Prolog
Aku, Kamu dan Dia
Aku berdiri dengan sinar matahari yang hangat dan nyaman. Sinar yang hinggap di duniaku yang terlihat indah sekarang. Terasa sejuk yang mengumbar bahagia dalam kehidupanku.
Namun, Malam gelap itu datang,
Matahariku kian tenggelam dalam rona hitam penuh kegelapan.
Hanya menyisakan sisa-sisa cahaya yang pudar.
Ya.. kamu ibarat matahari bagiku Indah laksana sinar mentari yang menyinari hidupku. Namun senja telah berakhir, Matahariku kini menghilang ditelan gelapnya malam. Dan dia adalah Malam gelap bagiku.
Menetes air mata, linangan derita
Merekah lah bunga kesedihanku
Yang menebar aroma yang berbeda
Tanda kehidupanku yang sedang diuji
Namun, aku sadar
Matahari akan terus bersinar dan Malam akan terus berjalan
Dan aku sadar, tak seharusnya aku meratapi takdirku, karena takdirku selalu berteman dengan dengan gelapnya malam.
o-o-o-o-o
H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
~Minha-san~
o-o-o-o-o
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Choice Of My Heart © LovelyLany
Genre : Romance/Drama
Pairing : [Sasu x Hina] , Naruto
Rate : M
Warning : Typo (s), bad fic coz fic pasaran, abal2, alur g` jelas , gaje, etc.
o-o-o-o-o
Chapter 1 : Pertemuan kembali
Sinar Matahari pagi di langit kota konoha cukup terasa hangat. Terlihat seorang wanita cantik bersurai indigo tengah menyeka peluh diwajah putih porselen miliknya. Wanita cantik beriris amethyst itu, duduk di bangku halte sambil menunggu bus datang. Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang memanggil namanya.
"Hinata ?" Panggil seorang wanita sambil melambaikan tangan padanya.
Wanita cantik yang bernama Hinata itu menoleh, dan dilihatnyalah seorang wanita cantik bersurai pirang panjang menghampirinya dengan senyuman. Wanita bernama hinata ini mengenal baik wanita cantik yang menyapanya itu.
"Hai, Ino ! " Sapanya sambil tersenyum pada wanita itu yang tak lain adalah sahabatnya Yamanaka Ino.
"Maaf membuatmu menunggu, hinata !" ujar ino dengat raut muka bersalahnya
"Tidak ino, aku juga belum lama menunggu disini? Justru aku yang merepotkanmu karena memintamu berangkat bersama ke kampus" hinata menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada ino.
"Aku tak merasa direpotkan hinata, oh yah kemana Neji ? Bisa-Bisanya dia membiarkanmu pergi sendiri !" Seru ino penasaran sambil berkacak pinggang
"Tidak selalu nii-san bisa mengantarku ino, kau tau dia sudah punya kekasih?"
"Jadi kau mau mengatakan bahwa neji tak bisa mengantarmu ke kampus, hanya karena dia sudah punya kekasih begitu." Kata ino berjengit heran.
"Tidak ino, hanya saja-..".
Ucapnya terhenti saat melihat bus yang mereka tunggu akhirnya datang.
"Hanya saja apa? Jangan membuatku penasaran"
Tanya Ino semakin penasaran, tapi ino terkejut saat lengannya ditarik sahabatnya itu.
"Ino cepat, bis sudah datang!" Seru hinata sambil menarik lengan ino dan menggiringnya memasuki bus.
Saat mereka memasuki bus, mereka tak mendapatkan kursi karena tempat duduk sudah terisi penuh. Jadi mereka diharuskan berdiri di bus selama perjalanan menuju kampus.
Hinata pov
Untung saja, bus sudah datang jadi aku tak perlu menanggapi pertayaan ino yang tak habis-habis itu, aku bingung harus menjawab apa! Kalau saja naruto tidak harus berangkat pagi-pagi ke suna mungkin dia bisa mengantarku ke kampus. Dan aku tak perlu mejelaskan pada ino kenapa nii-san tak mengantarku pagi ini.
"Ino, Kau sedang apa ? kenapa kau tersenyum sendiri melihat ponselmu itu?" Tanyaku saat kulihat ino tersenyum sambil tertawa melihat ponselnya.
