Tastes like Chocolate

YGO fanfiction—dorama version.

Disclaimer: YGO adalah karya luar biasa hasil imajinasi kreatif Kazuki Takahashi. Aku hanya meminjam karakter-karakter yang ada di dalamnya untuk melampiaskan ide gilaku. Beberapa adegan aku ambil dari sebuah dorama Taiwan berjudul Why-Why Love.

Rating : 18+++

Time : 2 tahun setelah Yuugi-tachi lulus SMA


Episode #1

Akhir February

"Jou…" sapa Anzu pelan. Jounouchi yang saat itu tengah menatap gerimis di luar jendela kamarnya, menoleh begitu mendengar suara Anzu. Melihat apa yang dibawa gadis itu, Jou tersenyum riang.

" Terima kasih, ya!" ucapnya seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri sebuah manekin yang berdiri di samping tubuh ramping Anzu. Jou menatap manekin yang masih terbungkus rapi dengan plastik transparan itu lekat-lekat. Sebuah gaun lolita terpasang dengan anggun. Dengan antusias yang meledak-ledak Jou membuka plastik pembungkus itu dan lagi-lagi dia tersenyum. Namun entah kenapa senyum itu samar-samar menyiratkan kesedihan. "Shizuka pasti cantik sekali kalau memakai gaun ini," gumamnya. Kemudian pikirannya langsung melayang pada adik semata wayangnya itu.

Anzu jadi ikut-ikutan menatap manekin tanpa kepala itu. "Kau tidak takut kalau manekin ini dirasuki hantu?"

"Hah?" Jou tiba-tiba tersadar dari lamunannya gara-gara mendengar mendengar kata "hantu" disebut-sebut. "Benar juga! Bagaimana kalau boneka ini mencekik leherku saat aku tidur?!" Penyakit bodoh Jou mulai kambuh dan wajahnya terlihat panik. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan segera membuka lacinya. Dikeluarkannya sebuah bungkusan kecil berwarna merah, kemudian benda itu dia gantungkan di leher boneka yang tidak bersalah itu.

"Itu kan jimat pemberianku!" protes Anzu.

"Argh, jimat itu tidak mempan untukku. Siapa tahu itu bisa mengusir roh jahat, kan?"

"Kau...dasar Jounouchi bodoh!"

Jou hanya menanggapi omelan sahabatnya itu dengan cengiran lebar.

"Oh iya, kembaliannya buatmu saja!" ujar Jou sambil mengangkat manekin itu dan meletakkannya di samping tempat tidur.

"Apanya yang 'uang kembalian'? Uang yang kau berikan hanya cukup untuk membayar gaunnya. Kalau kau tidak minta manekinnya juga, aku kan tidak perlu mengeluarkan uangku juga!" gerutu Anzu.

"Hahahaha...maaf, maaf. Anggap saja aku memohon bantuan untuk terakhir kalinya. Setelah ini, aku tidak akan merepotkanmu lagi, kok!" Jou terkekeh, sementara Anzu malah terdiam meresapi kalimat cowok berambut emas itu. Sedetik kemudian sebuah bantal melayang ke kepala Jou.

۞

01 February

Jounouchi dan kawan-kawannya sudah meninggalkan bangku SMA sejak dua tahun lalu. Atem, Yugi dan Honda melanjutkan pendidikan mereka ke universitas, Kaiba memilih sibuk dengan Kaiba Corp-nya sedang Anzu merintis karir sebagai dan dancer dan mulai sering tampil di beberapa pertunjukkan.

Sekitar setahun kemudian, Atem mendirikan sebuah usaha kecil di sela-sela kesibukannya kuliah. Sebuah toko coklat yang diberi nama Suiito, yang merupakan "sulapan" dari toko game milik kakeknya, Sugoroku. Bersama sang adik, Yuugi, Atem berhasil membangun Suiito menjadi usaha yang cukup suskes. Tentu saja Jou terlibat di dalamnya sebagai pegawai pertama yang dimiliki Suiito.

