I'm Fine
Cast: Kim Jongwoon (Yesung) dan Kim Ryeowook
Pairing: YeWook
Genre: YAOI, Romance, Hurt/Comfort
Rating: T (mungkin)
Warning: OOC, typo, bahasa berantakan, alur terlalu cepat, bisa menyebabkan sakit mata dan mual-mual. Waspadalah!
Disclaimer: Maunya sih mereka itu punya saya, tapi fakta yang ada mutlak mengatakan kalau mereka itu punya Tuhan. Tapi cerita ini hasil dari otak saya sendiri. Jangan ditiru apalagi ngaku-ngaku. Kalau mau buat cerita pakai otak masing-masing. Intinya jangan nyakitin perasaan orang lain dengan tindakan yang tidak bertanggung jawab!
Summary: Kedekatannya dengan sosok tampan bernama Kim Yesung nyatanya membawa Ryeowook pada satu perasaan bernama cinta. Keputusan untuk tetap memendam perasaannya membuat Ryeowook harus merasakan sakit di hatinya, apalagi ketika dirinya mengambil satu kesimpulan yang semakin menambah luka pada hatinya.
.
.
.
.
.
Selamat membaca :*
.
.
.
.
.
Aku tak selemah itu...
Meski tanpa sadar kau sudah menyakitiku, aku masih sanggup hanya untuk mengatakan 'aku baik-baik saja'
Bangku perkuliahan bukan lagi tempat untuk bermain-main. Segala kebiasaan buruk yang pernah dilakukan ketika Sekolah Menengah Atas seharusnya dapat diubah agar menjadi lebih baik. Namun hal itu tak berpengaruh pada satu kelas yang saat ini tengah berada dalam suasana yang amat sangat ramai.
Dosen yang seharusnya mengajar di jam kuliah pertama mendadak absen ketika dirinya mendapat telepon penting dari seseorang—entah dari siapa—dan hal itu sontak mengundang teriakan-teriakan heboh dari mahasiswa maupun mahasiswi yang berada di dalam kelas tersebut sesaat setelah sang dosen kembali menutup pintu kelas.
Tak beraturnya letak kursi dan meja, banyaknya tulisan-tulisan tak jelas yang tertoreh di papan tulis serta bisingnya suara-suara yang memekakkan telinga cukup menjadi bukti jika suasana kelas tersebut melebihi ramainya suasana pasar tradisional.
Di antara hiruk-pikuk yang terjadi di dalam kelas tersebut, ada dua sosok pria yang terlihat enggan untuk ikut membuat keributan. Terbukti dari tingkah laku mereka yang sejak tadi hanya duduk diam di kursi paling pojok sebelah kiri.
Sosok pria yang memiliki tubuh lebih tinggi tetap fokus pada buku yang tengah dibacanya, mengabaikan seruan teman-temannya yang sejak tadi mengajaknya untuk bergabung. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi dengan kaki sebelah kirinya yang tak menyentuh lantai—berpijak pada sisi kursi yang tak sepenuhnya terisi oleh bokongnya. Sedangkan sosok pria yang bertubuh lebih mungil terlihat tengah membenarkan hoodie yang menutupi sebagian tangan dan dadanya. Kepalanya ia sandarkan pada lutut sosok pria yang berada di sebelahnya dengan kedua matanya yang terpejam. Keningnya tak jarang membuat sebuah kerutan ketika suara-suara bising itu memasuki indera pendengarannya.
"Apa kau tidak tidur semalam Wookie-ah?" sosok pria yang bertubuh lebih tinggi, yang diketahui bernama Kim Yesung membuka suaranya untuk bertanya pada sosok yang berada di sebelahnya.
"Aku tidur kok," jawab sosok itu.
Yesung terdiam sebentar kemudian mengalihkan pandangannya dari kalimat-kalimat yang ada di buku untuk menatap pucuk kepala sosok yang tengah bersandar pada lututnya.
"Jam berapa?" tanyanya lagi.
Sosok yang memiliki nama kelahiran Kim Ryeowook itu terlihat menyamankan kepalanya pada lutut Yesung kemudian kembali membuka suaranya untuk menjawab pertanyaan Yesung, masih dengan kedua matanya yang terpejam.
"Jam tiga pagi," jawab Ryeowook.
Yesung lantas berdecak tak suka setelah mendengar jawaban Ryeowook.
"Apa saja yang kau lakukan sampai kau tidur ketika matahari sudah berniat untuk memancarkan sinarnya?" tanya Yesung kesal.
"Tidak ada. Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya berguling-guling saja dengan selimutku sampai aku lelah dan mengantuk."
"Apa tidak ada pekerjaan yang lebih baik dari itu Wookie-ah? Kau seperti orang bodoh bertingkah seperti itu!"
DUGH
"A—akh!"
Yesung hanya bisa mengaduh seraya mengelus tulang kering kaki sebelah kirinya yang sakit setelah Ryeowook tanpa segan mendaratkan pukulan keras di tulang kering kakinya.
"Lalu aku harus bagaimana? Hyung pikir masih ada teman-temanku yang terjaga sampai jam tiga pagi? Hyung saja sudah pergi ke alam mimpi hyung sejak pukul sebelas malam. Kalau aku jahat, aku bisa saja mengganggu tidur hyung. Aku akan menelepon hyung terus-menerus sampai hyung terbangun kemudian menemaniku hingga kantuk menyerangku. Kalau seperti itu yang hyung mau, aku akan melakukannya mulai malam nanti!"
