Ch 1

"Ibu.." panggil seorang gadis kecil nan manis yang berambut lavender dan beriris pucat

"apa, Hinata-chan ?"jawab seorang wanita yang tengah mengandung

"A-ano, kapan adek lahir ?" tanya Hinata sembari mengelus perut Ibunya yang buncit

"kenapa ?" Hinata bingung mencari jawabanya "Hime-chan sudah tidak sabar ya?" goda ibunya

"emh" jawab Hinata mantap

sang Ibu langsung menggelitiki anaknya, terlihat jelas senyum kebahagiaan terukir di wajah mereka.

'Rumah Bersalin'

Hinata dan pria paruh baya beriris pucat, ayahnya. tengah menunggu harap-harap cemas pada istrinya yang tengah berjuang melahirkan calon adiknya.

Sang ayah, Hiashi. sedang mondar mandir dengan gelisah menunggu istrinya. Sedangkan Hinata tengah tenggelam dalam pikirannya seendiri

'Nanti, perempuanapa laki-laki ya? bagusnya namnya siapa ya? nanti aku akan menjaga Ibu dan adik, lalu main bareng'

tak lama kemudian, Terdengar suara tngis bayi. salah satu suster membuka pintu dan tersenyum lembut. Hiashi langsung menarik tangan Hinata untuk masuk ke dalam ruangan.

Terlihat sang Ibu tengah menggendong bayi perempuanya, terukir senyum lembut di wajah sang Ibu.

Hiashi sosok yang terkenal berwibawa kini tak kuat menahan tangis bahagianya. dan Hinata kini memeluk Ibunya dan tertawa bahagia.

Tak lama kemudian, kebahagiaan itu sirna. sang dokter mendapati detak jantung sang ibu melemah, semua orang panik, tak terkecuali Hinata.

Hinata menagis histeris, terlebih ketika ibunya menutup mata sambil menyunggingkan senyum perpisahan padanya.

"Ibu...Jangan bu..."rintih Hinata

"Istriku..." lirih Hiashi, yang semula tangis bahagia kini telah digantikan dengan tangis kesedihan yang mendalam

"Ibu..."


"Ibu.." teriak Hinata.

Hinata Pov

"hiks...eheh...heh...hiks" aku menagis, kugunakan taangan kanan ku ku untuk menyendehkan kepalaku.

sekali lagi aku memimpikanya, entahlah setiap aku mulai melupakanya, mimpi itu selalu mengingatkanku.

Setalah persaanku tenang. Aku beranjak dari tempat tidurku dan bejalan menuju jendela kamarku.

Kubuka jendelaitu dan kunikmati semilir angin itu menebrak wajah ku. kupejamkan mataku dan kucoba meningat kembali kejadian hari ini

Flashback on

waktu itu, aku sedang duduk di halaman rumahku. Ku menikmati teriknya matahari membakar kulitku hingga suara yang sangat ku kenal memanggilk.

"Hinata"

"I-iya ayah"

"ayah ingin bicara dengan mu"

"ba-baik ayah"

Aku mengikuti ayahku kedalm ruang tamu bergaya tradisional jepang. kami duduk berhadapan susananya sangatlah hening diantara kami berdua.

.

.

"a-apa yang ingin ayah katakan?" tanyaku memecahkan keheningan

"para tetua klan dan hokage telah setuju memenuhi perjodohanmu" ucapnya penuh wibawa

"perjodohan?!"aku mengrnyitkan dahiku

"jika kau ingin penjelasn, datanglah ke nona Tsunade"

"ta-tapi ayah"

"ingat jangan buat malu klan Hyuga, mengerti"

"ba-baik ayah"

Flashbaack off

apa yang harus aku lakukan? aku bahkan tidak tahu dengan siapa aku di jodohkan. dan lagi...bagaimana perasaanku degan terhadap Naruto? bocah pirang dengan mata safir dan kulit tan nya yang telah kusukai sejak di academy.

air mataku yang susah susah ku bendung akhirnya tumpah juga ketika aku harus mengingat naruto.

ku hela napasku untuk menenangkan perasaan ku. entah sudah berapa kali aku menghela napasku saat ini.

Rose Boy and Lavender Girl

Normal pov

Hinata yang sedari tadi terjaga karena pikiranya yang campur aduk. memilih untuk mandi dan segera siap siap bertemu meminta penjelasan dari sang hokage.

'Gedung Hokage'

...tok...tok...tok...

"hem" terdengar suara dari dalam ruangan. Shiuzune, asisten dari nona Tsunade memutar knop pintu hingga terbuka.

"nona Tsunade, Hinata mencari anda" Tsunade terkejut dan langsung berdiri dari kursi di balik mejanya

"biarkan masuk"

"baik" "silahkan masuk" ucap Shizune dengan lembut.

Hinata masuk ke dalam ruangan, Tsunadesudah berdiri si antara sofa yang ada di ruanganya

"duduklah" pinta Tsunade, Hinata mengangguk kecil dan duduk di hadapan Tsunade

"jadi" suara Tsunade memecah keheningan " masalah perjodohan?" lanjutnya. Hinata mengangguk kecil

"me-mengapa anda sampai ikut andil dalam perjodohan saya?"

"karena ini masuk ke dalam perjanjian antar desa"

"per-perjanjian?!" kedua alis Hinata saling bertaut "Bisakah Nona Tsunade menjelaskanya?"

"Perang dunia ke 4 shinobi telah usai. jadi masing-masing desa membuat perjanjian baru dan Konoha membuat perjanjian bersama Sunagakure"

"Su-Sunagakure" kedua mata Hinata membulat

"begitulah. dan para tetua Sunagakure memilih jalan perjodohan antar kedua desa"

"ta-tapi Hokage sama, kenapa mereka memilih ku?"

"Setelah mereka melihat kualitas bertarungmu dan waktu invansi pain kau ikut maju ke medan perang mengorbankan nyawamu, itulah yang membuat mereka kagum"

"ma-maaf Hokage-sama. tapi dengan siapa saya di jodohkan?"

"huft..." Tsunade menghela napasnya"Kau belum Tahu? apa Hiashi belum memberitahu mu?" Hinata hanya bisa menggeleng pelan.

"Dia orang yang sangat penting"

"sang Kazekage, Sabaku no Gaara"

'DEG'