Stevan menghantamkan knucklenya ke arah Setsuna dengan sekuat tenaga. Tangan kirinya yang patah sudah berlumuran darah sedangkan tangan kanannya masih ayik menarikan pukulan pukulan kesana kemari dengan gesitnya.

Setsuna, masih menggegam erat double daggernya, membalas setiap pukulan dan hantaman bertenaga Stevan dengan sabetan ringan namun mematikan. Dengan tubuh kurusnya itu Setsuna masih punya tenaga untuk bertarung melawan Stevan meskipun kondisi tubuhnya sendiri tidak terlalu baik.

Mereka bertarung tanpa mempedulikan kondisi tubuh mereka dan keadaan sekitarnya dimana banyak darah berceceran dan kegelapan membayangi. Mereka tidak peduli. Satu kata yang ada di benak mereka….

Fight!

FIGHT UNTIL THE END

Disclaimer : Ragnarok Onlain bukan punya saya, kalo iya pasti udah saya bikin chara-chara cowoknya jadi bishie 3Dsemua XD

Summary : Magnus Exorcismus yang menyegel Glast Heim mebuat semua penduduk Midgard melupakan bekas ibukota yang megah itu. Namun mengapa masih tersisa tiga petualang yang mengingatnya?

Part One ~ Oblivious

Glast Heim memukau mata seluruh penduduk Midgard dengan menghancurkan dirinya. Satu malam berkabut yang dilatari kesepian telah meruntuhkan kota utama Rune Midgard dengan tenangnya. Satu malam gelap yang merubah segalanya. Merubah kehidupan seluruh penduduk Midgard, seluruh aliran kematian yang mengalir begitu deras layaknya sungai, seluruh kehidupan dua anak manusia yang terikat takdirnya dan tak mungkin melepasnya begitu saja.

Dan sekarang, masa itu baru saja akan dimulai….

Beribu ribu prajurit Midgard's Army meneriakkan seruan perang mereka masing masing yang mungkin akan menjadi lagu terakhir pengantar kesunyian berikutnya. Penyerbuan Glast Heim, sebuah kota yang dulunya menjadi pusat perdagangan dan kehidupan rakyat Midgard, sebuah kota raksasa yang hampir menyaingi Prontera, ibu kota Midgard itu sendiri. Namun kemudian dewa itu jatuh dalam kegelapan yang diciptakan oleh tangannya sendiri.

Saat sebuah insiden terjadi, orang orang yang tinggal di sana tak mampu menahan serbuan kegelapan yang tiba tiba menerak datang dari celah kecil di hati manusia, dan di sanalah ia.

Ia yang menelan seluruh titik cahaya yang ada di muka bumi ini tanpa menyisakan setetes pun demi kehidupan manusia. Dia yang memusnahkan manusia untuk tujuan tersebut. Menjadikan dunia ini total diliputi oleh kegelapan. Bulan kegelapan, matahari kegelapan, bintang kegelapan, dan terutama hati yang diliputi oleh kegelapan.

Glast Heim meraung seiring lenyapnya titik cahaya terakhir yang dipantulkan bulan kepadanya. Namun bumi mengejang, seakan tak percaya apa yang teradi di atas kulitnya yang dulu indah.

Glast Heim ternoda darah berikutnya. Tubuh manusia bergelimpangan, nyawa nyawa beterbangan lepas dari tubuhnya hanya demi mempertahankan dunia yang mereka percaya sebagai tempat menitipkan hidup.

Dan kemudian, makhluk makhluk fana itu menang.

Masih di malam yang berkabut lembut, satu bulan setelah perang dimulai, orang orang yang selamat dan putus asa mulai mencoba cara terakhir mereka untuk menyegel semua yang ada di dalam glast Heim, tak peduli apapun itu.

Orang orang berbaju putih panjang mengelilingi Glast Heim, berusaha merapalkan kata kata terakhir yang bersemayam dalam benak, mencoba mengeluarkan segel terakhir.

Satu cahaya putih menerjang kegelapan seiring spell terakhir dilepaskan oleh para penjaga kesucian. Dan saat Magnus Exorcismus bergema, Glast Heim sudah hilang dari ingatan penduduk Midgard.

***

Seorang paladin muda bejalan sambil menutupkan tangannya ke mulutnya yang sedang menguap. Ia mengamati kanan kirinya, memeriksa apakah ada yang aneh dengan bangunan yang dijaganya. Prontera Castle. Malam hari yang menyelimuti kastil ini membuatnya tampak begitu berbeda dengan siang harinya.