Yesung meneguk ludahnya susah payah mendengar kata-kata Ryeowook.
"He—hei! Mana ada yang seperti itu Wookie-ah? Tidak sopan mengganggu orang yang tengah beristirahat tahu," ucap Yesung.
"Kalau begitu jangan mengejekku bodoh!" sahut Ryeowook kesal.
Yesung kembali menatap pucuk kepala Ryeowook lekat-lekat sebelum menghela napas berat. Salah satu tangannya lantas bergerak untuk mengusap sayang helaian rambut Ryeowook.
"Hyung tidak bermaksud untuk mengejekmu bodoh Wookie-ah. Hyung hanya khawatir kau sakit jika tidur ketika pagi sudah hampir datang…" ucap Yesung penuh perhatian.
Ryeowook membuka kedua matanya kemudian mendongakkan kepalanya dan menatap Yesung dengan kedua matanya yang sedikit memerah.
"Insomniaku…" keluh Ryeowook membuat Yesung melayangkan tatapan prihatin untuknya.
"Hyung mengerti, tapi jangan terus-menerus kau turuti penyakit bodohmu itu Wookie-ah. Kesehatanmu akan terganggu jika kau selalu seperti itu," nasihat Yesung.
"..."
Hening.
Ryeowook hanya menganggukkan kepalanya pelan saat mendengar nasihat Yesung. Ia tak berniat untuk membalas perkataan Yesung. Kedua matanya kembali ia perintahkan untuk terpejam.
"Yesung hyung, bangunkan aku jika dosen kedua sudah datang," pinta Ryeowook seraya menutupi wajah dan kepalanya dengan hoodie milik Yesung.
.
.
.
.
.
Ryeoby Rin
.
.
.
.
.
Ryeowook mengerang tak suka saat dirinya merasakan gerakan-gerakan kecil yang terjadi pada kepalanya. Keningnya membuat kerutan dengan kedua alisnya yang hampir menyatu, menandakan jika ia benar-benar terganggu dengan gerakan tersebut. Berusaha mengabaikan, Ryeowook memilih untuk kembali ke alam mimpinya. Namun gerakan yang terasa semakin cepat setiap detiknya membuat ia kembali mengerang tak suka. Sebelah tangannya lantas ia gunakan untuk mengambil hoodie yang menutupi kepala dan wajahnya kemudian mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, berusaha untuk meraih fokus penglihatannya. Setelah kedua matanya terbuka dengan sempurna, ia lantas mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah orang yang sudah mengganggu tidurnya dan indera penglihatannya langsung disajikan dengan pemandangan yang menjengkelkan.
"Tidak usah pamer gigi! Hyung pikir gigi hyung itu bagus?" ucap Ryeowook ketus saat melihat Yesung masih saja tersenyum bodoh dengan gigi-giginya yang terlihat.
Yesung tidak menghiraukan ucapan Ryeowook. Ia terus saja tersenyum bodoh seraya menaik-turunkan kedua alisnya.
"Aissh! Kau selalu saja jahil padaku Kim Yesung!" gerutu Ryeowook.
"Rasanya aneh jika sehari saja hyung tidak menjahilimu Wookie-ah," sahut Yesung santai.
Ryeowook lantas menolehkan kepalanya setelah mendengar perkataan Yesung. Kedua matanya menatap Yesung dengan tajam.
"Terserah!" balasnya ketus.
Yesung terdiam, tak menanggapi ucapan Ryeowook. Ia lebih memilih untuk memerhatikan Ryeowook yang saat ini tengah menyandarkan kepalanya di dinding yang ada di belakangnya dengan kepala dan wajah yang kembali tertutupi hoodie.
"Wookie-ah…" panggil Yesung pelan.
Selama beberapa detik tidak terdengar tanggapan apapun dari Ryeowook. Namun di detik berikutnya Ryeowook merespon panggilan Yesung dengan sebuah gumaman.
"Hmm…"
Yesung tersenyum senang ketika Ryeowook sudah merespon panggilannya. Tanpa pikir panjang, ia lantas membuka suaranya untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Kau tahu Wookie-ah? Kepalamu itu tidak sebesar kepalaku, tapi kenapa kepalamu itu terasa berat sekali? Lututku sampai kram karena terlalu lama tertindih kepalamu," ucap Yesung polos seraya merenggangkan otot-otot kakinya yang terasa kram, mengabaikan tatapan membunuh yang Ryeowook layangkan untuk dirinya.
Yesung masih fokus dengan kegiatannya, hingga tiba-tiba saja hawa dingin yang terasa di tengkuknya membuat ia menghentikan kegiatannya sejenak. Ia tidak tahu hal apa yang membuat udara di sekitarnya tiba-tiba terasa begitu dingin, jadi ia memilih untuk menolehkan kepalanya dan kedua matanya lantas terbelalak bersamaan dengan gerakan jakunnya yang turun perlahan-lahan.
"Wo—Wookie…"
"Kim Yesung idiot!"
BUGH
"A—akkh!" Yesung hanya dapat meringis kesakitan setelah Ryeowook memukul kepalanya dengan kuat. Salah satu tangannya lantas ia perintahkan untuk mengusap-usap bekas pukulan Ryeowook. Berharap dengan begitu rasa sakitnya bisa sedikit berkurang.