"Oh ini.. Aku sedang melihat foto yang dikirimkan oleh shikamaru padaku" ucapnya sambil terseyum menahan tawa melihat ponselnya.
Yang kutahu shikamaru adalah salah satu teman masa kecil ino, selain shika juga ada chouji. Mereka berteman karena kedekatan diantara orang tua mereka. Mereka pun masih akrab sampai sekarang. Berbeda denganku yang mengenal ino sejak 3 tahun lalu saat masih menjadi mahasiswa baru. Berbeda jauh jika dibandingan shika dan chouji tapi aku merasa nyaman dengan persahabatan kami.
"Boleh kulihat ?" Tanyaku penasaran.
"Ini!" Ino memberikan ponselnya dan saat aku melihat ponselnya,Ya Tuhan..itu foto yang menujukkan shikamaru yang mencium temari, aku malu melihatnya. Bisa-bisanya shika mengirimkan foto ciumannya dengan kekasihnya pada ino. Tak kubayangkan apa jadinya kalau temari tau ulah kekasihnya itu. Aku mengelengkan kepalaku tak ingin membayangkan shika yang dihabisi oleh kekasihnya temari, yang tak lain adalah kakak dari sabahat pacarku naruto.
"Kenapa foto ini shika kirimkan padamu ino, apa dia tidak malu!" Aku mengernyitkan dahiku heran
"Santai saja hinata, ini taruhan antara aku dan shika. Aku menantangannya untuk mencium temari, kau sendiri tahu kalau temari itu selalu galak kepada shika meski mereka sepasang kekasih" ino menjelaskan dengan cengiran di wajah putih mulusnya.
"Dan kau berpikir kalau temari galak karena tak sungguh-sungguh menyukai shika begitu." aku menimbang-nimbang.
"Ya, begitulah, Shika sudah kuanggap seperti saudaraku jadi aku tak ingin dia menjalani hubungan sia-sia dengan temari meskipun aku tau dia benar-benar tergila-gila pada temari, karena itulah aku menantang shika untuk membuktikan kalau temari benar-benar menyukainya".
"Maksudmu foto ini adalah tantanganmu padanya." Aku kembali meautkan alisku sedikit tidak percaya dengan hal ini.
"Yah begitulah." Seru ino
"Kuharap hal ini kau lakukan karena kau peduli terhadap hubungan mereka saja! dan bukan karena keegoisanmu" aku sedikit menegaskan padanya.
"Apa maksudmu hinata!" Ia menautkan dahi mendengar apa yang kukatakan.
"Aku harap ini bukan keegoisan mu saja yang tak bisa melepaskan shika,ino!" Aku melontarkan penyataan itu karena sedikit curiga padanya.
"Hinata! Itu tidak mungkin , kau tau kan kalau sekarang aku bersama sai" ino panik
"Ya, kuharap itu bukan pelarian." Aku mengangkat bahuku.
Aku tahu ia kesal tapi aku tak ingin masalah ini akan menjadi panjang dan merugikan dirinya sendiri. karena yang kutahu ino pernah menyimpan rasa untuk shika dan wajar jika aku meragukannya.
"KAU..." Ino marahhh dan mencubit lengankku
"Ouhhh" aku meringis sakit sambil mengusap lenganku saat kuku-kuku cantiknya mencederai kulit lenganku.
"Ah, kau benar-benar menyebalkan hinata, kemana sih hinata sahabatku yang lemah lembut itu" celetuknya kesal padaku
Aku tertawa mendengar celetuknya,"Sudahlah sekarang kau sudah percaya kalau temari menyukai shika bukan?" Tanyaku padanya
"Yah sepertinya begitu!" Ino sependapat denganku, meskipun kulihat dia masih ragu.
