Disclaimer: kalau TMNT punya saya, akan saya buat dalam versi Yaoi #taboked
Fict pertama saya di fandom TMNT! Akhirnya publish juga setelah lama hiatus!
-0-0-
Awalnya kukira jadi orang tua itu mudah, apalagi kalau anak-anakku sangatlah beda dari anak-anak lain. Yah… kukira. Tapi nyatanya, mendidik anak-anak yang satu ini lebih sulit daripada yang kubayangkan. Karena mereka lebih daripada anak-anak lain. Mungkin akan kuceritakan sedikit tentang anak-anak ini.
.
Contohnya saja saat mereka bangun tidur. Aku harus meneriaki mereka dulu seperti, "Leo, bersihkan kamarmu" atau "Donny! Tinggalkan teleponmu dulu, bersihkan kamarmu" dan mereka akan menjawab, "sensei, sebentar lagi. Aku sedang sibuk". Kalau sudah begitu, rasanya aku sangat kesal dan aku langsung pergi meninggalkan mereka. Dan setelah itu, mereka tidak akan membereskan kasurnya lagi.
Hari ini, seperti hari-hari biasa. Mereka bangun dan sarapan, tanpa membereskan kasur. Bahkan ketika sarapanpun mereka sering bertengkar dan itu sangat menggangu pagiku yang tenang. "Diam!" jeritku setiap pagi. Mereka langsung diam dan menghabiskan sarapan masing-masing dengan wajah merengut. Lalu, pergi ke tempat kerja masing-masing. Kadang-kadang, Raphael dan Leo tinggal di rumah dan rumah jadi sepi, maksudku, tidak begitu sepi karena kadang-kadang mereka bertengkar.
.
Siang itu, aku bermeditasi. Tapi,meditasiku tidak berjalan lancar, aku merasakan sesuatu yang aneh. Bukan hanya aneh, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang tidak baik dan perasaan itu diikuti oleh suara "PRANGG". Apakah ada seseorang yang memecahkan piring? Maka aku pun keluar dari kamarku dan mendapati Leo terjatuh di tumpukan gelas pecah dan badannya berdarah. Di hadapannya, Raphael sedang berdiri dengan tangan mengepal. Tanda-tanda ini…. Sepertinya mereka sedang bertengkar. Hal ini memang sudah sering terjadi tapi aku tetap saja tidak bosan memarahi mereka. Karena ada satu hal yang membuatku tidak pernah bosan, mereka HARUS dididik. "Raphael, Leonardo, ikut aku" kataku dengan suara agak meninggi. Wajah keduanya langsung pucat. Aku langsung berjalan menuju kamarku dan mereka berdua mengikutiku dari belakang. Di kamar, aku langsung menanyakan alas an mereka bertengkar dan seperti biasa, hal yang membuat mereka bertengkar adalah hal sepele.
.
Itu baru siang, belum lagi ketika makan malam, mereka akan bertengkar tentang makanan apa yang akan dimakan malam itu. Kalau sudah malam, aku malas mengurusi mereka sehingga April biasanya datang membawa makan malam. Inilah hari-hariku bersama anak-anakku, kurasa aku hanya menceritakan sisi buruk mereka saja. Tentu saja karena sangat jarang sisi baik mereka bisa kutemukan di rumah.
-0-0-
Terlalu pendek ya? review!