'Semoga tidak benjol!' doanya dalam hati.
.
.
.
.
.
Ryeoby Rin
.
.
.
.
.
Tidak ada yang bisa dilakukan dengan baik ketika matahari sudah bersinar begitu terik ditambah dengan jam yang sudah menunjukkan di atas pukul sembilan pagi. Tanpa memedulikan kebersihan dan juga kerapihan, semua orang tentu akan bergegas untuk bersiap-siap ke tempat aktivitas masing-masing meski keterlambatan sudah terjadi sejak mereka sadar dari alam mimpinya. Dan hal itu pun yang dirasakan oleh sosok pria berparas manis dengan tubuhnya yang mungil itu.
Dengan rambut yang terlihat acak-acakan, Ryeowook dengan cepat menaiki satu per satu anak tangga yang ada di kampusnya demi menuju kelasnya yang berada di lantai tujuh. Lupakan lift yang memang disediakan oleh pihak kampus. Karena sejak ia berkuliah di sana, lift tersebut tidak pernah kosong dari antrean mahasiswa maupun mahasiswi yang ingin menaiki lift itu guna menuju kelas masing-masing. Jadi, daripada membuang-buang waktu karena antre demi bisa menaiki lift itu, Ryeowook lebih memilih untuk menaiki berpuluh-puluh anak tangga agar bisa dengan cepat sampai di kelasnya meskipun dengan peluh yang selalu menghiasi sekitar kening dan pelipisnya.
"Haahh… haahh... haahh…"
Ryeowook segera mendudukkan dirinya di kursi yang berada paling pojok sebelah kiri setelah dirinya sudah sampai di kelas. Bibirnya sedikit terbuka dengan deru napas yang berhembus cukup kuat. Dan kedua matanya lantas terpejam saat ia merasakan betapa pegal kedua kakinya itu setelah melakukan olahraga dadakan.
"Kau hampir saja terlambat Wookie-ah," sosok yang berada di sebelah kiri Ryeowook langsung membuka suaranya saat kedua matanya melihat dosen yang akan mengajar di jam kuliah pertama mereka sudah duduk tenang di meja dosen.
Ryeowook membuka kedua matanya yang terpejam kemudian menatap wajah sang dosen selama beberapa detik sebelum menolehkan kepalanya untuk menatap sosok yang tadi mengajaknya berbicara.
"Ne, aku masih beruntung Sungmin hyung," jawab Ryeowook pelan.
Sosok yang Ryeowook panggil Sungmin hyung menganggukkan kepalanya seraya menatap wajah Ryeowook.
"Kau sakit Wookie-ah?" Sungmin bertanya setelah beberapa menit memerhatikan wajah Ryeowook dan baru menyadari jika wajah yang selalu berbinar cerah dengan rona merah muda samar itu kini sedikit ternoda dengan warna putih pucat.
Ryeowook mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Sungmin.
"Aku? Sakit?" jawab Ryeowook mengulang pertanyaan Sungmin.
Sungmin kembali menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Ryeowook.
"Tidak! Aku tidak sakit hyung, aku baik-baik saja," jawab Ryeowook seraya tersenyum manis.
Sungmin menaikkan satu alisnya mendengar jawaban Ryeowook.
"Tapi wajahmu pucat," ucap Sungmin lagi seraya menunjuk wajah Ryeowook.
"Ah, benarkah?" tanya Ryeowook tak yakin.
Sungmin mengangguk.
"Apa kau tak sempat berkaca sebelum datang ke kampus Wookie-ah?"
Ryeowook terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya.
"Aku tak sempat berkaca sebelum datang ke sini karena aku takut jika aku berkaca terlebih dahulu aku tak akan berhenti memuji wajahku yang tampan ini hyung."
Sungmin refleks membuka lebar mulutnya dengan kedua matanya yang membulat sempurna setelah mendengar ucapan Ryeowook.
"Kim Ryeowook! Sejak kapan wajahmu itu berubah menjadi tampan, heh? Semua temanmu di kelas ini, bahkan orang-orang yang mengenalmu pun juga tahu jika wajahmu itu manis bahkan cenderung cantik daripada tampan!" seru Sungmin kesal seraya melirik sinis ke arah Ryeowook.
Ryeowook hanya menunjukkan cengiran lebarnya dan menaik-turunkan kedua alisnya untuk merespon ucapan Sungmin. Sementara Sungmin hanya dapat mendengus kesal saat Ryeowook selalu memberikan ekspresi yang sama jika ia sudah mulai dengan acara narsisnya.
"Dasar bodoh!" umpat Sungmin sambil mendorong kening Ryeowook.
Kali ini Ryeowook mengubah ekspresinya. Cengiran lebar dan kedua alisnya yang naik-turun tak lagi terlihat berganti dengan bibirnya yang mengerucut lucu dan kedua pipinya yang menggembung.
"Seperti hyung pintar saja!" dengusnya kesal.
Sungmin memutar kedua bola matanya malas. Bibirnya kembali terbuka, bersiap untuk membalas ucapan Ryeowook.
"Setidaknya aku tidak pernah mengatakan hal yang tidak jujur tentang wajahku!" sahutnya ketus.
"Tentu saja. Wajah hyung seperti preman pasar begitu, sangat mustahil jika hyung mengaku wajah hyung tampan!" gumam Ryeowook pelan.
