Unexpected
.
.
Naruto ©Masashi Kishimoto
.
.
Sasuke Uchiha x Akasuna Sasori
.
.
Warning : gaje, OOC, abal, dan segala ketidak sempurnaan yg lainnya
.
Sebuah fanfic sebagai pengalih rasa frustasi authore yang gak kunjung dapet ide buat ngelanjutin fic lain yang sempat tertunda. Rencananya fic ini bakalan authore bikin slice of slice.
Genre ? Biar readers sendiri yang nyimpulin xD
Happy reading :)
.
..
…
Suara tombol keyboard yang beradu dengan jari-jemari menjadi atensi utama yang mampu ditangkap oleh gendang telinga. Bias jingga dari lampu yang menggantung redup di atas kepala menjadi satu-satunya sumber penerangan yang dapat ditangkap oleh mata.
Jam yang menempel lekat pada dinding tembok sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat tiga puluh menit. Tetapi dua orang dengan gender yang sama masih menekuni pekerjaan masing-masing yang hingga jam pulang kantor tiba belum juga menunjukkan tanda-tanda akan selesai.
Tidak ada percakapan yang terjadi, masing-masing sibuk dengan otak serta paper work yang menjadi alasan utama keberadaan mereka saat ini. Hanya terdengar beberapa decakan dan umpatan kecil yang terlontar dari si rambut merah saja. Sedangkan pemuda satunya tetap focus pada pekerjaannya, acuh dengan kelakuan bar-bar pemuda yang duduk di sampingnya itu.
Rintik hujan mulai turun d iluar, dan tak sampai satu menit rintik-rintik hujan itu berganti dengan air yang menderas. Menghujam bumi tanpa ampun.
Pemuda dengan surai raven yang sedari tadi tak mengalihkan atensinya dari layar laptop itu berdiri, bunyi derit kursi yang bergeser terdengar pelan. Ia berjalan menuju jendela di samping tempat duduknya, menyingkap tirainya sedikit agar bisa mengamati keadaan luar. Matanya intens menatap hujan yang turun dengan raut sebal.
"Tck ! Kenapa harus hujan sih ?" pemuda raven itu berdecak sebal.
"Kik, kik, kik… " terdengar tawa mengejek dari arah belakang. Rupanya pemuda merah tadi mendengar decakan sebal si pemuda raven, Sasuke Uchiha.
"Kau menertawaiku bocah ?" Tanya Sasuke dengan nada tidak terima.
"Siapa yang kau panggil bocah tuan U-chi-Ha ?" Pemuda merah tadi, Sasori Akasuna menekan suaranya saat mengeja marga Sasuke. Tidak peduli dengan raut kesal yang ditampakkan oleh pemuda yang masih berdiri di samping jendela itu.
"Tch, dosa apa yang ku perbuat sampai aku harus terjebak hujan di sini dengan bocah sialan sepertimu?" Sasuke berujar ketus..
"Apa kau bilang ? seharusnya aku yang bertanya seperti itu pantat ayam ?" Sasori berdiri, membalas perkataan Sasuke dengan nada yang meninggi, tidak terima.
Sasuke menyeringai, melihat ekspresi marah yang ditunjukkan pemuda yang lebih pendek darinya itu.
"Heh, jadi siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian ini Akasuna ?Apa kau benar-benar lupa kenapa kita masih di sini sekarang, kalau bukan karena kau yang terlalu asik bermain game seharian sampai lupa mengerjakan laporan untuk proyek kita besok pagi ?"
Akasuna muda itu diam, tak membantah maupun membalas kata-kata pemuda yang lebih tinggi darinya itu. Dia sendiri menyadari kesalahannya. Seharian ini dia malah asyik bermain game dengan sahabat pirangnya, Deidara sampai lupa kalau dia masih punya laporan yang harus dikerjakan. Dan sialnya lagi dia baru ingat saat menjelang jam pulang kantor tiba. Sehingga mau tak mau dia harus lembur untuk menyelesaikan laporannya itu. Dan sekali lagi, hal yang membuatnya lebih sial adalah laporan yang harusnya sudah selesai tersebut adalah laporan proyeknya bersama Sasuke besok. Jadi jangan heran kalau seorang Uchiha Sasuke yang terkenal paling rajin dan disiplin di kantor harus ikut lembur bersama pemuda merah itu sekarang.
Sasuke bisa saja pulang dan meninggalkan Sasori untuk menyelesaikan sendiri laporannya, toh itu bukan sepenuhnya salah Sasuke, karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban Sasori untuk membuat laporan. Tapi bukan Uchiha namanya kalau dia lebih mengandalkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Jadilah dia di sini, terjebak di kantor dengan Sasori, menyelesaikan laporan proyek mereka berdua dengan hujan deras yang menemani mereka di luar..