Aku hendak mengembalikan ponselnya, tetapi tak sengaja punggungku berbenturan dengan seseorang alhasil aku malah menjatuhkan ponselnya. Aku panik ! Dan langsung saja aku merunduk untuk mencari ponsel ino yang jatuh itu dibawah lantai bus. Tak lama mencari akhirnya aku menemukan ponsel ino yang terjatuh tadi. Ponsel itu jatuh diantara sepasang sepatu kets berwarna donker milik seorang pria. Tetapi saat tanganku akan meraihnya, tangan seseorang sudah mendahuluiku. Aku mengikuti arah tangan pria yang mengambil ponsel ino itu, ketika pandanganku semakin keatas tak sengaja iris amesthysku beradu pandang dengan sepasang oniks hitam pekat milik pria itu. Senyum simpul terukir di wajah tampan miliknya dan tanpa kusadari tangannya menarik lenganku untuk berdiri menghadapnya.
.
.
.
Deg..
Jantungku berdegup saat kulihat pria yang berdiri dihadapanku ini.
"ss-Sasuke.." Aku menyebut namanya terbata karena aku mengenal dengan jelas pria ini.
"Kau masih ingat padaku hinata ? Ucapnya dengan senyum simpul yang masih setia bertengger di bibir tipisnya. Lalu ia melepaskan lenganku dari pegangannya.
"Hinata, kau kenal dengan pria ini ?"
Tanya ino sambil menyikut bahuku yang membuatku dan dia menoleh pada ino.
"Ak-a-aku.." Aku begitu gugup masih tak percaya dengan kenyataan yang aku hadapi saat ini.
Melihatku yang sulit bicara langsung saja dia memperkenalkan dirinya pada ino.
"Hn.., perkenalkan aku Uchiha Sasuke teman lama hinata." dia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan ino.
"Oh, kau teman hinata, salam kenal aku Yamanaka Ino teman kuliah hinata di kampus" ino membalas jabat tangannya dengan senyum sambil mengaitkan lengan kirinya pada pinggangku. Sungguh aku benar-benar kehabisan kata-kata.
Dia melihatku, "Hn..ine ponselmu ! Jangan sampai kau menjatuhkannya lagi" ucapnya sambil menyerahkan ponsel ino padaku.
"Sampai disini saja perjumpaan kita, aku berhenti di halte ini?
Dia melangkahkan kakinya dan saat melaluiku dia membisikkan sesuatu ke telingaku.
"Senang bertemu denganmu hime" ucapnya berbisik dengan suara barintone yang terdengar jelas di telingaku.
Tubuhku lemas sesaat, kalau saja ino tak menahannya mungkin aku sudah jatuh terduduk.
"Kau berhutang penjelasan padaku hinata?" Tanya ino padaku
Bus kembali bergerak dan kami melihat sasuke melambaikan tangannya kepada kami dari luar bus.
Oh Tuhan apalagi ini ! Kenapa kau mempertemukanku lagi dengannya?
Hinata pov end
Hinata dan ino diam dalam pikiran masing-masing. Ino ingin menanyakan langsung prihal pria yang mengaku bernama sasuke itu pada hinata tapi melihat hinata yang lemas seperti itu, ia urungkan niatnya.
0-0-0-0-0
Siang itu di sudut ruang kelas ino sedang duduk bersandar di jedela kelas sambil melihat pemandangan taman, Ia terlihat memikirkan sesuatu.
Ino pov
Huhh, hari ini benar-benar sial menurutku, ini semua gara-gara foto itu. Gara-gara foto itu Hinata salah paham padaku dan kenapa juga dia berfikir begitu, jelas-jelas aku sudah tak memiliki perasaan apapun kepada shika karena sai sudah membuatku melupakan perasaanku pada shika.
'Hemh aku jadi merindukanmu sai.' Batinku
Tapi kalau dibilang sial juga tidak karena hari ini aku bertemu dengan lelaki itu. Oh hanya tuhan yang tau kalau dia benar-benar tampan dan mempesona. Seandainya aku lebih dahulu bertemu dengannya sebelum sai, aku takkan melewatkannya. Aku tau ada sesuatu diantara hinata dan lelaki itu, aku yakin sekali. Karena aku tak pernah melihat hinata sampai tegang seperti itu, hinata yang selalu tenang kenapa mendadak berubah setelah bertemu lelaki itu. Aku harus menanyakan langsung ke hinata nanti.
"Oh, hari yang melelahkan". Rutukku sambil duduk disisi jendela.