PLAK
"Aduuhh…" Ryeowook meringis sakit setelah pipi sebelah kanannya mendapat tepukan keras dari tangan Sungmin.
"Aku mendengarmu Kim Ryeowook!" ucap Sungmin sambil melotot menatap Ryeowook.
Ryeowook kembali mengerucutkan bibirnya bersamaan dengan tangannya yang mengusap-usap bekas tepukan tangan Sungmin di pipinya.
"Dasar jahat!" gerutu Ryeowook.
Tepat setelah melontarkan gerutuan untuk Sungmin, pria manis kelahiran Juni itu mengalihkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling kelas, salah satu kebiasaannya sebelum tatapannya terfokus pada dosen yang mengajar. Dan seketika tatapannya terhenti di tempat duduk paling pojok sebelah kanan, tempat duduk yang tengah diisi oleh dua temannya.
Mengalihkan pandangan, Ryeowook menundukkan kepalanya seraya menghela napas berat. Indera penglihatannya tak lagi berminat untuk menatap apapun di sekelilingnya, termasuk dosen yang saat ini tengah menjelaskan mata kuliah pertamanya. Telinganya seolah ia tulikan saat seruan-seruan menggoda itu selalu terlontar dari bibir teman-temannya ketika mendapati kedua temannya yang tengah duduk bersama di tempat duduk paling pojok sebelah kanan itu melakukan hal-hal yang tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja.
Sekali lagi Ryeowook menghela napas berat, membuat Sungmin yang awalnya fokus pada penjelasan sang dosen kini mengalihkan pandangan untuk menatapnya.
"Wookie-ah? Waeyo?" tanyanya heran.
"Tidak apa-apa," jawab Ryeowook lesu seraya menggelengkan kepalanya yang masih menunduk.
Merasa tak yakin dengan jawaban Ryeowook, Sungmin lantas melihat ke sekelilingnya. Memerhatikan teman-temannya yang tengah sibuk mendengarkan penjelasan dosen maupun sibuk dengan urusan masing-masing, hingga indera penglihatannya melihat pada satu titik, tanpa sadar Sungmin mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
"Mereka lagi!" ucapnya dengan nada tak suka.
Ryeowook yang mendengar ucapan Sungmin langsung mendongakkan kepalanya, menatap Sungmin dengan tatapan sendunya.
"Sebenarnya… Apa hubungan mereka hyung?" tanya Ryeowook lirih.
Sungmin merasa lidahnya kelu seketika, membuat kata-kata yang hendak ia ucapkan untuk menjawab pertanyaan Ryeowook hilang begitu saja.
"Sungmin hyung…" panggil Ryeowook. Nada bicaranya masih terdengar lirih, namun juga menuntut dalam waktu bersamaan.
"Mereka tidak memiliki hubungan apapun Wookie-ah, mereka hanya teman."
Ryeowook hanya mampu mengukir senyum miris di bibirnya ketika Sungmin selalu menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sama.
'Mereka tidak terlihat seperti teman, hyung...' batinnya lirih.
.
.
.
.
.
Ryeoby Rin
.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang dan mata kuliah terakhir yang Ryeowook ikuti pun telah selesai. Puluhan pasang kaki tampak melangkah keluar kelas bersamaan dengan suara-suara yang terdengar begitu jelas. Pemandangan yang sudah biasa terlihat itu membuat Ryeowook menghela napas pelan.
"Wookie! Ayo! Kita cari kelas lain saja. Kelas ini akan dipakai kakak kelas satu jam lagi."
Suara yang terdengar dari arah kiri Ryeowook membuat pria manis itu menoleh dan menatap sosok sang sahabat yang tengah memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
"Di kelas biasa kita kerja kelompok saja hyung. Aku malas kalau harus cari-cari kelas yang kosong lagi," ucap Ryeowook.
Tanpa membalas ucapan Ryeowook, Sungmin hanya mengangguk seraya membentuk bulatan kecil pada salah satu tangannya dengan menempelkan telunjuk dan ibu jarinya.
Ryeowook balas mengangguk pada Sungmin kemudian berdiri dari posisi duduknya dan melangkahkan kedua kakinya keluar kelas untuk menuju kelas yang dimaksud olehnya.
"Memangnya kau harus mengerjakan apalagi hyung? Bukankah makalah untuk presentasimu besok sudah selesai?" tanya Ryeowook setelah dirinya dan juga Sungmin sudah berada di dalam kelas dengan tulisan A.7.8 di depan pintunya.
"Tidak ada. Aku hanya ingin memeriksa PowerPoint yang aku buat semalam Wookie-ah," jawab Sungmin seraya mengeluarkan laptop dari dalam tas kemudian menyalakannya.
Tanpa banyak bertanya lagi, Ryeowook hanya merespon jawaban Sungmin dengan anggukkan pelan yang dilakukan kepalanya kemudian membiarkan Sungmin sibuk dengan pekerjaannya. Setelahnya ia hanya fokus pada ponselnya, mengabaikan suara Sungmin yang memanggil namanya untuk meminta bantuannya.
"YA! Wookie!" teriak Sungmin kesal.
Ryeowook menoleh dan menatap Sungmin dengan tatapan polos miliknya.
"Apa hyung?"
Sungmin sedikit menggeram melihat tatapan polos yang Ryeowook layangkan untuknya, terlebih nada bicaranya yang juga terdengar polos pun menambah tingkat kekesalan yang ada di hatinya.