Jika pada siang hari tempat ini ramai menjadi ajang pelatihan swordman atau knight pemula dan penuh lalu lalang orang yang berkepentingan dengan kerajaan, maka di malam harinya tempat ini lebih terasa seperti Sunken Ship. Sepi dan menakutkan.

Seraya menyarungkan kembali Claymorenya, Paladin muda itu berbalik menuju ke pos penjagaan para Kingdom Guardian. Tapi pada langkahnya yang ketiga, Paladin itu mendengar sesuatu di telinganya, sebuah nyanyian lirih merdu dan gemerincing bel.

Penasaran ia mendatangi asal suara, yaitu dari balik tembok sayap kanan kastil. Setelah ia memeriksa semua semak dan tembok yang ada di sana dan tidak menemukan apa apa, ia memutuskan untuk kembali. Suasana kembali tenang.

Nyanyian itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan setiap kata terdengar bagai dibisikkan tepat di telinganya.

Heal your fear.... let your scars of death arise... dont let the darkness fall...

Dan seketika itu juga sang Paladin muda mencabut Claymore nya dan meneriakkan sederetan spell khas Paladin ke asal terdengarnya suara. Tak ada yang terjadi dan suara itu lenyap. Terengah engah Paladin itu berlari kembali ke markas untuk melaporkan hal itu, tapi saat ia hendak membelok ke bangunan utama kastil, sesosok bayangan menghadangnya.

"Grand Cross!!!", seru Paladin itu dan tiba tiba di sekelilingnya mucullah cahaya putih menyilaukan berbentuk salib besar. Darah segar keluar dari mulut paladin itu.

Sosok bayangan tadi hanya tertawa, serak seakan akan sudah setahun lebih ia tidak bersuara.

"Wrong spell... dude...", ujar bayangan itu lirih.

Dan kemudian, kesunyian kembali melatari.

***

"Hei! Reveline! Kau sudah mendengar berita itu?!!", teriak seorang Lord Knight yang baru saja masuk bar. Begitu melihat High Priest sahabatnya duduk sendirian menikmati secangkir kopi, ia langsung berteriak begitu saja dari pintu bar. Yang diteriaki hanya menunjukkan wajah malu sekaligus sebal.

Lord Knight itu, Locke, menghampiri Reveline dengan bersemangat, memesan segelas bir dan melanjutkan kehisterisannya.

"Kau sudah dengar? Kau sudah dengar?", seru Locke tak kira kira yang membuat pengunjung bar lain meliriknya dengan tatapan tak enak.

"Dengar apa?", gumam Reveline pelan, tangan kirinya memainkan rosario yang tergantung di lehernya.

"Itu! Kerajaan membutuhkan orang orang baru untuk ditempatkan di Kingdom Guardian! Bayangkan! Pekerjaan menjanjikan dengan gaji besar dan tidak akan terlalu sulit kan?", ujar Locke lagi.

Reveline hanya menggeleng perlahan.

"Tapi kau tahu kan, apa yang membuat semua Kingdom Guardian minta keluar? Apa kau sudah memberitahu Aidan tentang ini?", jawab Reveline, masih dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Belum belum, tapi kalau ia tahu pasti ia mau", ujar Locke.

"Kau yakin?", tanya Reveline balik.

"Yakin seyakin yakinnya", jawab Locke seraya menganggukkan kepalanya kuat kuat sampai Solar God Helm yang bertengger di atasnya terancam jatuh.

"Lagipula...", ujar Locke selanjutnya sambil melambaikan jarinya memberi tanda pada Reveline untuk mendekatkan telinga. Locke membisikkan sesuatu pada Reveline.

"APAAAAAAAAAA!!!!!!!???????? KAMU SEURIEUS??!! AKU JUGA MAU MAU MAU MAU MAU!!!!!!!!!, seru Reveline tiba tiba sambil melompat berdiri dari kursinya.

Locke tersenyum.

"Sudah kuduga kau akan mau. Ayo kita ke istana sekarang", ajak Locke. Reveline membayar minumannya dan mereka berdua berjalan keluar dari bar dengan hati riang.

"Lalu... dimana Aidan sekarang?', tanya Reveline kemudian, di saat mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju gerbang utama kastil Prontera.