Seharusnya hari sabtu dan minggu adalah jadwal Jou untuk libur dari rutinitas di Suiito karena Atem dan Yuugi berada di sana seharian untuk menangani segalanya. Beberapa pelajar yang baito juga cukup untuk membantu Atem. Tapi pagi itu Jou malah sudah selesai membuat satu nampan coklat mini beraneka bentuk. Cowok yang biasanya berantakan itu meletakkan satu per satu coklat buatannya ke dalam etalase dengan hati-hati, mengatur letaknya dengan cermat agar menarik perhatian pengunjung. Setelah semuanya selesai, dia menatap hasil karyanya itu dengan pus, kemudian berjalan riang menuju dapur sambil menenteng nampan.

"Oi, pelayan!" teriak seseorang.

Jou terus berjalan sambil bersiul.

"Hei kau, pelayan berambut kuning!"

"Hah?" mendengar rambut kuning disebut-sebut, Jou menghentikan langkahnya tepat di pintu dapur dan berbalik. "Aku?" tanyanya pada sekumpulan pria lanjut usia di meja depan.

"Tentu saja, bodoh!"

Benar juga, tidak ada orang lain di situ selain Jou. Atem dan Yuugi sedang sibuk di dapur sementara pegawai yang lain belum datang. Mau tidak mau, akhirnya Jou menghampiri mereka dengan malas. "Mereka lagi!" gerutunya sebal.

"Maaf, mau pesan apa?" tanya Jou sambil menarik kedua sudut bibirnya dengan susah payah. Andai saja Jou tidak keluar dari dapur, tentu dia tidak perlu menghadapi mereka. Tapi yah, bagi sebuah toko seperti Suiito, tentu saja pelanggan adalah raja dan Jou adalah pelayannya.

"Yang biasa," jawab salah satu dari mereka tanpa memandang Jou sedikitpun.

"Yang biasa?" Jou mendengus sebal. Ini sudah ketiga kalinya Kakek-kakek itu membuatnya jengkel.

"Ya, yang biasa. Kau tidak mengerti juga? Dasar, tentu saja yang biasa kami pesan!" Kakek berkepala botak itu membentak Jou sementara yang lainnya tertawa.

"Oh, yah, baiklah. Mohon tunggu sebentar!" Tidak lupa Jou menambahkan senyuman di akhir kalimatnya, lalu bergegas pergi ke dapur.

"Hei, apa kau tahu apa pesanan mereka?" tanya Jou pada Atem yang sedang sibuk menuang coklat leleh dengan sangat hati-hati.

"Oh, mereka. Ya, akan segera kubuatkan. Tolong kau teruskan yang ini!"

"Baguslah. Aku bahkan tidak bisa membedakan mereka satu sama lain!"

"Baguslah kau tidak mengamuk seperti kemarin,"

"Hm, bagaimana ya? Hari ini terlalu indah untuk dirusak dengan hal-hal sepele begitu."

"Benarkah? Kupikir bagimu tidak ada yang lebih indah daripada memaki-maki lansia." timpal Atem sambil beranjak. Jou Cuma nyengir lebar dan segera mengambil alih pekerjaan Atem begitu Atem pindah ke meja di sudut dapur.

Sedang sibuk dengan coklat leleh dan siulan tidak jelas dari mulutnya, tiba-tiba Jou dikejutkan dengan dering ponsel. Jou melompat kaget karena pahanya terasa bergetar. "Oh, iya. Aku kan sudah punya ponsel!" gumamnya sambil tertawa. Jou segera merogoh sakunya dan mengeluarkan benda kotak berwarna hitam dari sana. Dahinya berkerut melihat jejeran nomor tak dikenal di layar.

"Moshi-moshi..."

"Dasar pelayan malas! Jangan diam saja di situ! Cepat kemari!"

Tiba-tiba saja Jou dimarahi! Tapi, dari suara dan nada bicaranya saja Jou langsung tahu siapa penelepon gelap sialan itu sebenarnya.

"Berisik! Tunggu saja di sana sampai berjamur!" teriak Jou. "Dasar, Honda sialan!" omelnya setelah menutup telepon dan menyelipkannya lagi di dalam saku jeans-nya. Kemudian mantan preman jalanan itu beranjak dengan riang menuju meja tempat Honda menunggunya. Begitu melihat Honda, Jou langsung melempar buku menu ke arah bocah itu.

"Sakit tahu!" teriak Honda sambil mengusap kepalanya.

"Darimana kau tahu nomor handphone-ku?" Jou balas berteriak.