"Apa yang lebih melelahkan dari kegiatan kita semalam honey" sapa seseorang sambil memelukku dari belakang. Aku kenal wangi dan lengan yang memelukku ini. Aku tersenyum karena kekasihkulah yang memelukku. Sungguh aku benar-benar tak mendengar suara langkah kakinya.
"Oh,sai.. Jangan mengejutkanku, kau seperti hantu saja berjalan tanpa suara dan bisakah kau tak mengungkit hal itu" ucapku sambil menolehkan wajah cantikku pada kekasihku, yah dia kekasihku shimura sai.
"Mengungkit apa honey?" Ia membalikkan tubuhku menghadapnya.
"Tega sekali kau bilang kalau kekasihmu ini hantu, dan lagi aku hanya heran kenapa kau terlihat tak semangat siang ini?" Terdengar nada khawatir diucapanya, lalu ia menggengam kedua tanganku.
"Tahukah kau aku begitu merindukanmu" dia berkata sambil mencium keningku dan memelukku lagi. Aku sungguh terlena dengan perlakuannya padaku, sungguh tanpa celah pikirku.
"Ya, aku tahu kau bukan hantu, dan tak mungkin juga aku memiliki kekasih hantu" jawabanku membuat sai tertawa, oh dia memang tampan jika berwajah cerah seperti aku sadari sai mengecup bibirku sekilas, sungguh aku tak menyadarinya.
"Oh.. Kau memang pintar merubah moodku sayang" jawabku senang karena perlakuannya.
Aku sangat menyayangi kekasihku ini, karena dia yang paling mengerti tentang diriku.
Ino pov end
"Hei, dilarang bemesraan di dalam kelas" tegur seseorang yang datang menghampiri ino dan sai.
Ino dan sai melihat ke sumber suara beritone itu, dan yang menghampiri mereka tak lain adalah shika dan chouji teman kecil ino. Shika yang bertengger sambil melipat lengan di dada dan chouji sedang berdiri disebelah shika sambil membawa snack kesukaanya.
"Kenapa kalian kemari?" Ino mengernyit heran melihat kedatangan teman kecilnya itu.
"Kami kemari mencarimu ino, kau lupa dengan taruhan kita" jawab shikamaru to the point.
"Taruhan !, kenapa kau tak mengatakannya padaku ino." Sai terkejut dan bertanya pada ino.
"Oh, ini hanya taruhan kecil antara aku dan shika, sai." Ino menenangkan sambil merangkul lengan sai.
"Tapi bukankah taruhannya hanya antara kau dan shika? Kenapa si tambun juga ikut-ikutan" tanya sai sambil meledek chouji.
Chouji kesal dengan panggilan sai padanya, saat chouji ingin menghampiri sai dan memberi pelajaran. Tiba-tiba lengan shika menahan langkah chouji.
"Itu karena yang kalah harus mentraktir chouji." Jelas shika pada sai sambil menenangkan chouji.
"Oh tidak, jangan katakan bahwa kau kalah dalam taruhan ini honey, kau tau si tambun itu banyak makan bukan." Tebak sai sambil tersenyum palsu pada shika dan chouji.
"Maafkan aku sayang, itulah yang terjadi." Ino pasrah.
"Oh baiklah, hei kalian bisakah aku yang mengantikan ino mentraktir kalian" sai mengajukan diri karena tak ingin meninggalkan ino pergi dengan mereka.
"Sai, itu tidak perlu?" Ino berusaha untuk mengurungkan niat kekasihnya itu.
"Apapun, akan kulakukan untukmu honey" sai berkata sambil mengecup pipi ino. Ino yang menerima perlakuan sai hanya diam dengan wajah bersemu merah.
"Huhh, Bisa-bisa aku gila jika melihat mereka berdua terus." Celetuk shika kesal
"Bagaimana chouji, apa kau setuju?" Tanya shika pada chouji.
"Walaupun si pucat yang mentraktir tak masalah asalkan aku bisa memakan daging bakar kesukaanku" chouji menyetujui usulan sai seakan lupa jika sai sudah mengejeknya tadi.
"Baiklahh ayo kita berangkat" ajak shika pada semuanya.
Shika dan chouji pergi meninggalkan kelas yang disusul oleh sai dan ino. Kelas pun jadi hening seketika setelah kepergian mereka karena memang sedang jam makan siang jadi kelaspun kosong.