"Yahhh.. paling sebentar lagi juga sampai. Dia baru aja pulang dari Morocc, dia pulang setelah aku kasih tau kalo bakal ada pekerjaan menyenangkan yang nunggu kalau dia balik ke sini...", jawab Locke bersemangat.

"Memang ada urusan apa dia ke Morocc? Bukannya...", Reveline sedikit ragu ragu unuk meneruskan kalimatnya karena ia tahu kalau kalimatnya selesai, akan muncul sebuah kata yang mengingatkannya pada sebuah kejadian tak menyenangkan yang sudah hampir terlupakan olehnya dan Locke.

"Oohh cuma ada sedikit urusan bisnis. Kamu tahu orang kayak Aidan itu memang mata duitan -_-a (melebihi kamu, pikir Reveline), jadi kesempatan sekecil apapun nggak bakal dia lewatin", sahut Locke lagi sementara mereka melewati bangunan Knight Guild.

"Yeah... here we are... saatnya kerja. Let see... pasti kita diterima langsung ",seru Locke pede. Di sampingnya Reveline mengcast Ruwach dan magnificat. Ia sudah tahu rahasia umum di kalangan para priest, bahwa jika kau mau melamar pekerjaan, rapallah semua spell suportif termasuk ruwach, dan pastikan bahwa kau selalu tampak waspada dan selalu siaga.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam portal, dan menemui seorang knight tua yang menjaga gerbang.

"Permisi... kami berdua hendak melamar pekerjaan disini...", ujar Locke ramah. Ia tak ingin memberi kesan buruk bahkan terhadap penjaga yang sudah tua seperti ini.

"Apa?! Kalian berdua mau melawan keperjakaan?!", balas penjaga itu dengan berteriak. Rupanya karena ia sudah tua pendengarannya sudah sangat berkurang.

"Zzzzz.... enaknya gua bacok apa gua tusuk yah /an ",gumam Locke. Sifat locke yang angin anginan memang membuatnya cepat naik darah.

"Apa?! Kamu mau ngocok apel tua busuk?!", balas penjaga itu lagi. Locke sudah geram dan terlihat sangat ingin mencabut zweihandernya, tapi tepukan ringan di bahu Locke menghentikannya.

Reveline maju mendekati penjaga itu dan membisikkan sesuatu padanya. Setelah Reveline selesai, pria tua itu mengangguk anggukkan kepala khidmat dan berkata, "Akhir akhir ini sedikit sekali orang yang mau melamar pekerjaan sebagai Kingdom Guardian. Tapi baiklah.. ayo ikut aku", ujar kakek tua itu pada akhirnya sebelum ia pergi menuju ke sebuah pintu di kiri gerbang. Reveline tersenyum penuh kemenangan pada Locke yang hanya bisa bengong lalu mengikuti pria tua itu. Locke pun mengikutinya sambil nggrumbel sebal.

"Silakan masuk", ujar pria tua itu sambil membuka sebuah pintu kayu. Locke dan Reveline masuk ke dalamnya, lalu pintu itupun tertutup.

Ruangan itu remang remang, bahkan cenderung gelap. Tapi di tengah keremangan tak menyenangkan itu terdapat sebuah lentera yang cahanyanya agak menyilaukan, terletak di atas sebuah meja kerja yang terbuat dari kayu. Di belakang meja kerja itu duduklah seseorang yang menundukkan kepalanya sampai menyentuh meja dan ia sedang menulis sesuatu.

Reveline berdeham agak keras. Sosok itu mengangkat kepalanya dari berlembar lembar perkamen yang sedang ditulisinya.

"Mau apa kalian datang menemuiku? Aku tidak punya banyak waktu", ujar sosok itu dingin. Kemudian ia kembali melanjutkan kegiatanya menulis di atas perkamen itu.

"Kami ingin melamar menjadi Kingdom Guardian. Kami dengar Kingdom Guardian sedang kekurangan tenaga", jawab Locke mantap. Tiba tiba sosok itu berdiri, ia adalah seorang scholar dengan baju merah yang lusuh dan rambut yang berdebu. Kelihatannnya usianya masih muda, namun mungkin terkurung di tempat ini dalam waktu yang cukup lama membuat ia tampak lebih tua daripada seharusnya.

"Siapa nama kalian?", tanya scholar itu tanpa menatap ke depan.

"Aku Locke Rosenheim dan High Priest ini Reveline Sherridan", jawab Locke.

