Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
Story by Shin2054
Erwin Smith and Mikasa Ackerman
Rating : M sekali lagi untuk amannya
Genre : Romance
Warning : OOC, Typos, AU
.
Shin2054 presents
.
Kemanapun aku pergi
Kemanapun aku menghilang
Dia selalu menemukanku
Lagi
Dan
Lagi...
.
.
Mempersembahkan
.
.
Be Mine
Bagian 1
.
.
Dia baru saja memejamkan matanya ketika teman tidurnya beranjak dari kasurnya. Dia tertegung melihat wanita yang dikencaninya itu sibuk memunguti pakaian yang tergeletak indah dilantai.
"Kau mau pergi?"
Tanyanya pandanganya tak beranjak dari wanita itu, menelusuri setiap inci bagian indah lekuk tubuh pasanganya.
"Aku ada pekerjaan besok! aku akan membuktikan pada sicebol itu kalo aku patut untuk diperhitungkan."
Jawabnya tanpa melepas kegiatannya. Disibakkanya rambut hitam indahnya dan terakhir mengancingkan kemeja merah lusuh yang dipakainya. Dia melirik Erwin sekilas dan berlalu begitu saja keluar dari apartemen mewah itu tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Erwin hanya tersenyum menanggapi.
"Seperti biasa."
.
.
.
Beberapa bulan yang lalu
Sejak lahir Erwin Smith selalu mendapatkan semua keinginannya. Mengingat dia adalah pewaris tunggal kejayaan bisnis orang tuanya. Walaupun dia dibesarkan dalam keluarga kaya raya, dia sama sekali tak kekurangan kasih sayang sedikitpun dari kedua orang tuanya.
Kedati mewarisi kerajaan bisnis kelurganya, Erwin Smith sama sekali tak tertarik untuk terjun kedunia yang telah ditekuni kakek buyutnya. Pria berambut pirang klimis ini justru lebih tertarik dengan dunia tulis menulis. Bukan sebagai jurnalis atau sekedar pengamat melainkan sebagai seorang novelis.
Selama tiga puluh empat tahun hidupnya didunia ini, Erwin selalu meraih seluruh ambisinya. Berkat kecerdasan yang melebihi orang pada umumnya dia mengapai impiannya menjadi seorang novelis yang diperhitungkan di negara ini. Berbagai penghargaan telah disandangnya mulai dari penulis novel best seller sampai dengan menjadi most populer male versi majalah Recon magazine.
Kesuksesan yang diraihnya ternyata berbanding terbalik dengan kisah asmaranya. Usia pernikahannya yang tak lebih dari satu tahun dengan seorang wanita menghatarkanya pada sebuah perceraian, menjadikannya menyandang gelar sebagai seorang duda. Ketadi sempat bercerai Erwin sama sekali tak tergangu dengan gelar barunya itu. Baginya hidup adalah suatu anugrah. Berkat kecerdasan dan juga pesona yang di milikinya, Erwin sama sekali tak kesulitan untuk mencari wanita yang di inginkannya. Tinggal tunjuk dan semuanya berakhir diranjang mewahnya.
Tapi itu dulu, sekarang berbeda. Setelah mengenal seorang gadis yang ditemunya di salah satu rumah produksi tempo hari, membuat pikirannya selalu terarah pada sosok gadis itu. Gadis cantik berdarah oriental yang telah mengusik ketenangan duda keren ini.
Mikasa Ackerman gadis berusia dua puluh lima tahun yang merupakan karyawan salah satu rumah produksi sahabatanya itu telah mengambil hatinya. Pertemuan dengan gadis itu sangatlah singkat, dimana Mikasa yang sedang berdebat alot mengenai sudut pengambilan gambar dengan salah satu sutradara senior itu telah menarik Erwin untuk mengenalnya. Pembawaannya yang santai dan juga cuek dalam berbusana membuat banyak orang yang menyalah artikan dia sebagai laki-laki. Di tambah lagi dengan perawakan yang tinggi dan juga potongan rambut yang cepak semakin membuat Mikasa terlihat tampan.
Tak ambil pusing untuk membuat gadis bermata obsidian itu untuk tetap disampingnya sepanjang waktu. Dengan hanya menjetikan jari, Erwin mampu membuat gadis itu menjadi editor dadakannya dalam proyek terbaru rumah produksi dimana Mikasa bekerja.
Tersenyum hangat Erwin menghampiri gadis itu, menyuguhkan secangkir kopi rendah gula yang menurutnya perlu untuk menghilangkan rasa kantuknya. Ini sudah kelima kalinya Erwin membicarakan tentang pekerjaannya dengan Mikasa di apartemnnya. Cukup aneh jika dilihat dari kebiasanya yang melarang siapa saja yang berhubungan dengan pekerjaannya masuk kedalam aparteman pribadinya ini.
