Hubungan kerja yang seharusnya berjalan profesional harus ternoda oleh perilaku mereka yang diluar batas. Park Chanyeol adalah biang dari semuanya. Bagaimana sekretaris cantiknya berakhir diatas ranjangnya, hingga ketertarikan seksual yang terjadi diantara mereka. Park Chanyeol x Byun Baekhyun (GS)

.

.

.

Segera setelah rapat mingguan hari ini selesai. Park Chanyeol meminta sekretarisnya untuk masuk kedalam ruangannya. Ini adalah menit ke empat ia sudah duduk didalam ruangannya sendiri.

Selesai menyusun semua berkas yang harus ia tanda tangani diatas meja , ia melemparkan tatapannya kepada daun pintu yang bergerak terbuka dari luar.

Byun Baekhyun.

Wanita yang sudah berkepala dua dan membuat hari-harinya jungkir balik. Gadis itu sangat kecil seperti anak kuliahan, faktanya bahwa ia sudah berusia 28 tahun dan matang secara seksual.

Chanyeol selalu suka bagaimana cara Baekhyun berjalan, berbicara bahkan tersenyum.

"Sajangnim memanggil saya?" begitu suara merdu khas Byun Baekhyun terdengar, Chanyeol merasa bahwa ia sudah menang telak untuk pagi ini saja. Entah siapa juga yang mengajaknya taruhan, karena memang murni pemikirannya sendiri yang aneh.

"Ya. Segera berikan ini ke divisi masing-masing. Lalu suruh mereka semua untuk merevisi beberapa bagian yang sudah aku tandai." Chanyeol menunjuk menggunakan sorot matanya yang kelihatan tajam kearah tumpukan dokumen.

"Baik." Baekhyun segera mengambilnya dan mengapitnya diantara ketiak dan sisi tubuhnya.

"Ada lagi yang anda butuhkan sajangnim?" interupsi Baekhyun lagi.

Chanyeol hendak melemparkan suatu keinginan terbesarnya yang sudah ia tahan-tahan sejak lama. Dengan anggapan mungkin saja ini waktu yang tepat untuk mengajak pegawainya ini melakukan 'keinginannya' . Tapi baru saja pemikiran yakin itu muncul lalu perasaan menyalahkan itu muncul dari sisinya yang lain.

Sisi gelap dan terangnya beradu didalam sana, hingga membuatnya pusing yang berakibat pada mood nya yang memburuk tiba-tiba.

"Tidak ada, kau boleh pergi." Putusnya sangat yakin dan dewa terangnya bersorak gembira.

"Kalau begitu saya permisi." Pamit Baekhyun begitu jasanya belum diperlukan untuk melakukan kegiatan lainnya lagi.

Sementara Chanyeol tetap diam, bertingkah seolah itu tidak terlalu pantas dipedulikan.

Lantas membawa mood nya yang rusak kepermukaan. Sungguh ide yang gila dengan memendam hasrat yang tak tersampaikan.

"Sialan!" tandasnya dengan wajah setengah mengamuk. Seharian itu ia putuskan untuk tidak lagi sengaja melakukan perintah untuk Baekhyun. Dengan pikiran bahwa ia tak harus –sementara waktu- melihat wajah itu lagi atau ia akan kalah dari dewa terangnya. Yang jelas-jelas membawa pengaruh buruk bagi fokusnya.

.

.

.

Begitu masuk kedalam rumahnya yang besar, Chanyeol disuguhi oleh pemandangan indah dari seorang wanita sexy yang entah karena apa sudah terdampar di atas sofa nya.

"Apa yang kau lakukan disini?" meski ia baru saja teringat akan gairahnya yang sempat muncul. Perasaan tidak senang akan orang yang sangat ia benci didalam rumahnya lebih dominan ketimbang besar nafsunya.

Gadis itu adalah mungkin jelmaan Aphrodite. Layak diperebutkan oleh pria manapun bahkan demigod yang setengah dewa sekalipun.

"Well, Chanyeol. Tidakkah kau bisa sedikit berbasa-basi?" tuturnya dengan tidak terlalu ambil pusing akan kalimat ketus dari Chanyeol sebelumnya.

"Itu tidak berlaku untukmu."

Perempuan jelmaan Aphrodite bernama Luhan itu hanya tersenyum skeptis.

"Jangan lupakan satu hal bahwa sekarang aku bersama sepupumu."

Sialan perempuan ini!

Selalu tidak suka bahwa ia selalu kalah omongan dari perempuan ini membuat moodnya kembali memburuk.

"Itu sama sekali bukan urusanku. Cepat pergi dari sini." Usir Chanyeol seolah menganggap perempuan itu adalah hama mematikan.

"Sebenarnya aku akan kerumah Sehun tapi aku sempatkan untuk mampir sebentar. Tidakkah tindakanmu yang tidak sopan ini seharusnya mendapatkan maafku? Minta maaflah selagi aku sabar." Bujuk perempuan itu lagi mengesampingkan emosinya yang meluap.

"Aku tidak perlu maaf mu Nn. Luhan. Dan jika kau ingat, rumah Sehun berada 3 blok dari sini. Perlukah aku memerintah sopirku untuk mengantarmu kesana?" ucap Chanyeol dengan sengit.

Luhan sudah berdiri dan mengangkat clutch nya ikut serta.

"Tidak perlu. Sekarang aku tahu kenapa kita bisa putus sebulan yang lalu." Perempuan itu berjalan mengitari tubuh tinggi tegap Chanyeol dengan aroma yang memabukkan indera penciuman. "Itu karena kau sangat perhitungan." Ucapnya lagi menambahkan seakan berniat menyakiti Chanyeol dengan perkataannya.