"Kalian benar ingin melakukan itu?", tanya scholar itu ragu ragu. Spontan Locke dan Reveline mengangguk, menyatakan kemantapan mereka.

"Umm... baiklah. Boleh aku lihat kemampuan kalian?", tanya scholar itu. Nada keragu raguannya mulai menghilang. Setelah Locke dan Reveline mempersilahkan scholar muda itu menguji kemampuan mereka berdua, scholar itu mengeluarkan beberapa bongkah batu dari kantongnya dan mengucapkan beberapa patah kata. Saat ia selesai, dilemparkannya batu itu ke dekat kaki Locke dan Reveline, dan bersamaan dengan batu itu menyentuh lantai, sebuah cahaya tipis membentuk land protector berukuran kira kira 5x5 meter terbentuk di sana. Cahay tipis lembut itu menyinari ruangan tersebut dan memperlihatkan pada Locke serta Reveline bahwa sebenarnya ruangan itu luas, hanya dipenuhi dengan buku.

Scholar itu berdeham.

"Baiklah... kalau kalian sudah siap, akan kulemparkan bloody branch ini ke sana", ujar scholar itu, masih belum beranjak dari belakang mejanya.

"Kami siap kapan saja bloody branch itu mulai bereaksi", seru Reveline di antara assumptionya. Locke beryeah menyetujui.

"Baiklah... aku tidak akan membantu kalian. Aku akan diam disini dan menyaksikan bagaimana kalian mengatasi... ini", kata scholar itu sambil melemparkan sebatang ranting kering yang tadi tertata rapi dalam vas tembikar aneh di atas mejanya.

Dan saat ranting kering kecoklatan itu menyentuh lantai area yang sudah dilindungi land protector, ranting itu berderak patah dan mulai tampaklah bayangan sesosok monster yang sudah sangat dikenal oleh seluruh manusia Midgard yang memiliki jiwa petualang. Doppelganger.

Kini semua tahu, bahwa sosok asli Doppelganger hanyalah bayang bayang hitam tak tertembus cahaya yang melayang ke manapun ia suka. Tapi sedetik kemudian bayangan itu mulai merubah sosoknya, meniru apa yang ada di depannya.

"Hei!! Itu kan mukaku! Tapi kok rada mlengse begitu??!", seru Locke kesal setelah melihat doppelganger itu berubah menyesuaikan dengan wajahnya.

"Iya tapi kok itu rambutku? Zzzzz... kacaw bener ini doppel", gumam Reveline agak sebal. Memang doppelganger di depan mereka agak membingungkan. Pertama, karena ia adalah Doppelganger baru yang belum pernah berubah jadi apa apa. Dan kedua, musuh yang ada di depannya ada dua. Jadi ia mengambil wajah Locke untuk ditiru, tapi dengan rambut Reveline, dan untungnya dengan tubuh dan kemampuan Reveline sebagai High Priest sehingga Locke tak akan mengalami banyak kesulitan saat harus berhadapan dengannya.

"Tapi whatever lah! Ayo beresin plagiat ngga mutu ini! Bowling Bash!", seru Locke sambil mengayunkan zweihandernya dengan sekuat tenaga ke arah doppelganger itu bersamaan dengan mengalunnya Impositio Magnus Reveline di atas kepalanya. Doppelganger mencast pneuma, tapi itu tak cukup membantu mengurangi damage bowling bash Locke yang langsung menembus pertahanannya.

Locke terus maju, tak peduli perlawanan perlawanan kecil holy light yang menerjang tubuhnya dari arah doppelganger itu. Locke tahu Reveline tak pernah mengasah holy lightnya, jadi ia tenang tenang saja diserang kecil kecilan terus seperti itu. Di belakangnya Reveline entah sibuk merapalkan apa, tapi saat bibir Reveline menyunggingkan senyum, holy light holy light itu berhenti menerjang Locke. Doppelganger itu mendadak terdiam dan memegangi lehernya dengan ekspresi tercekik.

"Wa? Kamu apain dia Rev?", tanya Locke bingung mendapati musuhnya tiba tiba diam begitu.

"Baru aja aku belajar pake Lex Divina. Kena kan dia? Sebelum ini aku belum bisa sih... pake Lex Divina", gumam Reveline santai. Locke membalas senyum sahabatnya itu dan langsng melancarkan serangan balasan yang tidak tanggung tanggung. Dan karena doppelganger itu mengheal dirinya sendiri pun tidak bisa, dalam waktu kurang dari semenit, tubuhnya pudar membentuk bayangan gelap lagi.

