Title: D-Kindergarten
Disclaimer: Joker Game by Yanagi Kouji
Warning: Kindergarten!AU, beberapa hints menjurus BL, OOC, typo(s), humor receh, dan kekurangan lain yang tak terjabarkan.
Hope you like it~
.
.
.
.first day.
.selamat datang di taman kanak-kanak neraka.
.
.
.
Yuuki menarik napas sembari membereskan beberapa berkasnya ke sisi meja, kemudian menarik laci meja dan mengambil beberapa buku. Manik hitamnya melirik ke dinding, jam telah menunjukkan pukul tujuh—setengah jam lagi waktunya mengajar, huh?
Lelaki berumur nyaris kepala tiga itu bangkit dari kursi, kemudian melenggang ke luar dari ruang guru dan mengunci pintunya dari luar. Tak ada keraguan ataupun ketidaknyamanan mengingat bahwa ini pertama kalinya ia akan mengajar.
Awalnya, ini semua karena kakeknya, Arisaki Akira, yang sudah berumur mendadak punya urusan yang kelewat urgent untuk diselesaikan. Urusan apa pula itu, Yuuki tak tahu. Intinya, karena hal itulah kini ia diminta tolong—dititah—untuk mengurus taman kanak-kanak kepunyaan sang kakek.
Semua data bocah-bocah cilik yang belajar di tempat itu ada sembilan dengan kemampuan melebihi bocah-bocah lain, bahkan dalam surat jaminannya, Arisaki Akira memastikan bahwa Yuuki pasti akan tertarik. Masalah gaji juga bukan masalah, nominal yang ditawarkan sang kakek lebih dari cukup untuk membuat Yuuki berfoya-foya dalam perantauan—meski yang bersangkutan enggan melakukannya, sih.
Yuuki menaikkan sudut bibir beberapa senti, membentuk seringai setipis kertas. Ini akan—harus—jadi pengalaman yang menarik. Taman kanak-kanak itu tak terlalu besar sebenarnya, namun berhubung muridnya hanya sembilan anak, taman kanak-kanak itu bisa dibilang sebagai istana tersendiri para murid. Ditambah kehadiran taman bermain yang dilengkapi ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan balok pasir—ini nyaris seperti surga para bocah.
Jarum jam tangan yang dikenakan Yuuki menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit kala pria berambut legam itu sampai di depan sebuah pintu kayu bercat biru muda. Sebenarnya waktu masuk masih sepuluh menit lagi, namun Yuuki memutuskan untuk mengajar lebih cepat berhubung nanti pasti akan ada perkenalan panjang. Lagi pula, murid-muridnya itu sudah datang pada pukul enam.
Yuuki menarik napas sejenak dan mengembuskannya perlahan melalui mulut. Bukan bermaksud meredakan gugup, melainkan hanya sekadar menarik kewibawaannya sebagai guru—meski kini tanggung jawabnya hanya sembilan bocah. Dibukanya pintu dengan wajah sedingin es dan ...
"Miyoshi! Kembalikan bukuku!" teriak seorang bocah berambut legam dengan manik biru tua sembari mengejar seorang bocah lain dengan poni flamboyan—hei, anak taman kanak-kanak macam apa yang punya poni semodis itu!?—dan rambut berwarna coklat tanah.
"Ambil saja kalau Sakuma-san bisa," balas si bocah berambut coklat tanah sembari menyeringai mengejek dan terus berlari memutari kelas.
"Miyoshi! Oper ke sini!" Seorang bocah berambut legam rapi melambai penuh antusias.
Si bocah berponi flamboyan menyeringai. "Tangkap, Jitsui!" serunya sembari melempar buku itu yang ditangkap dengan sempurna oleh si bocah berambut legam tadi.
"Jitsui!" Seorang bocah lain berteriak, kakinya berlari melintasi beberapa meja demi mengaburkan fokus bocah yang tengah dikerjai mereka.
"Kaminaga-san!" Sang bocah berambut legam rapi tadi segera melempar buku yang telah ditangkapnya ke bocah yang berteriak memanggil namanya.
Bukunya meleset.
"Argh!"
"Bukuku!"
Nyaris saja buku itu berhasil kembali ke tangan sang pemilik jika saja seorang bocah berponi belah tengah tak segera melompat dari kursi dan menangkapnya dengan cara paling dramatis, kemudian membawanya kabur hingga sang pemilik buku terpaksa mendengus kesal dan kembali mengejar bukunya.
"Bagus, Hatano!" Sang bocah berponi flamboyan berseru.
"Heh, kalian saja yang payah!" dengus bocah berponi belah tengah itu, bibirnya mengulas seringai puas.