0-0-0-0-0
02:00 pm
Perpustakaan
Hinata Pov
Aku hyuga hinata anak yang dibesarkan di keluarga menengah atas yang dididik disiplin sejak kecil oleh keluargaku dan mengharuskanku bersikap tenang dan sopan pada semua orang. Orang bilang aku wanita yang perfect seperti yang kalian lihat wajahku cantik, kulitku halus, dan bentuk tubuhku yang terbilang tak jelek ini. Dan hal itulah yang membuat banyak lelaki mengejarku, terlepas dari semua itu tahukah kalian bahwa aku merasa risih, sungguh merekalah yang membuatku berlindung di tempat ini. Tempat yang tenang dan tak banyak orang yang berkunjung kesini kecuali seorang kutu buku seperti diriku ini, karena aku suka membaca jadi tempat ini adalah tempat favoritku untuk berkunjung bila tak ada jadwal kelas.
Aku duduk sambil membaca buku dan mendengarkan musik dengan earpone ditelingaku, Inilah rutinitasku hampir setiap hari.
Saat aku sedang asyik membaca buku yang baru kepinjam hari ini tiba-tiba handponeku bergetar dan saat kulihat naruto yang menelpon, segera aku menjawabnya.
"Hallo, Sayang" sapanya riang padaku
"Naru?" Panggilku
"Aku merindukanmu hinata."
'Aku juga merindukanmu naruto' batinku.
"Naruto apa kau sudah sampai di suna sekarang?" Tanyaku padanya
"Sudah hinata, untung saja aku tak terlambat menghadiri rapat, sekarang aku sedang istirahat dikantor, kau tau aku benar-benar lelah, andai kau ada disini sayang." Suaranya terdengar kelelahan.
'Ya aku tahu dia lelah karena terpaksa kembali ke suna di pagi buta'.
"Maafkan aku naruto tidak bisa menemanimu" ucapku sedih
"Tidak apa-apa hinata, pertemuan kemarin sudah cukup untukku sekarang, meskipun aku tetap merindukanmu " ucapnya menenangkanku
"aku senang mendengarnya, aku juga merindukanmu naru." Jujurku
"Baiklah hinata, aku hanya ingin mendengar suaramu sebelum aku terlelap sekarang" ucapnya disusul dengan suara menguapnya.
'Sepertinya dia memang letih dan mengantuk' bantinku
"Beristirahatlah naru.." ucapku padanya
"Aku sangat mencintaimu sayang" ucapnya sebelum menutup telponnya.
'Aku juga menyayangimu naru', batinku.
Aku melanjutkan kegiatanku membaca buku yang belum selesai kubaca tadi. Aku terus larut dalam kegiatan membacaku sampai aku lupa waktu. Andai saja niisan tak mengirimkan pesan, mungkin aku tak tahu kalau hari telah senja. Aku segera membereskan barang-barangku karena kulihat jam menujukkan pukul 5 sore.
Setelah membereskan barang-barangku di atas meja di dalam perpustakaan itu, akupun segera meninggalkan ruangan itu. Tiba-tiba ponselku berbunyi dan kali ini sebuah panggilan. Kupikir itu nii-san yang tadi mengirimkan pesan yang mengatakan jika dia sudah menungguku di parkiran perpustakaan untuk menjemputku. Jadi aku langsung saja menjawab panggilan itu, takut niisan lama menunggu.
"Halloo nii-san, aku baru saja keluar dari perpustakaan sekarang jadi tunggu aku nii-san, aku akan segera kesana!" Ucapku sambil berjalan terburu-buru di koridor perpustakaan.
"Hime, kaukah itu?" Terdengar suara seorang disana yang kutahu bukanlah suara neji-nii.
'Suara ini aku mengenalnya' batinku
'Deg.. Ini suara pria itu' yakinku
"KAU..-" ucapanku tercekat karena perasaan takut dan gelisah seperti halnya jantungku yang berdetak cepat.
"Ternyata benar ini kau hime, berarti temanmu itu tak berbohong" ucapnya lagi.
"Teman.." Aku bingung
"Temanmu si pirang itu, apa kau lupa saat handponemu jatuh, kupikir itu milikmu tapi ternyata itu milik temanmu dan aku beruntung dia mau memberika nomormu padaku" dia menjelaskan.