Tapi detik berikutnya, bayangan itu kembali membentuk sosok yang jelas, sosok Lord Knight Locke.

"Kurang ajar! Kali ini mukamu tapi itu rambutku! Zzzzz", maki Locke setelah melihat perubahan kembali doppelganger itu.

"Kali ini ngga ada ampun... dasar doppel pengacau muka ganteng! Eat this!", seru Reveline seketika dari belakang Locke. Locke yang belum sempat berbuat apa apa langsung dikagetkan dengan cahaya menyilaukan Sanctuary yang dibuat Reveline, area yang menyucikan apa pun yang ada di atasnya.

Locke tertawa.

"Hei! Paket dunkz! Aku mau berserk nih!", seru Locke di antara tawanya. Reveline mengangguk dan bersamaan dengan itu, muncullah sederet buff khas priest, angelus, blessing, manificat, assumptio, increase AGI, impositio magnus, suffragium, dan tak lupa gloria. Setelah Reveline selesai mengcast semua spell itu dalam waktu tak lebih dari 5 detik, Locke langsung menerjang maju dengan segala kebuasan berserknya. Reveline menunggu di belakang, tahu ia tak akan bisa berbuat apa apa dengan seorang lord knight yang sedang berserk, kecuali melancarkan Lex Aeterna kalau terpaksa misalnya.

Tapi ternyata bahkan Reveline tak perlu maju selangkah pun dari tempat istirahatnya di pojok area land protector saat doppelganger itu kembali berubah menjadi kabut gelap yang mengawang awang mengganggu pandangan. Dan saat itu juga, Reveline dengan sigap mengcast Magnus Exorcismus di atas land protector itu dan mengembalikan cahaya lembut lentera ke ruangan gelap itu.

"Hei Reveline", panggil Locke.

"Ya?"

"Kamu lebih ganteng kalau pakai rambutku...", ujar Locke dengan wajah tanpa dosa.

Terdengar suara pelan blue gemstone yang mengenai kepala Locke.

Tiba tiba terdengar suara tepuk tangan.

"Bagus bagus... sangat memuaskan! Pertarungan melawan doppelganger advance tersingkat yang pernah kutemui. Hanya 5 menit dan tak lebih dari itu. Aku akan senang kalau bisa berbincang bincang sejenak dengan kalian", seru scholar itu, masih dari belakang mejanya.

Locke berdiri, membersihkan jubahnya dari debu yang menempel, sementara Reveline menghealnya berkali kali.

"Baiklah, ayo kita bicara sejenak. Tapi kalau bisa jangan disini. Aku muak dengan ruangan ini", sahut Locke asal asalan. Scholar itu tersenyum.

"Kau benar. Lima menit saja di ruangan ini bisa membuat orang kuat sepertimu muak. Dan orang bodoh sepertiku bisa bertahan di ruangan ini selama lebih dari 3 tahun", ujarnya lembut, membuat Locke merasa malu dengan keluhannya tadi. Scholar tu lalu meraih sebuah benda yang tersandar di sisi mejanya, sebuah kruk. Dan saat scholar itu melangkah meninggalkan meja, tampak jelas bagi Reveline dan Locke bahwa scholar itu telah kehilangan salah satu kakinya.

Locke berusaha mengalihkan pandangan darri scholar itu yang berjalan perlahan dengan kruk ke aranya demi membuang rasa tak enak yang muncul dalam hatinya, tapi dengan tenangnya Reveline bertanya pada scholar itu, "Maaf, tapi kalau boleh saya tahu... apa yang terjadi dengan kaki anda yang satunya?"

Scholar itu terdiam sejenak, memperlihatkan sisi keluguan pada wajah muramnya.

"Dark War tiga tahun lalu... memberikan salah satu kakiku sebagai mangsa stone curse salah satu prajurit kegelapan. Kutukan itu begitu menyeramkan sehingga tak bisa dikembalikan lagi. Untungnya aku segera mendispell stone curse itu sehingga hanya kakiku saja yang membatu dan harus dipotong. Begitu cepat dan... ah sudahlah, ayo kita keluar dari sini", terang scholar itu.

Ia lalu mengaja Locke dan Reveline keluar melalui pintu yang lain dari pada waktu mereka masuk. Dan begitu mereka keluar dari pintu itu, wangi segar rumput basah segera menyerbu hidung dan menimbulkan perasaan menyenangkan.