'Sabar Sungmin. Sabar!' nasihatnya dalam hati.
"Ck! Kau itu tidak pernah memedulikan sekitarmu kalau sudah berduaan dengan ponselmu Wookie-ah," ucap Sungmin malas.
Ryeowook mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Sungmin.
"Kau ini kenapa hyung? Jangan mengatakan sesuatu yang seolah-olah hyung tidak pernah melakukannya. Seperti hyung tidak pernah begitu saja. Hyung bahkan lebih parah dariku. Hyung sudah seperti orang tidak waras jika berduaan dengan ponsel hyung!"
"YA! Apa maksudmu?" tanya Sungmin tak terima karena Ryeowook mengejeknya seperti orang tak waras jika sudah berduaan dengan ponselnya.
Ryeowook memutar kedua bola matanya sebelum menjawab pertanyaan Sungmin.
"Semua orang bahkan tahu kalau ponsel itu alat komunikasi jarak jauh, tapi hyung justru seperti melakukan hal yang sebaliknya. Hyung tahu? Aku selalu memerhatikan hyung jika hyung sudah fokus dengan ponsel hyung. Hyung tidak jarang senyum-senyum tidak jelas ditambah dengan rona merah yang kerapkali muncul di kedua pipi hyung. Sebenarnya tidak masalah jika hyung berkomunikasi langsung dengan orang yang hyung maksud. Tapi itu—"
"Kim Ryeowook! Kau bahkan juga tahu kalau aku berkomunikasi dengan orang yang nyata di luar sana. Jadi, jangan bicara seolah-olah aku hanya berkomunikasi dengan ponsel saja tanpa ada orang yang dimaksud!" Sungmin memotong ucapan Ryeowook dengan sinis.
"Ya, ya, ya. Aku tahu. Tingkah laku orang yang sedang kasmaran memang cenderung tidak waras jika sudah berkomunikasi dengan sang kekasih," sindir Ryeowook pada Sungmin.
PLAK
"YA!"
Ryeowook melotot menatap Sungmin setelah mendapat pukulan keras di kepalanya.
"LEE SUNGMIN! BISA TIDAK SIH KAU ITU TIDAK MEMUKUL ORANG SEMBARANGAN?! KAU PIKIR KEPALAKU INI APA HEH?!" teriak Ryeowook penuh emosi.
"TI-DAK BI-SA!" jawab Sungmin penuh penekanan di setiap katanya.
"Aissh!" dengus Ryeowook seraya mengusap bekas pukulan Sungmin di kepalanya.
"Hyung itu kasar sekali dengan sahabat hyung sendiri," keluh Ryeowook.
Tanpa memedulikan keluhan sang sahabat, Sungmin justru masih bersikeras untuk melancarkan serangannya pada Ryeowook.
"Lihat saja nanti. Jika kau sudah memiliki kekasih, aku akan mengejekmu habis-habisan seperti kau yang selalu mengejekku Kim Ryeowook."
"Terserah!" balas Ryeowook tak acuh.
.
.
.
Suasana hening kembali tercipta setelah perang mulut yang dilakukan oleh dua sosok bergender sama namun dengan tinggi tubuh yang berbeda itu selesai. Perdebatan yang kerapkali terjadi di antara mereka seolah menjadi bumbu penguat untuk persahabatan yang sudah terjalin selama enam tahun itu. Di antara banyaknya kata-kata pedas dan juga pukulan-pukulan (baik pelan ataupun keras) yang selalu hadir di sela-sela perdebatan mereka, Ryeowook dan Sungmin tidak pernah ambil hati akan hal itu. Keduanya hanya menganggap hal itu sebagai bentuk kasih sayang yang mereka salurkan dan juga sebagai candaan yang tak biasa. Namun meski begitu, salah satu di antara mereka tidak jarang akan merajuk ataupun marah jika perdebatan yang mereka lakukan sudah melewati batas.
"Aku mendapat pesan."
Suara yang terlontar dari bibir tipis milik Ryeowook sukses menghilangkan keheningan yang tercipta karena sosok yang baru saja diajak bicara olehnya dengan cepat merespon perkataannya.
"Dari siapa?" tanya Sungmin seraya menatap Ryeowook yang tengah sibuk membalas pesan yang baru saja didapatnya.
"Dari Yesung hyung," jawab Ryeowook membuat Sungmin mengangguk paham.
From: Yesungie hyung
Wookie-ah? Kau sudah pulang belum?
To: Yesungie hyung
Aku belum pulang hyung, aku masih di kampus. Ada apa?
"Hyung—" kata-kata yang hendak Ryeowook ucapkan terpaksa terhenti ketika merasakan ponselnya kembali bergetar di tangannya.
From: Yesungie hyung
Oke. Di mana kau sekarang?
Ryeowook sedikit membuat kerutan pada keningnya ketika membaca balasan pesan dari Yesung. Namun jari-jarinya dengan lihai bergerak di atas layar ponselnya untuk kembali membalas pesan Yesung.
To: Yesungie hyung
Aku di kelas A.7.8 hyung.
Setelah selesai membalas pesan Yesung, Ryeowook kembali membuka suaranya untuk melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti.
"Hyung, aku bertemu dengan Eunhyuk hyung dan Donghae hyung kemarin…"
"Oh ya? Di mana?" tanya Sungmin tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop yang ada di hadapannya.