Sungguh aku tak dapat berbuat banyak. Lekas saja aku mengakhiri panggilannya.
Oh.. Tuhan , ada apa ini. Tak lama kemudian ponselku bergetar kembali, karena frustasi aku menjawab dengan kesal.
"APA LAGI YANG KAU INGINKAN DARIKU, MENJAUHLAHHH kumohon! Bentakku kesal
"Hinata, ini aku nii-sanmu? Ada apa denganmu?" Tanyanya heran.
Aku terkejut ternyata ini bukan orang itu, ini kakakku.
"Maafkan aku niisan, aku tak bermaksud membentakmu" jawabku menenangkan diri
"Ya, tak masalah dan cepatlah hari mulai gelap. Aku menunggumu di parkiran ok!"
"Ya,niisan" jawabku sambil berlari menuju parkir-ran. dan niisan-pun mengakhiri panggilannya.
Sesampainya di parkiran aku melihat nissan bersama kekasihnya sedang menunggu di depan mobil jaguar metalic miliknya.
"Nissan, tenten..." sapaku
"Oh sudah sampai rupanya ! ok ayo kita berangkat, hari sudah semakin gelap."
Kamipun lekas masuk kedalam mobil tak ingin membuang-buang waktu karena aku tahu niisan tak ingin kalau terlalu malam mengantar tenten pulang. Perjalanan kamipun penuh dengan celoteh tenten yang kutahu dia memang berisik sama seperti sahabatku ino. Setelah mengantar tenten pulang, aku dan niisan melanjutkan perjalanan pulang ke apartemen kami. Saat diperjalanan niisan bertanya padaku.
"Hinata, apa yang terjadi kenapa kau berteriak saat kutelpon tadi?" Tanya nissan padaku sambil menoleh sebentar padaku
"Niisan, ak-akku..." Ucapku gugup
"Oh kenapa kau jadi gugup hinata, tenanglah aku takkan memarahimu, aku hanya penasaran saja." Niisan tersenyum sambil menggosokkan telapak tangannya di ubunku untuk menenangkanku.
"T-tidak niisan bukan begitu, hanya saja-.." Aku tak tahu harus beralasan apa,Aku bingung.
"Hinata, setahuku kau tak pernah berteriak apalagi membentak seperti itu. Aku tau jika kau sulit menjelaskannya tapi aku mengkhawatirkanmu. Kau adikku dan aku tak ingin kau disakiti." Kata niisan mengkhawatirkanku
"Maafkan aku niisan, saat itu aku hanya emosi saja dan tak ada yang akan menyakitiku, jadi niisan tak perlu khawatir" jawabku beralasan.
"Kuharap itu bukan ulah si pirang bodoh itu.".
Kata nissan sambil tersenyum mengejek
"Astaga niisan, jangan menuduh naruto, dia tak ada hubungannya dengan ini." Seruku membela kekasihku.
Nissan yang melihatku mendengus kesal langsung saja mencubit pipiku. Aku yang kesakitan cepat-cepat melepaskan cubitannya dariku.
"Syukurlah jika itu bukan dia" ucap niisan sambil mengakhiri obrolan kami. Karena kami telah sampai di basement gedung apartemen kami .
Hinata pov end
Tanpa mereka sadari ada sebuah lamborghini Reventon hitam yang memarkir tak jauh dari jaguar metallic mereka .
"Hime kali ini aku takkan melepaskanmu lagi"
To be Continue...
Jika readers kurang puas dengan FF author atau ada masukkan dan saran serta kritik silahkan Riviews/PM.
Riviews kalian selalu di tunggu disini !
Note :
Hii Minha-san
Lany selalu menjadi newbie disini, Lany kembali mempublish FF baru nih.. 'Gomen-ne' udah publish FF ke2 padahal Shine In Your Eyes aja masih bersambung.. Tapi FF ini udah lama dibuat barengan sama yang pertama jadi sayang aj klo g' di publish.. Hehehe kalo responsnya bagus bakal lanjut :) *smile* tapi klo no respons yaudah cukup sampai d`sini aj FF nya :( *tear*