"Hoo... ini...", gumam Locke tak sadar.

"Benar... ini kompleks kastil Valkyrie. Ohya.. namaku Adrianne, Adrianne Rufford, aku adalah sekretaris kedua langsung Raja Ares sejak sebelum Dark War. Aku sudah melihat kemampuan kalian yang mengesankan dan sekarang aku ingin membawa kalian menemui raja sendiri. Beliau pasti senang mendapatkan calon Kingdom Guardian yang sekuat kalian", puji Adrianne. Locke hanya bisa cengar cengir di belakang.

Mereka berdua berjalan melintasi kompleks kastil Valkyrie yang diatur sedemkian rupa sehingga kemegahannya nyaris menyerupai Asgard, mengabaikan banyaknya darah yang sudah pernah tertumpah disini demi hak kepemilikan kastil pada saat saat War of Emperium.

"Ohya... Adrianne, aku ada pertanyaan", jar Locke tiba tiba. Adrianne menghentikan lanngkahnya dan menoleh pada Locke.

"Ya? Ada apa?", jawabnya halus.

"Berapa umurmu?", tanya Locke dengan wajah lugu. Adrianne tersenyum, nyaris tertawa terbahak, tapi ditahannya.

"Umurku? Kalian pasti mengira aku berbohong kalau aku jujur tentang umurku...", jawab Adrianne, nada bicaranya terdengar sedikit lebih menyenangkan daripada tadi.

"Memang berapa umurmu? Bagiku kau terlihat seperti berumur 27 tahun atau lebih, terlepas kau sedikit lebih pendek dariku", kata Reveline sambil mengernyitkan alisnya.

Adrianne menggeleng.

"Umurku sembilan belas tahun. Aku serius...", jawab Adrianne sambil menahan tawa melihat ekspresi Locke dan reveline yang tak percaya.

"Ehhh??!! Masak c?! Kamu kelihatan tua banget! Udah pantes jadi bapak bapak!", seru Locke tertahan, kalau bukan karena sedang berada di kompleks Valkyrie Locke pasti sudah teriak sekeras raungan Baphomet.

"Hmm.... kayaknya kamu kurang ketawa deh buatku wajah kamu nyaris nunjukin kalau kamu sudah hidup lebih dari 1000 tahun di dunia dan sudah hampir bosan ", gumam Reveline sambil memainkan rosarionya, pertanda ia sedang sibuk berpikir mempertimbangkan apakah anak di depannya ini memang lebih muda darinya dan Locke yang sudah 22 tahun.

Adrianne tersenyum lagi, dan melanjutkan jalannya menuju katil Valkyrie yang terbesar, Vallkyrie I, Valkyrie Freya, dimana raja bertahta sekaligus tinggal dan bekerja. Raja yang bertahta sejak 5 tahun lalu, bahkan sebelum Dark War pecah, adalah Raja Ares, seorang raja yang relatif masih muda dengan usianya yang 37 tahun. Namun karena saudara tuanya Alex pernah melakukan perbuatan tak termaafkan bagi keluarga kerajaan dan bahkan Rune Midgard itu sendri, maka Ares lah yang didaulat sebagai raja oleh rakyatnya.

Adrianne, Locke, dan Reveline menghadapi sebuah gerbang besar yang terbuat dari batu pahatan dengan besi besi keras dan tajam tertancap di atasnya. Namun bagian tengah dari gerbang itu dihiasi dengan lengkung lengkung indah logam yang dibentuk menyerupai simbol Rune Midgard, sebuah pohon dengan akarnya yang menjalar sampai kemana mana dan cahaya terang yang mengelilingi pohon itu.

Dua orang penjaga yang terkantuk kantuk menjaga masing masing sisi gerbang. Dengan spontan dan tegas Adrianne langsung berteriak kepada kedua penjaga yang langsung terbangun sambil bersungut sungut dan lalu membuka gerbang kecil berukuran satu orang untuk Adrianne.

Tak lama kemudian Adrianne kambali menghampiri Locke dan Reveline.

"Ayo ikuti aku...", ajaknya ramah. Adrianne lalu berjalan masuk melalui gerbang kecil itu diikuti Locke dan Reveline yang sangat tidak terkesan dengan kelalaian penjaga gerbang utama kastil utama kota utama Rune Midgard tadi.