"Di taman dekat rumahku."
Sungmin mengangguk.
"Mau apa mereka ke sana?" tanyanya lagi, masih dengan pandangan yang fokus pada layar laptopnya.
"Aku tidak tahu. Tapi aku melihat ada seorang wanita juga di sana…"
Sungmin dengan cepat menolehkan kepalanya dan menatap Ryeowook dengan kedua matanya yang membulat setelah mendengar pernyataan Ryeowook.
"A—apa katamu? Wa—"
Cklek
Ucapan Sungmin tidak dapat terselesaikan karena suara pintu yang terbuka. Dua pria yang memiliki wajah manis itu kemudian menatap pintu dan mendapati kepala Yesung yang muncul di sela pintu yang terbuka.
"Yesung hyung?" panggil Ryeowook dengan nada bertanya.
Tanpa menanggapi panggilan Ryeowook, Yesung bergegas masuk dan berdiri tepat di samping Ryeowook kemudian menggenggam salah satu tangan Ryeowook dengan erat, membuat Ryeowook membulatkan kedua matanya karena terkejut.
"Eh?"
"Ikut hyung!" pinta Yesung.
"Ke mana?" tanya Ryeowook heran.
"Ke kelas sebelah. Bantu hyung mengerjakan tugas," jawab Yesung kemudian segera menyeret Ryeowook keluar dari dalam kelas, meninggalkan sosok Sungmin yang sejak tadi hanya terdiam melihat kedatangannya.
"YA! SUNGMIN HYUNG! KAU PULANGLAH LEBIH DULU! TIDAK USAH MENUNGGUKU! AKU AKAN MEMBANTU YESUNG HYUNG!"
Sungmin menghela napas berat sebelum dirinya terdiam dengan bibir yang terkatup rapat. Teriakan dengan intonasi keras yang terlontar dari bibir Ryeowook sukses membuat dirinya menatap sendu pada pintu yang masih terbuka. Bibirnya kemudian mengukir senyum miris saat otaknya mengingat apa saja yang sudah dilakukan Ryeowook untuk orang yang dicintainya.
"Kau hanya dimanfaatkan Wookie-ah…" lirihnya.
.
.
.
.
.
Ryeoby Rin
.
.
.
.
.
Ryeowook mengernyit bingung ketika melihat beberapa teman sekelasnya berada di dalam kelas yang dimaksud Yesung. Dengan kening yang berkerut, Ryeowook melangkah ke dalam kelas dengan Yesung yang melangkah di depannya. Kedua matanya sesekali mengedar untuk melihat teman-temannya yang tampak sibuk mengobrol satu sama lain.
"YA! Yesung hyung! Di sini banyak orang, kenapa hyung tidak meminta bantuan pada salah satu di antara mereka?" tanya Ryeowook berbisik setelah dirinya sudah duduk di kursi yang dimaksud Yesung.
Yesung menoleh, menatap sesaat wajah manis Ryeowook sebelum mengalihkan pandangannya untuk melihat teman-temannya yang juga ada di dalam kelas tersebut.
"Hyung tidak yakin jika harus meminta bantuan pada mereka," jawabnya santai.
"Kenapa tidak yakin? Bukankah mereka semua pintar?" tanya Ryeowook lagi.
"Itu tidak penting untuk dibahas Wookie-ah. Sekarang bantu hyung!" ucap Yesung tanpa menjawab pertanyaan Ryeowook.
"Aku akan membantu hyung, tapi sebelumnya aku ingin bertanya satu hal pada hyung!"
"Apa?"
"Ke mana anggota kelompok hyung yang lain? Bukankah tugas ini harus dikerjakan secara berkelompok?" tanya Ryeowook.
"Siwon sedang sibuk," jawab Yesung.
"Sibuk apa?" tanya Ryeowook lagi.
"Dia harus mempersiapkan seminar pendidikan yang akan diadakan seminggu lagi."
"Ck! Mana bisa seperti itu? Meskipun sibuk dengan urusan yang lain, seharusnya Siwon hyung tidak melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Kalau dia seperti itu, itu berarti dia tidak bisa bertanggung jawab dengan apa yang harus dilakukannya!" gerutu Ryeowook. Ia mendadak kesal ketika otaknya mengingat salah satu teman sekelasnya yang bernama Siwon selalu mengabaikan kewajibannya sebagai mahasiswa dan selalu melimpahkan tugas yang diberikan dosen kepada teman kelompoknya.
"Sudahlah Wookie-ah! Percuma saja kau marah-marah, itu tidak akan mengubah Siwon untuk menjadi lebih baik. Sekarang cepatlah bantu hyung mengerjakan tugas sebelum matahari terbenam."
"Baiklah. Hyung yang mengetik dan aku yang membacakan."
Yesung mengangguk paham.