Akasuna muda itu beranjak dari tempatnya, menenteng cangkir kosong, jengah berdebat dengan pemuda yang memang tak pernah akur dengannya itu. Sasuke hanya melirik Sasori sekilas dari ekor matanya, dia tidak bertanya apapun. Sepertinya dia sendiri juga lelah berdebat dengan pemuda baby face itu. Tidak ada gunanya pikirnya.
.
.
Sasuke sudah mendudukkan dirinya kembali di kursi kerja saat Sasori kembali ke ruangan. Tangannya memegang dua cangkir yang sama besar. Di dalamnya terdapat cairan hitam kental dengan asap yang mengepul. Dari aromanya, Sasuke tahu kalau pemuda itu tadi pergi ke pantry untuk menyeduh kopi.
Satu tangan Sasori terulur ke depan, menyodorkan secangkir kopi yang tadi dibuatnya pada pemuda yang saat ini sudah kembali menekuni laporannya itu..
"Ini, minumlah !"
Pemuda raven itu belum mengambil cangkir yang tadi disodorkan Sasori. Ia menaikkan sebalah alisnya, sedikit heran dengan tingkah Sasori yang tiba-tiba.
"Ambilah ! Tenang saja, aku tidak mencampurkan racun di kopimu." Sasori berujar menjawab pertanyaan tersirat Sasuke sembari menaikkan sudut bibirnya sedikit, smirk evil.
"Kheh! Melihat ekspersimu saja sudah tidak meyakinkan sama sekali" Sasuke masih menyangkal kata-kata Sasori.
"Ambil saja dan jangan banyak bicara ! Anggap saja itu sebagai permintaan maafku karena kau harus menemaniku lembur!"
Akhirnya setelah sedikit berdebat, Sasuke menerima secangkir kopi itu juga. Lagi pula ia cukup tergoda dengan aroma yang sedari tadi menguar dari cangkir itu, hanya saja gengsinya yang tinggi menyuruhnya untuk tak langsung menerima tawaran si pemuda Akasuna itu.
Sasori kembali ke meja kerjanya setelah Sasuke menerima cangkir yang tadi di berikannya. Ia menyesap aroma kopi itu sebelum meminumnya sedikit. Sepertinya dia siap memaksa otaknya kembali bekerja agar laporannya lekas selesai.. .
.
.
.
Jarum jam dinding yang terus berdetak teratur tadi sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat tiga puluh menit. Tidak ada percakapan yang terjadi setelah adegan Sasuke menerima kopi tadi. Masing-masing dari mereka sibuk dengan laptop masing-masing.
Sasuke menghembuskan nafas lega, akhirnya setelah berjam-jam yang terasa panjang laporannya selesai juga. Setelah menyimpan file laporannya ia mengalihkan atensinya ke pemuda merah di sampingnya. Jari-jarinya masih beradu dengan tombol keyboard, sepertinya dia belum selesai. Penasaran, Sasuke pun memutuskan bertanya,
"Apa kau masih belum selesai ?"
…
Tidak ada jawaban, Sasuke mengerutkan keningnya. Apa pemuda itu tidak mendengar suaranya, pikirnya sedikit heran. Dia beranjak dari tempat duduknya. Berjalan mendekat ke pemuda itu lalu berdiri di sampingnya. Ia kembali bertanya sembari menundukkan wajahnya agar si pemuda merah itu mendengarnya, "Apa kau masih belum selesai ?"
Sasori yang mendengar pertanyaan Sasuke mengalihkan arah pandangannya, manik hazelnya reflek menatap wajah Sasuke yang hanya berjarak beberapa inchi dari wajahnya. Sedikit kaget Sasori mengalihkan wajahnya kembali menghadap layar laptop. Wajahnya sedikit memerah membuatnya salah tingkah.
"Jangan dekat-dekat baka!" ucapnya ketus, menutupi kegugupannya.
Onyix Sasuke berkilat menatap Sasori, tak mengerti kenapa pemuda itu malah berujar ketus.
"Siapa yang kau panggil baka, aku bertanya baik-baik padamu sedari tadi bocah !"
"Sudah ku bilang jangan dekat-dekat, pantat ayam. Kau membuatku terganggu.!" Sasori masih kekeh dengan sikapnya yang melenceng jauh dari topik pertanyaan Sasuke tadi.
Pemuda Uchiha itu menghela nafas, sebal dengan tingkah Sasori. Niatnya dia ingin membantu pemuda itu agar kerjaan mereka selesai sebelum tengah malam. Tapi mendengar nada ketus dari Sasori membuat Sasuke juga merasakan hal yang sama, kesal.