"Bagian ini lebih baik diganti, kenapa kau tak menambahkan porsi dialog pemeran utamnya.."
Jelas Mikasa menyodorkan naskah pada Erwin. Erwin berdiri menghiraukan penjelasan-penjelasan yang keluar dari mulut sang gadis. Mikasa mengeram jengkel dengan tingkah laku Erwin . Andai saja bos besarnya tak menunjuknya secara langsung sebagai seorang yang bertangung jawab atas naskah yang dibuat oleh orang PALING PENTING dalam pembuatan film ini, mungkin saja Mikasa tak segan-segan membanting tubuh Erwin yang tinggi atletis kelantai yang dingin dan keras. Agar kepongkahan yang ada dalam kepala rambut pirang klimisnya itu menghilang.
Mikasa mengambil nafas. "Ayo kita lanjutkan kembali.." pintanya, Erwin tak mengubris. Merasa tak diperhatikan, Mikasa kembali membaca naskah yang dibuat Erwin. Sudah biasa Erwin mengacukannya begitu saja, mencorat coret naskah mentah itu Mikasa membayangkan wajah Eren yang sedang memohon padanya dengan wajah imutnya. Ini dilakukannya agar emosinya pada si empunya apartemen ini menyurut.
Erwin mengambil tas slempang Mikasa yang diletakkannya disamping meja, dikeluarkanya isi tas slempang tersebut. Buku agenda, ponsel, dompet alat tulis dan sebuah belati kecil berwarna perak. Sangat lelaki batin Erwin, tangannya membolak-balik agenda yang menurutnya tak menarik itu, merasa jenuh dibukaknya isi dompet Mikasa, membongkarnya dan melihat apa isi dari dompet berwarna hitam tersebut tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada si empunya.
Erwin menyipitkan mata diliriknya sebuah foto yang memperlihatkan Mikasa yang sedang tersenyum dengan seorang pria. Diambilnya foto tersebut tanpa sepengetahuan gadisnya.
"Apa ini sebuah belati? Kau mengesankan Ackerman.."
"Jangan..!"
Pekik Mikasa, terlambat jari Erwin telah teriris belati tersebut. Diambilnya tangan pria pirang itu diisapnya darah yang mulai keluar. Erwin tersenyum melihat reflek Mikasa yang begitu cepat terhadap dirinya. Rasa perih yang dirasakannyapun menghilang digantikan seringai indah meghiasi wajahnya. Jantungnya berdetak kencang dan otaknya tak bisa berpaling dari pesona gadis itu. Inilah yang disukainya, sensasi mengeletik perut yang membuat Erwin candu atas sentuhan-sentuhan Mikasa. Tanggannya menyibakan rambut Mikasa yang menutupi wajah cantiknya.
Hening
Mikasa menyentak tangan Erwin, dia berdiri mengambil tasnya dan membereskan barang-barang yang baru diobrak-ambrik oleh Erwin. Tanpa berpamitan terlebih dahulu, Mikasa melongos pergi meninggalkan Erwin. Erwin hanya tersenyum menanggapi tingkah laku Mikasa yang sudah diprediksinya.
"Kau milikku.."
Kata Erwin meremas foto Mikasa dan membuangnya ketempat sampah di pojok ruangan tersebut.
.
.
.
Mikasa baru saja menyelesaikan pekerjaannya saat rekan setimnya mengajaknya minum di ruangan yang biasa menjadi tempat peristrahat karyawan di sana. Cukup lelah untuk Mikasa menghendel semua pekerjaan yang seharusnya dikerjakan Armin sahabatnya. Tak bisa menyalahkan Armin yang harus pergi kerumah sakit untuk menemani keluarga satu-satunya yang baru saja mengalami kecelakaan. Dan sialnya dirinya harus mengerjakan kerjaan itu sendirian sampai larut malam seperti ini.
"Kemarilah Mikasa.."
Kata Mike sang sanpai yang menepuk kursi di sebelahnya dan menyodorkan segelas kecil sake untuknya. Mikasa menolak di ambilnya kaleng bir yang berada di meja tersebut.
Mike menyengir. Lupa jika Mikasa tak kuat minum "Gomen.." gumannya. Mikasa hanya tersenyum maklum.
"Bagaimana pekerjanmu?"
"Maksud sanpai hubunganku dengan manusia klimis itu?"
Mike terseyum menangapi, melihat rauk wajah Mikasa yang tiba-tiba seperti orang yang sembelit saat membicarakan Erwin.
"Dia memang agak keterlaluan, tapi percayalah dia orang yang baik."
"Ya ku harap juga begitu" ujar Mikasa lirih.