"Kegiatan berkomunikasi lisan dimulai dari otak si pembicara. Dengan memanfaatkan kreativitas otak, si pembicara menemukan gagasan (ide) yang akan disampaikan kepada si pendengar. Si pembicara akan memilih kata, frase, atau ungkapan yang dapat mewakili gagasan tersebut, kemudian menyusunnya dalam bentuk kalimat yang sesuai dengan sistem bahasa yang dipakai si pendengar. Tahap pemilihan unsur kebahasaan yang sesuai dengan ide disebut tahap linguistik—"
Suara Ryeowook yang tengah membacakan materi mata kuliah yang akan dibahas oleh kelompok Yesung terdengar seiring dengan sepuluh jari tangan Yesung yang begitu lihai menekan huruf-huruf yang ada di keyword laptopnya untuk membentuk kalimat-kalimat yang mempunyai makna. Tatapannya begitu fokus pada layar laptop walau tak jarang ia juga menyempatkan diri untuk melirik Ryeowook yang juga tengah fokus membacakan materi mata kuliah yang ada di buku.
"—setelah gagasan tersusun dalam otak, kemudian otak mengaktifkan saraf motoris dan mengirimkan perintah dalam bentuk rangsangan-rangsangan ke otot-otot alat ucap. Atas perintah ini, alat ucap mengadakan gerakan-gerakan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan tekanan udara di sekelilingnya yang berpotensi menimbulkan fonasi. Fungsi tranmisi otak ini berada pada tahap fisiologis."
"Ayolah Wookie-ah! Ambil bagian yang pentingnya saja, jangan semua yang ada di buku itu kau bacakan!" protes Yesung seraya menunjuk buku yang tengah Ryeowook pegang.
Ryeowook mencebikkan bibirnya mendengar protes Yesung.
"Hyung ini cerewet sekali sih! Yang ada di dalam buku ini penting semua. Jika aku hanya mengambil sebagian materi yang ada di dalam buku ini, hyung tidak akan bisa menjelaskan materi yang akan hyung bahas nanti!" jawab Ryeowook sinis.
"Aku lapar…" ucap Yesung mengalihkan pembicaraan.
Seketika Ryeowook menolehkan kepalanya untuk menatap Yesung dan menemukan wajah Yesung yang tampak memucat.
"Pergilah ke kantin! Aku yang akan mengerjakan tugas hyung," suruh Ryeowook seraya mengambil laptop Yesung.
Yesung menahan tangan Ryeowook yang hendak mengambil laptopnya selama beberapa detik kemudian melepaskannya dan membiarkan Ryeowook untuk mengambil alih laptopnya.
"Kau sudah makan?" tanya Yesung.
Ryeowook menggeleng.
"Aku tidak ada nafsu makan sejak kemarin," jawabnya singkat.
"Maksudmu, kau belum makan sejak kemarin?" tanya Yesung dengan nada terkejut.
Tanpa membuka suaranya, Ryeowook hanya mengangguk satu kali membuat Yesung mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar.
"Kenapa?" tanya Yesung sinis.
"Kenapa apanya?" tanya Ryeowook tak mengerti.
"Kenapa kau tidak makan sejak kemarin?"
"Entahlah. Aku juga tidak tahu."
Yesung merasakan emosinya mendadak tersulut setelah mendapatkan jawaban dari Ryeowook yang menurutnya tidak masuk akal. Kedua tangannya semakin terkepal kuat bersamaan dengan deru napasnya yang berhembus berat.
"Kim Ryeowook! Jawab pertanyaanku dengan benar! Kenapa kau tidak makan sejak kemarin?"
Mendengar nada bicara Yesung yang terasa aneh di telinganya, Ryeowook lantas mengalihkan pandangannya dari layar laptop untuk menatap Yesung yang saat ini juga tengah menatapnya.
"Ada apa dengan nada bicaramu, hyung? Kenapa hyung semarah itu padaku?" tanya Ryeowook kesal.
"Hyung hanya mengkhawatirkanmu Wookie-ah. Kau bisa sakit jika seperti itu…" kali ini nada bicara Yesung terdengar lebih lembut dari sebelumnya membuat Ryeowook menutup buku yang ada di samping laptop kemudian menundukkan kepalanya.
'Perhatianmu itu yang kerapkali membuatku merasa jika kau akan membalas perasaanku hyung,' batin Ryeowook lirih.
"Aku tidak akan sakit hanya karena tidak makan selama satu hari hyung. Hyung tenang saja, aku kan kuat," sahut Ryeowook seraya membuat cengiran lebar di bibirnya.
Yesung terdiam sejenak sebelum memajukan wajahnya untuk semakin dekat dengan wajah Ryeowook dan menatap lekat wajah manis Ryeowook.
"Hyu—hyung, a—apa yang kau lakukan?" tanya Ryeowook gugup seraya menarik kepalanya ke belakang agar wajahnya tak lagi berada dalam jarak yang dekat dengan wajah Yesung.
TUK
"A—akkh!" ringisan Ryeowook terdengar setelah Yesung menjauhkan wajahnya dan tanpa segan menyentil kening Ryeowook dengan kuat.
"Kau itu keras kepala!" ucap Yesung.
"Cukup katakan aku keras kepala dan tidak perlu menyentil keningku!" sahut Ryeowook kesal seraya mengelus keningnya yang terasa sakit.
Yesung hanya mengendikkan bahunya tak peduli kemudian menatap sekeliling kelas yang ternyata sudah tak ada lagi orang lain selain dirinya dan Ryeowook.
'Sejak kapan mereka keluar?' tanyanya dalam hati.
Mengabaikan rasa heran yang saat ini tengah menggelayuti pikirannya, Yesung lebih memilih untuk menyandarkan kepalanya pada dinding yang ada di belakangnya kemudian memejamkan kedua matanya. Kepalanya yang mendadak terasa pening ditambah dengan perutnya yang sedikit mual membuatnya tak lagi bisa berkonsentrasi dengan tugas yang tengah dikerjakannya bersama Ryeowook.