"Sebenarnya aku tadi berniat membantumu Akasuna, tapi mendengar jawabanmu aku tidak jadi menawarkan diri !"
Sasuke akhirnya berjalan untuk mendudukkan dirinya kembali di kursi kerjanya. Sasori yang mendengar pernyataan Sasuke sedikit tersentak, ia tak percaya kalau pemuda dingin itu mau menawarkan bantuan padanya, kesambet setan mana si pantat ayam itu.
.
.
Sasori melirik sedikit partner lemburnya itu dari ekor matanya. Sasuke tampak sibuk memainkan ponsel sedari tadi. Dia tak juga beranjak pulang meski bagian laporan yang dikerjakannya sudah selesai, mungkin karena hujan yang turun di luar masih deras dan dia tak membawa payung ataupun mobil. Tadi pagi dia berangkat menumpang mobil Naruto.
Sedikit ragu Sasori mengumbar tanya pada Sasuke.
"Ehm, apa tawaranmu tadi masih berlaku Uchiha ?"
Sasuke mengalihkan atensinya pada pemuda Akasuna itu. "Kau bertanya paadaku Akasuna ?"
Dan saat itu juga Akasuna Sasori menggeram menahan emosi untuk tidak melempar laptop kepada Sasuke. "Tidak, aku hanya sedang bermonolog dengan laptop sialan ini" Sasori menjawab dengan kesal.
Tawa renyah keluar dari bibir Sasuke, ada kepuasan tersendiri bisa mengerjai seorang Akasuna Sasori. "Jangan ketus Akasuna, aku akan membantumu"..
Dan dengan begitu Sasuke membantu Sasori menyelesaikan laporannya tanpa banyak mengumbar debat.
.
.
Ketika laporan yang mereka berdua kerjakan selesai, jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit. Sedangkan hujan di luar mulai berganti dengan rintik-rintik kecil, tak sederas sebelumnya. Ke dua pemuda berbeda warna rambut itu membereskan barang masing-masing, berniat pulang sesegera mungkin. Sasori yang sudah selesai mengemasi barangnya melempar pandang pada Sasuke. Sasuke sendiri juga sudah selesai dengan barang bawaannya.
"Uchiha,?" Sasori menggantung tanya
….
"Kalau tidak keberatan kau bisa menumpang mobilku. Ehem, maksudku aku bisa memberimu tumpangan, anggap saja sebagai ucapan terimakasih," Sasori menggaruk tengkuknya, sedikit salah tingkah. Ia tidak berani menatap pemuda Uchiha itu, matanya mencari-cari atensi lain.
….
Masih tidak ada jawaban, pemuda Uchiha itu hanya menatap Sasori, lekat.
Kesal karena diacuhkan Sasori mengalihkan pandangannya pada Sasuke, bermaksud memakinya. Dan saat ia memalingkan wajahnya, iris hazelnya tepat menatap onyx Sasuke yang juga tengah menatapnya. Deg, jantung ke duanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepersekian detik mata mereka saling mengunci satu sama lain, sampai akhirnya Sasori memutuskan tatapan mereka lebih dulu. Semburat merah tipis muncul di pipi keduanya. Apa-apan itu tadi ?
Sasori berdeham lirih, mencoba mengembalikan sikapnya seperti semula,"Ehm, sampai kapan kau akan terus menatapku seperti itu, Uchiha ?"
Sasuke akhirnya kembali ke alam sadarnya setelah mendengar pertanyaan Sasori yang kesekian.
"Ah, ya. Kalau kau tak keberatan ?"
Tidak secara terang-terangan menjawab. Tapi Sasori mengerti kalau Sasuke menerima tawarannya.
"Kalau begitu ayo,!" ajak Sasori.
"Hn…!
Dan setelah mematikan lampu serta mengunci pintu, ke dua pemuda itu berjalan bersisihan menuju tempat parkir tanpa bicara apapun. Mereka tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing, canggung. Karena untuk pertama kalinya dua pemuda yang tak pernah akur itu menghabiskan waktu bersama dan bahkan pulang dengan mobil yang sama.
.
.
.
Alur berantakan dan cerita tak jelas.. maafkan…
Ini hanya fic gaje sebagai pelampiasan atas kitidaak mampuan authore menulis lanjutan fic tepat waktu..
Makasih buat semua yang udah kasih dukungan buat authore.. buat kalian yg udah RnR atau follow dan juga fav fanfic author, authore ucapin makasih banyak guys!
Sekali lagi jangan lupa tinggalin jejak di kolom review, sekalian kasih pendapat kalian soal fic gaje ini. Kalau layak publish bakal authore lanjutin, but kalau nggak layak publish authore bakal drop fic ini.. xD
Arigatou :)