"Kau nggak mau meminta mereka berhenti, Fukumoto?" tanya bocah lain dengan rambut coklat tua pada salah satu kawannya yang hanya diam menonton di pojokan.
Kawannya menggeleng. "Kau saja, Amari," katanya.
Seorang bocah bermata sipit yang ikut duduk di dekat mereka ikut menghela napas. "Sepertinya dihentikan pun percuma," ia memberi opini.
"Teman-teman, sudah ada yang datang," seru seorang murid lain berambut arang dengan kulit sedikit kecoklatan datar. Oh, bersyukurlah ia menyadari kehadiran Yuuki yang masih mematung di depan pintu, sayangnya seruannya terlalu pelan hingga lebih dulu tertelan keributan di dalam kelas.
"Kembalikan bukuku, Hatano!"
"Heh, coba rebut balik."
"Hatano! Oper kemari!"
"Tangkap, Kaminaga!"
Buku itu dilempar di udara, namun rupanya kembali meleset dari tangkapan bocah yang dioper dan melesat lurus menuju pintu tempat Yuuki berdiri.
"Awas, ada orang!"
"AAA! AWAAS!"
—Grep!
Dengan sigap, Yuuki sontak menangkap buku itu. Refleksnya memang terpelihara cukup baik, maklum ia memang menguasai beberapa cabang beladiri. Hening langsung menyergap ruangan yang semula ributnya melebihi pasar berisi barang yang semuanya dijual setengah harga.
Yuuki menurunkan buku yang baru ditangkapnya, melirik tajam pada satu per satu bocah yang kini tengah membeku dalam posisi terakhir mereka. Buru-buru mereka kembali ke tempat duduk masing-masing, kemudian duduk tertib tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Yuuki menutup pintu, kemudian berjalan mantap menuju meja guru dan meletakkan barang bawaannya kecuali buku yang baru saja ditangkapnya tadi. "Punya siapa ini?" Pria berambut legam itu mengacungkan buku tersebut dingin.
Salah satu bocah yang berambut legam dengan poni berantakan tadi mengangkat tangan. "Punyaku, Sensei," akunya.
"Pulang nanti ambil bukumu di kantor guru," titah Yuuki absolut yang segera direspons dengan anggukan tipis dari bocah tersebut.
"Namaku Arisaki Yuuki, panggil saja dengan Yuuki-sensei. Aku cucu dari Arisaki Akira-sensei," Yuuki memperkenalkan diri. Mata arangnya memandangi satu per satu bocah-bocah itu, mengirim delik tajam sedingin es. "Arisaki Akira-sensei sedang ada urusan selama beberapa minggu ke depan, jadi aku yang akan menggantikan beliau. Kuharap kalian bisa diajak bekerja sama." Kakekku itu tak tahu kapan akan kembali, kuharap kalian tak membuat onar lagi atau menambah pekerjaanku selama aku di sini.
"Yuuki-sensei!" Sang bocah berponi flamboyan mengacungkan tangan tiba-tiba. Manik senada rambutnya menyiratkan kekaguman pada sang pria. "Yuuki-sensei tadi keren sekali!" pujinya menggebu.
"Iya! Yuuki-sensei keren sekali tadi!"
"Ajari aku melakukan itu lain kali, Sensei!"
"Aku juga mau seperti Yuuki-sensei!"
Yuuki menarik napas dalam dengan wajah sedatar dinding. Sepertinya mengajar—mengasuh—anak-anak ini tak akan semudah bayangannya ...
... tapi, yaah, memang menarik, sih. Kakeknya ternyata tak berbohong.
.
.
.
.tbc.
.
.
.
a/n : Semua ini berawal saat PPSMB. Saya lagi diem ngendep di kamar mandi, nggak nyadar udah hampir telat. Namun akhirnya saya tak terlambat dan lahirlah fanfiksi kindergarten!au ini. Aslinya ini juga gara-gara ngeliat pic Joker Game kindergarten!au yang nyebar di beberapa web di internet sih, jadi anggep aja saya keinspirasi keduanya ((DAN TAU KAN GAMBARNYA UNYU KIYUT BANGEETT AAAA!)). Tapi, beda sama gambarnya, saya di sini buat Sakuma seumur sama yang lain hehehe. Daan, Yuuki itu versi muda bapak besar(?) kita sementara Arisaki Akira itu versi Yuuki biasa yang tua ((namun tetap ganteng kok bagi saya /yha)). Mohon maaf untuk segala kekurangan yang ada di fanfiksi ini. Kritik, saran, komentar, fangirlingan, dsb silakan dituangkan di kolom review atau komentar! Saya dobel post ini di FFn sama di AO3 btw hehehe. Sampai jumpa di chapter berikutnya!
-Salam-
Profe Fest