Mereka bertiga masuk ke sebuah pintu kayu yang besar dan langsung menuju sebuah koridor berhawa dingin. Di dinding koridor itu tergantung banyak sekali lukisan lukisan wajah orang rang yang sepertinya dulu pernah tinggal atau berkuasa atas kastil ini.

"Woo... dia ini kan Zanct Maximilliary? Mastersmith terkemuka itu? Tapi dia...", seru Locke di antara kebisuan yang merayapi mereka bertiga.

"Yap... dia juga gugur dengan terhormat pada Dark War. Dia yang.... ah! Kita sudah sampai! Ayo rapikan baju kalian! Di belakang koridor ini adalah ruang rapat untuk pertemuan rutin raja dengan mentri mentrinya, meski sekarang tak ada orang di ruangan itu", ujar Adrianne.

Reveline curiga Adrianne menyembunyikan sesuatu dalam kata katanya karena jarak dari tempat saat ia mengucapkan kata kata itu tadi dengan pintu keluar dari koridor itu masih cukup jauh.

Tapi saat Adrianne membuka pintu ujung koridor itu dengan kunci yang dibawanya, Reveline segera melupakan kecurigaannya.

Ruangan yang disebut Adrianne sebagai ruang rapat itu ternyata adalah ruangan besar dan megah dengan langit langit batu berlukiskan pemandangan langit senja yang terlihat dari dataran timur St. Capitolina's Abbey. Meja besar berbentuk persegi panjang nyaris memenuhi sepertiga ruangan itu dengan tahta berlapiskan emas dan beludru marun diletakkan di ujung meja. Lantai ruangan itu dilapisi karpet lembut dan indah berwarna merah tua dan perak, yang membuat Locke dan Reveline nyaris tak berani menginjaknya.

"Ayo ke sini.. kita akan langsung menemui raja", ujar Adrianne sambil menuju salah satu pintu di ruangan rapat itu. Dengan segera Locke dan Reveline merapikan pakaian mereka yang agak kusut setelah melawan doppelganger tadi.

Adrianne mengetuk pintu besi di depannya, dan setelah terdengar suara yang mempersilakan mereka masuk Adrianne membuka pintu dan mendapati rajanya sedang memeriksa pedang yang terpajang di salah satu lemari kaca di ruangan itu.

"Oh Adrianne! Bagaimana kabarmu? Siapa yang kau bawa ini?", tanya raja Ares dengan ekspresi senang yang tidak disembunyikan setelah melihat Adrianne masuk.

"Errhhh... ini... Locke Rosenheim dan Reveline Sherridan, mereka... mereka ingin melamar menjadi anggota Kingdom Guardian. Eh....", jawab Adrianne terbata bata. Dari sikap tubuhnya entah kenapa Adrianne terlihat sangat salah tingkah, namun Ares mengabaikannya.

Ares, dengan kharismanya yang memang tinggi menatap ke arah mereka bertiga, terutama Adrianne. Berusaha menilai Locke dan Reveline pada tatapan pertama.

"Eh... saya permisi...", ujar Adrianne buru buru.

"Tetap tinggal, Adrianne, aku akan banyak membutuhkanmu hari ini", ujar Ares sambil tersenyum. Lalu Ares kembali ke tempat duduk nyamannya di belakang meja kerjanya diikuti Adrianne yang lalu berdiri di belakang kursi Ares.

"Jadi... tuan Rosenheim dan Tuan Sherridan, kalian yakin ingin bekerja di sini? Sebagai Kingdom Guardian?", tanya Ares dengan santai, memain mainkan pena bulu yang tergeletak di atas meja.

"Ya, kami yakin seyakin yakinnya, bahkan dengan segala resiko yang mungkin akan kami hadapi, kami tahu dengan segala pengalaman yang sudah kami terima selama ini kami akan mampu mengatasi rintangan apapun", sambut Locke penuh percaya diri.

Ares mengangguk dengan khidmat.

"Kalau begitu... apa yang kalian lakukan selama masa Dark War? Kalau kalian memang berjiwa ksatria bukankah tentunya kalian akan melamar sebagai sukarelawan pada perang itu?", tanya Ares lagi. Dan begitu kata terakhir selesai meluncur dari mulur Ares, ekspresi Locke dan Reveline berubah tegang, mereka berpandangan satu sama lain dengan mimik gelisah.