"Tentu saja dari Shizuka!"

"Ponselku itu spesial, jadi Cuma Shizuka saja yang boleh tahu!"

"Handphone ketinggalan jaman begitu apanya yang spesial?!"

Melihat dua orang itu saling berteriak sementara pengeunjung mulai berdatangan, akhirnya Atem memutuskan turun tangan dan menyuruh mereka minta maaf.

۞

Sudah malam, Suiito sudah tutup. Jou memasukkan kunci sepedanya ke dalam saku jaket, kemudian bersiap pergi.

"Jou!" Panggil seseorang. Yuugi. Pemuda bertubuh mungil itu berlari-lari kecil menghampiri Jounouchi. "Ini!" Katanya sambil menyerahkan sebuah kotak. Jou menerimanya dan langsung membukanya.

"Coklat? Untukku? Hari valentine kan masih..." Jou berpikir sebentar, menghitung dalam hati. "Masih tiga belas hari lagi, kan?" sambungnya.

Yuugi menanggapinya dengan tersenyum. "Itu formula baruku. Cobalah!"

"Oke! Trims ya. Saa...aku pulang dulu."

"Sebentar! Ano...Jou, kau sudah punya handphone ya?"

"Ah, itu. Kemarin aku menghabiskan tabunganku untuk membeli ponsel, lalu mengobrol dengan Shizuka sampai pagi. Hahahahaha...Hm, dengan begini aku dan Shizuka bisa lebih sering mengobrol." Jou tampak bersemangat saat membicarakan adiknya itu. Yuugi hanya mengangguk. Dia mengerti sekarang, mengapa Jou hari ini lebih periang, lebih sering tersenyum dan lebih penyabar. Bahkan rela masuk kerja di hari minggu.

"Ano...nomor ponselmu..."

Jou langsung mengerti. Diambilnya sebuah pulpen di saku kemeja Yuugi, kemudian dia meraih lengan Yuugi dan menuliskan nomor ponselnya di situ.

"Kepalaku agak pusing gara-gara begadang semalaman. Aku pulang dulu. Jya!" Setelah mengembalikan pulpen itu ke tangan Yuugi, Jou mulai mengayuh sepedanya, pulang. Yuugi menatap Jou yang terlihat mulai mempercepat laju sepedanya karena rintik-rintik hujan mulai meluncur dari langit seperti ribuan jarum. Yuugi menatapnya lama, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan pada lengannya. Tiba-tiba pipinya terasa panas tanpa sebab.

۞

Sejak tadi hujan turun tanpa henti. Bulan februari, masih musim dingin. Tapi salju sudah jarang turun. Jounouchi sejak tadi duduk di dekat jendela, menatap jalanan yang basah terkena tetesan hujan. Tangan kekarnya merogoh saku celana, mengambil ponsel model lama yang baru dibelinya kemarin. Pemuda itu menatap layar ponselnya sambil tersenyum.

"Shizuka sudah tidur belum ya?" gumamnya. Tapi kalau dia menelepon gadis itu, bisa-bisa dia kurang tidur. Padahal besok Shizuka harus masuk sekolah pagi-pagi. Akhirnya dilemparnya ponsel itu ke atas tempat tidur, kemudian Jounouchi kembali menekuri jalanan di bawahnya yang terlihat sepi. Tumpukan salju masih terlihat di sana-sini. Beberapa lampu jalan yang masih menyala menyoroti seorang gadis yang tengah berjalan sendirian ke arah apartemen Jou, tanpa payung.

"Shizuka?"

Jou mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar, lalu memaksa matanya melihat lebih jelas dalam kegelapan. Gadis itu memang Shizuka. Jou tahu itu. Buru-buru dia mengambil payung besar satu-satunya yang dia punya, dan segera berlari ke lantai bawah. Gadis berambut coklat itu terlihat berjalan santai, membiarkan tubuhnya kuyup diguyur air hujan. Dia tampak sangat menikmatinya. Cepat-cepat Jou membuka payungnya dan menghampiri Shizuka.

"Dasar bandel! Kalau kau sakit, bagaimana?" omel Jou. Shizuka hanya menanggapinya dengan senyuman lebar.