"Dia cukup cakap dalam pekerjaan, walaupun kata-katanya cenderung menyakitkan hati, di balik itu semua dia pribadi yang menyenangkan. Saat di Universitas dulu dia satu-satunya penulis naskah teater terbaik disana. Tulisannya begitu indah dan juga tegas sangat mengambarkan pribadinya. Dia orang yang menarik"
Mikasa berguman. "Aku salut orang dingin sepertinya bisa menghasilkan karya yang luar biasa bagusnya." Entah Mike bisa mendengar gumannanya atau tidak.
Dilain pihak pikiran Mike melayang mengenang masa lalu kebersamaan mereka di Universitas. Tak segan-segan diapun menambah sake yang entah sudah berapa botol yang dia tenggak. Tak menyadari seseorang yang berdiri di ambang pintu masuk ruangan tersebut memperhatikan obrolan mereka.
Erwin tersenyum, tak sia-sia dia datang ke sini untuk membawa ponsel Mikasa yang tertinggal di apartemennya. Mengambil sebuah kursi, Erwin duduk di depan Mikasa dan Mike. Melipat kakinya Erwin duduk pongkah, diliriknya orang-orang yang ada di sekelilingnya.
"Erwin kau datang, kami baru saja membicarakanmu..!"
Kata Mike yang hampir kehilangan kesadarannya. Erwin menaikan sebelah alisnya tak memperdulikan kata-kata mantan temannya itu.
"Kau membicarakanku? Sangat mengejutkan!" Gumannya, tatapannya masih tertuju pada obsidian Mikasa yang mulai meredup. Bagaikan di tarik oleh magnet tak terlihat, Erwin sama sekali tak bisa memalingkan matanya.
Mikasa diam merasa tak perlu menangapi kata-kata pria yang ada di depannya itu. di ambilnya keleng bir di hadapannya dan di tegungnya lagi dan lagi.
Erwin mengambil gelas di tuangkannya bir kedalam gelas tersebut kemudia meminumnya. Tatapannya masih datar melihat gadis yang di tatapnya mengejabkan mata lelah. Tinggal sebentar lagi. Erwin megambil sake dan di tuangkan cairan itu ke dalam galas dan di sodorkan ke hadapan Mikasa.
"Minumlah...!"
Tanpa pikir panjang Mikasa mengambilnya dan meminum cairan itu sampai habis. Mikasa membulatkan matanya.
"Apa ini?"
Erwin menyeringai "Hanya sake.. "
Setelah itu kepala Mikasa seakan berputar-putar.
.
.
.
"uhh.."
Panas
Perutku terasa penuh.
Apa aku sedang mabuk?.
Kenapa terasa panas? Apakah ini pengaruh sake?.
Tidak .
kenapa dia ada diatasku?.
Erwin menghentak- hentakkan pinggulnya, di tariknya kaki jenjang Mikasa kearah bahunya agar memperdalam wilayah jajahannya. Erwin mulai mempercepat menarik mundurkan kejantanannya. Membuat Mikasa kembali melayang mengabaikan kesadaran yang perlahan membaik.
"Nngh.."
Suara lengkungan itu keluar lagi dari mulut Mikasa.
"ahh..."
"Nngh..."
"Kau keluar.." seringai puas menghiasi wajah Erwin. Di lumatnya bibir Mikasa lagi dan lagi sementara bagian tubuh bawahnya masih memanjakan kewanitaan Mikasa.
"ahh.." Mikasa menjerit merasakan kenikmatan yang di berikan Erwin padannya, di tariknya rambut klimis Erwin yang sudah berantakan.
"ahh...lebih...cepat...!"
"Nngh..."
Mikasa melengkung saat Erwin mengehentak masuk semakin kedalam dan memuntahkan laharnya.
Direbahkan tubuhnya disamping Mikasa. Tubuh mereka bersimpa keringat dan entah sudah berapa ronde mereka melakukannya. Yang pasti itu membuat mereka lelah. Erwin memejamkan matanya di dekapnya tubuh yang ada di sampingnya itu. Dan membawa mereka ke alam mimpi, tak memperdulikan hari esok yang menuggu mereka.
.
.
.
Bersambung..
Hahahahaha ketawa nista. Maafkan Author karena membuat fic nista ini. Bruk sreek jderr. Author guling-guling geje. Ini memang bukan OTP Author difandom ini. hanya saja Author merasa gatal saat melihat mereka begitu serasi jika dipasangkan*dimata Author.
Bagi yang merasa tertarik, penasaran dan ikhlas mohon reviewnya...
Sekali lagi review adalah nafas Author dalam berkarya.
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca fic ini. sampai jumpa dichap berikutnya...
Salam,
Meow ~.~