"Errhhhh... sebenarnya kami melamar melalui divisi Army Morocc... tapi yah, mungkin karena waktu itu kami masih lemah dan tak berpengalaman, jadi yah... kami ditolak.. tapi jangan khawatir, selang tiga tahun setelah itu, yaitu sekarang, kami sudah memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup", jawab Reveline setelah beberapa waktu dibarengi anggukan cemas Locke.

"Jadi begitu... yah, baiklah. Jadi langsung saja, tidak perlu pakai acara formal yang membosankan segala, Adrianne, tolong ambilkan dua emblem kerajaan di laci lemari", pinta Ares pada Adrianne yang dengan segera langsung melaksanakan perintah rajanya. Begitu Adrianne kembali, tangannya menggegam dua buah emblem yang berbentuk simbol kerajaan, berbahan dasar elunium dan pinggirannya terbuat dari selapis tipis emas. Di tengahnya tergores sebuah huruf rune yang berarti angka tiga yang terbuat dari kilau keemasan emperium. Adrianne pun memberikan kedua emblem itu pada Locke dan Reveline.

"Raja Ares, boleh saya bertanya?", ujar Reveline setalah cukup lama ia mengamati emblem itu.

"Ya tentu saja. Oh, tapi tolong jangan panggil aku dengan sebutan raja kecuali ada saat saat formal, panggil aku Ares saja", jawab Ares santai dan lugas.

"Err... Ares, apa arti angka tiga di tengah emblem ini?", tanya Reveline. Locke langsung menyematkan emblem itu di dada kirinya dengan perasaan bangga.

Ares tersenyum penuh arti.

"Itu akan sangat berguna dalam tugas pertama kalian sebagai Kingdom Guardian yang sebentar lagi akan kalian terima", Ares menjawab tanpa menghilangkan senyum kharismatik dari bibirnya.

"Jadi... kami akan langsung menerima tugas? Misi? Sekarang?", ujar Locke nyaris tak percaya, belum ada sedetik ia diterima kerja langsung diberi misi yang mungkin akan berat.

"Yah, kalian bisa berangkat besok, atau lusa. Kalian akan berangkat berdua. Besok pagi temui Adrianne di ruangannya, ia akan menjelaskan segala detil misi kalian, lebih baik sekarang kalian pergi dan persiapkan kebutuhan untuk kira kira perjalanan seminggu", terang Ares sambil melirik Adrianne yang hanya menunduk menatap lantai. Locke dan Reveline mengangguk ragu ragu.

"Mamang garis besar misi ini apa? Pengintaian? Atau apa...", gumam Locke tak jelas, yang memang sebenarnya pertanyaan itu diajukan untuk dirinya sendiri, tapi Ares mendengarnya, dan tiba tiba senyum tipisnya berubah menjadi lebih lebar dan cerah.

"Glast Heim... pergilah ke sana dan kalian akan tahu apa yang haus kalian lakukan berikutnya", jawab Ares mantap.

"Ohh... kita disuruh pergi ke Glastheim, Reveline. Kalo Cuma itu kan gampang!", ujar Locke sambil menyodok pelan perut Reveline dengan sikunya. Reveline mengangguk dan tersenyum.

"Err... Ares, kami memiliki satu teman lagi yang kami yakin akan mendaftar juga sebagai Kingdom Guardian. Dia akan datang tak lama setelah ini. Jadi kalau ia diterima, bolehkah ia ikut bersama kami dalam misi ini?", tanya Reveline, teringat akan Aidan yang mungkin masih dalam perjalanan dari Morocc menuju Prontera.

"Pasti pasti... nah pergilah kalian. Persiapkan diri. Aku dan Adrianne akan menunggu kedatangan teman kalian itu", ujar Ares lagi.

Setelah Locke dan Reveline mengucapkan salam dan membungkukkan badan mohon diri, lalu meninggalkan ruangan itu, ekspresi Ares berubah tajam.

"Benar mereka....", gumam Ares.

"Ya, tak salah lagi... Glastheim masih ada dalam ingatan mereka... dan mereka yang masih mengingat Glastheim seharusnya..."

"Sudah mati atau seseorang yang tetap berada di dalam Glastheim setelah segel terakhir dilepaskan....", sambung Ares.

"Kecuali kita..."

"Kecuali kita..."

"Orang orang yang ditakdirkan untuk membangkitkan kembali kegelapan itu...."

"Dan seseorang harus melepaskan kutukan ini..."

"Atau Midgard akan hancur, untuk yang pertama dan terakhir kalinya...."