"Nii-chan pasti belum makan, kan?" tebak Shizuka. Diperlihatkannya bungkusan yang sejak tadi dia bawa. "Malam ini...kalau makan nasi kari saja, bagaimana?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Berjalan sendiarian malam-malam begini bahaya, tahu?!

Shizuka malah tertawa. Rasanya menyenangkan melihat kakaknya begitu mencemaskannya. Angin mulai bertiup kencang. Beberapa kali Jou tampak kesulitan menahan payung besarnya agar tidak terbawa angin.

"Ya sudah, ayo masuk! Tou-san sedang pergi," ajak Jou. Tiba-tiba saja angin bertiup lagi, lebih kencang. Payung itu kini benar-benar lepas dari genggamannya dan terbang.

"Arrgh...payungku!!" Akhirnya Jounouchi jadi ikut basah kuyup karena harus berlari-lari mengejar payungnya di bawah siraman hujan. Bukannya membantu, Shizuka malah menontonnya sambil tertawa.

۞

"Nii-chan, coklat ini untukku?" tanya Shizuka sambil menujukkan sekotak coklat yang dia temukan di atas neja belajar Jounouchi.

"Oh, itu. Yuugi memeberikannya padaku, katanya sih resep baru."

"Buatku saja ya!" Shizuka memohon.

"Kau kan baru saja makan! Memangnya tidak takut gemuk? Cewek-cewek SMA kan biasanya takut gemuk."

Shizuka tidak menjawab. Dia sedang asyik menikmati coklat-coklat buatan Yuugi. Melihatnya Jou hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum. Setelah sekian lama terpisah, akhirnya mereka bisa bersama-sama lagi. Jou amat bersyukur tentang itu, dan dia tidak akan membiarkan siapapun, dan apapun, memisahkan mereka lagi.

"Nii-chan benar-benar beruntung, ya!"

"Hah?" Jou mulai memperlihatkan ketidakcerdaannya.

"Nii-chan dikelilingi orang-orang yang menyanyangi Nii-chan. Honda-kun, Atem-san...Yuugi-san malah membuatkan coklat khusus untukmu."

Saat itu Jou sudah berdiri di depan washtafel, meraih sikat giginya dan menaruh pasta gigi di atasnya. "Itu kan resep baru, dengan kata lain aku ini dijadikan kelinci percobaan!" ujarnya. Kemudian pemuda berambut emas itu mulai menyikat giginya dengan santai. Dalam hatinya dia tertawa, menertawakan dirinya sendiri. Sebagian besar kebahagiaan yang dia dapatkan dalam hidupnya berasal dari keberuntungan. Bisa lulus SMA juga karena Jou beruntung!

Plukk! Tiba-tiba sikat gigi Jou terjatuh ke dalam washtafel. Jou terdiam selama beberapa detik, kaget. 'Masa bodoh!' batinnya. Diambilnya lagi benda berwarna hijau penuh busa itu, lalu melanjutkan menggosok gigi.

"Nii-chan, itu kan kotor!"

Jou tidak begitu peduli. Setelah selesai dia langsung berkumur, mengelap mulutnya dengan ntangan dan lalu beranjak menuju kamar.

"Tunggu!" Shizuka berdiri di ambang pintu kamar, menghalangi Jou yang hendak masuk. Gadis itu menjulurkan tangan mungilnya ke arah wajah Jou, membuat cowok itu terkesiap. Dia mematung saat Shizuka menyentuh bibirnya! Gadis itu mengusap sudut bibir Jou, menghilangkan sisa pasta gigi yang menempel.

"Dasar jorok, benar-benar tidak berubah sama-sekali!"

Jou berusaha tertawa di antara perasaannya yang campur aduk. "Tapi kau menyayangi si jorok ini, kan?" candanya. Shizuka langsung memeluk kakaknya itu.

"Nii-chan adalah orang yang paling Shizuka sayangi di dunia ini."

۞

Pintu kamar Jou terbuka! Seorang pria berjalan terseok-seok mendekati tempat tidur, sementara Shizuka yang sedang tidur di situ tidak menyadarinya. Gelap, hening. Hanya terdengar suara napas yang berat dan memburu. Pria itu lantas naik ke atas tempat tidur dan langsung memeluk tubuh Shizuka.

"Layani aku...ayo layani aku...Katsuya!"

...TBC...