"Hyung."
Yesung membuka sebelah matanya kemudian sedikit melirik Ryeowook yang ada di samping kirinya.
"Hmm…" gumamnya merespon panggilan Ryeowook.
"Ada yang ingin kutanyakan padamu."
"Tanyakan saja."
Ryeowook bangun dari duduknya hanya untuk berpindah tempat tepat di depan Yesung. Pria manis itu kemudian terdiam selama beberapa detik sebelum memutar kursi yang ada di hadapannya dan mendudukinya, membuat jarak tubuhnya dengan Yesung tidak begitu jauh.
"Apa hyung memiliki hubungan khusus dengannya?" tanya Ryeowook takut-takut.
"Hubungan khusus? Dengan siapa, Wookie-ah?" ucap Yesung membalikkan pertanyaan Ryeowook.
Ryeowook mencengkram kedua lututnya bersamaan dengan kedua matanya yang terpejam. Rasa nyeri yang tiba-tiba menjalar di hatinya membuat dirinya merasakan sesak di dalam dadanya ketika otaknya kembali memutar kejadian-kejadian menyakitkan yang selalu dilihatnya. Bibirnya mengukir senyum miris bersamaan dengan setetes airmata yang meluncur dari mata sebelah kanannya.
"Dengan sosok yang selalu duduk di samping hyung ketika di kelas," jawab Ryeowook lirih masih dengan kedua matanya yang terpejam.
"Oh, dia yang kau maksud? Tidak! Hyung tidak memiliki hubungan khusus dengannya, kami hanya teman."
"Benarkah?" tanya Ryeowook tak yakin.
"Hmm…" gumam Yesung menjawab ketidakyakinan Ryeowook.
"Tapi aku selalu melihat hyung berduaan dengannya. Hyung juga selalu memperlakukan dia seperti kekasih hyung. Aku… ragu jika kau tidak memiliki hubungan khusus dengannya, hyung…"
"…"
Kali ini hanyalah keheningan yang merespon ucapan Ryeowook. Pria tampan yang saat ini ada di hadapannya tidak membuka suara untuk menjelaskan apapun yang dapat membuktikan jika memang dirinya tak memiliki hubungan khusus dengan sosok yang Ryeowook maksud.
Ryeowook membuka kedua matanya yang terpejam kemudian menatap Yesung yang ternyata masih saja memejamkan matanya. Pria tampan dengan tubuh tinggi itu seolah enggan menatap wajah Ryeowook membuat Ryeowook kembali mengukir senyum miris di bibirnya.
"Pada akhirnya, aku harus merasakan nyeri di hatiku, ketika aku memilih untuk menahan semua perasaanku untukmu, Yesung hyung..." lirihnya pilu.
.
.
.
To Be Continued…
.
.
.
Ini ff yang aku janjikan kemarin. Ff editan terakhir yang aku publish sebelum aku membuat ff dengan ide yang baru. Aku tahu ide cerita seperti ffku ini banyak yang buat, tapi percayalah, ini semua murni hasil otakku ditambah pengalaman pribadiku. Well, mungkin di antara kalian pun ada yg mengalami hal semacam ini, hehehe.
Oh ya, ff ini hanya memiliki dua chapter ya. Jadi, chap selanjutnya tentu saja chap ending. Tapi aku tidak tahu mau publish kapan untuk chap endingnya, yang jelas akan kuusahakan untuk publish beberapa hari setelah chap satu ini aku publish.
Entah kenapa, aku mau deh main tebak-tebakkan sama kalian :D apa ada yg berminat untuk menebak ending cerita ini seperti apa? 'Dia' yang dimaksud Ryeowook itu siapa? Apa yang akan Ryeowook lakukan selanjutnya? Kalau kalian bersedia menebaknya, aku akan sangat berterima kasih. Tapi kalau tebakan kalian benar, aku tidak bisa kasih hadiah apapun ke kalian ya, hehehe...
Ahh, satu lagi. Untuk janjiku yang akan mempublish Sequel of The Betrayal (YeWook Vers), aku benar-benar minta maaf karena sampai sekarang aku belum mempublishnya. Aku benar-benar mendapat kendala untuk mengedit sequel tersebut karena sequel sebelumnya itu menurutku sangat lebay jalan ceritanya, seriusan. Meski sudah dibantu sama temanku, tapi aku masih belum yakin dan belum sepenuhnya mengedit sequel itu. Sekali lagi maafkan atas ketidaktepatan janji yang aku buat/bow/
.
.
Big Thank's To:
[Wedding]
Fujihara Chitose ll KimYeWook411 ll JonginDO ll cho loekyu07 ll amelya. cloudsomnia ll nathasya ll Yeri960 ll ELFturtlefish ll iekha12693 ll muna cloudsomnia ll belovedkyu ll yuliacloudsomnia ll Guest ll Guest
.
.
Terima kasih untuk komentar positif, saran dan semangat yang kalian berikan untukku :*
*AYO LESTARIKAN FF YEWOOK*
Terakhir—
Yang berkenan dan ikhlas…
Bisa memberikan reviewnya untukku?
Kritik dan saran diterima dengan lapang dada dan tangan terbuka :*
.
.
.
Terimakasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih ^^
