). Ia tidak menemukan makanan yang terakhir, meskipun ia tahu apa maksudnya. Dan Hinata hanya pasrah bila harus dihukum. Hhh...

-oOo-

"Keluarkan semua barang yang kalian bawa," kata Temari. Meskipun kakak kelas itu sudah berbicara selembut mungkin, tetap saja terdengar sangar.

"Yang pertama, 'kakak perempuan yang manis'," sahut Karin, kakak kelas kedua. Semua murid (termasuk Hinata) kompak mengacungkan teh manis yang mereka bawa.

"Kedua, 'permen kayu'." Semua kompak menunjukkan sebungkus permen Woods.

"Ketiga, 'minuman empuk'." Hinata dan yang lainnya mengangkat sebotol (atau sekaleng) softdrink yang mereka bawa (pula).

"Keempat, 'roti kepala'. Makanan terakhir. Ada yang tidak bawa?" tanya Temari. Semua menunjukkan sebungkus roti rasa kelapa... kecuali Hinata."

"Hinata Hyuuga," tegur Karin, membaca name tag yang ada di dada Hinata. "Kau tidak bawa 'roti kepala'?"

"Sa-saya... tidak menemukannya, Senpai..." kata Hinata sambil menunduk takut.

Temari dan Karin berpandangan. "Oke. Sesuai kesepakatannya, kau akan diberi hukuman," kata Temari. "Tapi... hukuman apa, ya?"

-Sekelas sweatdrop jamaah.-

"Begini saja," kata Karin. "Kau harus mendapatkan tanda-tangan Ketua Sie. Olahraga, Sasuke Uchiha. Bagaimana caranya, pikirkan sendiri. Oke?"

"Tunggu dulu," sela salah satu murid. "Bukannya biasanya hukuman itu dengan ketua OSIS?"

Karin menggeleng. "Terlalu mudah mendapat tanda tangan Ketos. Lagipula, dia pasti bosan dijadikan hukuman untuk anak-anak MOS. Sasuke Uchiha lebih susah untuk diminta tanda tangannya. Dan itu tantangan buatmu," matanya menatap tajam pada Hinata. "Oke?"

Hinata mengangguk. Sudah berapa kali ia pasrah hari ini.

-oOo-

TENG... TENG...

"Upacara pembukaan Masa Orientasi Sekolah," gumam cowok itu. "Aku sudah hafal."

Semua murid (dan peserta MOS) berlarian menuju lapangan. Upacara berlangsung khidmat. Tidak bagi Sasuke, yang selalu malas menjalani upacara seperti ini. Buang-buang waktu.

Meskipun masih kelas 11, tetapi ia sudah dipilih menjadi salah satu anggota OSIS. Kenapa? Sederhana, karena ia murid yang paling pintar di angkatannya. Dan amat berbakat di bidang basket dan sepak bola. Satu lagi, semua penggemarnya mendukungnya. Lokernya selalu penuh dengan surat cinta, dan ia selalu diminta atau diajak (lebih tepatnya dipaksa) kencan bareng cewek yang ngefans setengah mati dengannya. Sampai detik ini, ia masih belum punya pacar. Karena... semua wanita itu sama.

Kecentilan!

-oOo-

"Sasuke... Sasuke... Hmm... Ciri-cirinya seperti..." gumam Hinata. Ia mencoba mengingat 'penjelasan' salah seorang kakak kelas cewek yang bukan anggota OSIS tadi. Namun, 'penjelasan' itu tidak terlalu membantu.

"Pokoknya, dia cowok yang paaaling keren di sekolah ini!"

Penjelasan apaan, tuh?

Untung ia ingat, setiap anggota OSIS selalu membawa name tag kecil yang dikaitkan di sakunya (tentu saja bukan name tag besar yang dikalungkan berwarna pink cerah seperti punya Hinata). Dan semoga saja, ia bertemu dengan seseorang ber-name tag 'Sasuke Uchiha'.

BRUAKK!

"Eh, mmm... Maaf Senpai, saya tidak seng..." permintaan maaf Hinata terputus begitu membaca nama yang tertera di saku cowok itu. Sabaku no Gaara. Hinata tercekat. Itu, kan Ketos!

Mampuslah gue! Semoga Ketos-nya baik.

"Lain kali jangan di ulang lagi. Hei, kamu peserta MOS itu, ya?" tanya Gaara.

Benar, Ketos itu ramah sekali, pikir Hinata. "Eh... iya."

"Oh, baiklah. Ayo Sasuke," Gaara tersenyum, dan kembali berjalan bersama seseorang di sebelahnya. Hinata yang melamun (terpesona karena Ketos yang ramah dan senyumnya cute itu) sampai tidak sadar bahwa orang yang ia cari sudah lewat di depan mata.

"Eh, Sas-Sasuke? Sasuke UCHIHA? HEI, TUNGGU!" seru Hinata. Ia mengejar Sasuke dan Gaara secepat yang ia bisa. Ia tidak mau melewatkan kesempatan ini (sekalian memandang wajah Gaara lebih lama lagi).

"Apa lagi?" tanya Sasuke ketus. Dalam hatinya ia bergumam. Cantik juga.

"Sasuke-senpai, a-ku ingin minta ta-tanda tanganmu... Sekali ini... saja! Ku-kumohon," pinta Hinata seraya menyodorkan secarik kertas dan pulpen.

Gaara terdiam sejenak, menoleh pada Sasuke yang merebut kertas dan pulpen dari Hinata, meskipun tidak menuliskan tanda tangannya. Matanya tertuju pada leher Hinata.

"Kalung siapa itu?" tanya Sasuke.

"Eh... Aku mene-menemukannya... waktu umurku masih... masih 5 tahun... 10 tahun yang lalu. Memang ke-kenapa?"

"Tidak," geleng Sasuke sambil membubuhkan tanda tangannya di atas kertas, lalu mengembalikannya pada Hinata. Gadis itu tersenyum manis (10% untuk Sasuke, 90% untuk Gaara tentunya).

"Maka-makasih, Senpai," Dan kemudian, ia tersenyum hangat dan (paling) manis untuk Gaara. "Maka-sih, Gaara-senpai..."

-oOo-

"Aneh. Ia memanggilku dengan 'senpai', tetapi memanggilmu dengan sebutan 'Gaara-senpai'..." kata Sasuke datar.

"Sama saja," komentar Gaara.

"... Dia lebih menghormatimu," sambung Sasuke.

"Tentu saja. Aku kan, Ketos. Oh iya. Kau penasaran dengan kalung Hinata?" tanya Gaara.

"Hah? Tidak. Hanya merasa pernah melihatnya waktu kecil saja," geleng Sasuke. Matanya menerawang, saat ia masih berusia 6 tahun...

Sebuah kalung yang persis dengan yang ia temukan di semak-semak. Bahkan, sekarang Sasuke masih menyimpannya dan selalu membawanya ke mana pun ia pergi.

Sebuah kalung...

-oOo-


Tokoh Sasuke jadi aneh sekali ya? *garuk-garuk kepala* Aya sudah berusaha u.u" maaf ya, Karin jadi kakak kelas di sini ^^" kalo ada yang keberatan, di review aja ya ^^"

Note: mohon maaf untuk penggemar Hinata dan Gaara karena sudah menghancurkan image tokoh idola anda TT^TT" *lebay* *plakplakplak*

Kasih saran untuk pengembangan fict yang lebih baik ya senpai u.u biar chap selanjutnya lebih baik dari ini ^^

wanna review? 0w0