"Kalau begitu kau pantas bersyukur, setidaknya sepupuku yang bodoh itu mau menampung bekasku."

"Sialan!" Luhan bersiap akan menamparnya, tapi Chanyeol tak gentar dan menantikan pergerakan mantan kekasihnya jika saja Luhan tak ingat ia sedang berhadapan dengan siapa.

"Kenapa?" tantang Chanyeol.

Dan Luhan segera menurunkan tangannya.

"Tidak tahukah kau Park Chanyeol! niatku kesini untuk memperbaiki hubungan kita, tapi kau justru merendahkanku dengan kata-katamu yang memuakkan." Sembur Luhan.

"Aku tidak memintamu untuk melakukannya. Perselingkuhanmu dengan pria bernama Kris itu tidak akan hilang dalam ingatanku. Jadi jangan pernah bermimpi kita akan hidup dengan harmonis meski kau adalah pacar sepupuku sekalipun."

Setidaknya dengan mengatakan kekesalannya dapat menyurutkan emosinya. Chanyeol pantas bersyukur akan itu.

Setelah meneriaki pria itu dengan kata-kata kasar, Luhan pergi dengan harga diri yang terhempas diatas sol sepatu Chanyeol. Seperginya Luhan lelaki itu akan berjalan memasuki kamarnya lalu ditahan oleh kepala pelayan nya yang bernama Kim Jilseob.

"Ada apa?" Jilseob mengangguk sekilas memberikan hormat menyapa tuannya.

"Ada seorang perempuan yang mencari anda Tuan," dahi Chanyeol mengerinyit. Apa yang dimaksud Jilseob adalah Luhan? Tentu saja ia sudah tahu dan lantas akan mengatakannya jika saja perkataan Jilseob tak kalah cepat meluncur. "Beliau berkata bahwa, beliau adalah sekretaris anda dikantor."

Seolah kepalanya baru saja disentak. Kesadaran Chanyeol mendadak 2x lipat muncul seperti kaget dibangunkan dari tidurnya.

"Benarkah? Siapa namanya?" meski ia sudah sangat yakin bahwa ia hanya memiliki satu sekretaris dikantornya tapi ia tetap ingin sedikit meyakinkan bahwa perempuan itu benar sekretarisnya atau bukan.

"Namanya, Nn. Byun Baekhyun, Tuan." Jawab Jilseob tegas.

Rahang Chanyeol mengatup dengan bunyi gertakan giginya. Hanya dengan mendengar namanya saja sudah membuat gairahnya kembali muncul.

"Persilakan dia masuk." Jilseob mengangguk sebelum memanggil tamu Tuannya untuk masuk.

Lalu datanglah sosok Baekhyun yang terlihat masih mengenakan setelan yang sama seperti ketika dikantor tadi. Bedanya penampilan perempuan itu sangat lusuh dengan sisa make up yang sudah tidak beraturan. Apa perempuan itu habis menangis atau apa?

Mendadak pikiran buruk hinggap dikepala Chanyeol mengenai sekretaris kesukaannya itu.

"Sajangnim," Baekhyun menunduk begitu bertatapan mata dengan atasannya dan melihat Chanyeol masih menenteng jas kerjanya beserta tas nya. Pria itu masih menelitinya diam-diam.

"Duduklah," titahnya yang langsung disanggupi oleh Baekhyun. Chanyeol duduk disofa single yang menghadap langsung kearah Baekhyun dan gadis itu yang duduk diatas sofa berbeda.

"Ada perlu apa?" tanyanya karena menyadari bahwa mungkin Baekhyun masih ragu mengatakan keperluannya sebelum diminta olehnya. Seperti hendak menahan tangis yang terdengar dari celah bibir tipis itu, Chanyeol ragu kalau Baekhyun sedang dalam keadaan baik-baik saja.

"Saya minta maaf karena mengganggu waktu istirahat anda," Chanyeol melihat Baekhyun dengan tatapannya yang tajam. Sungguh tidak suka jika harus bertele-tele. Terlebih ia sudah tersiksa dengan pikirannya yang bercabang menganalisa hal apa yang menimpa perempuan itu.

"Bukan masalah. Katakan, ada perlu apa mencariku sampai kesini?" gadis itu duduk dengan tidak nyaman dan sesekali menarik-narik ujung lengan kemejanya.

"Saya ragu mengatakan ini, tapi saya harap anda tidak marah." Baekhyun menghembuskan nafasnya sebentar seperti mengumpulkan keberaniannya. "Tolong pinjamkan saya uang, Sajangnim." Lalu setelahnya Baekhyun memejamkan matanya rapat-rapat. Terlalu malu untuk sekedar melihat kearah depan.

Gadis itu menunduk, mengabaikan tatapan kecewa Chanyeol.

"Sungguh. Kau datang padaku hanya untuk itu?" Chanyeol merasa tersindir Baekhyun datang padanya hanya karena urusan semacam itu.

Ia bahkan tersedak pemikirannya sendiri, bagaimana bisa ia berpikir bahwa mungkin saja malam ini Baekhyun datang padanya karena maksud lain.

"Maafkan saya sajangnim, saya menyesal dan tidak seharusnya melakukan itu. Kalau begitu saya permisi."

Baekhyun yang ketakutan dan merasa malu berniat mencari pinjaman uang dari orang lain ketimbang meminta lagi pada Chanyeol karena jelas-jelas lelaki itu kelihatan tidak senang.

"Siapa yang mengijinkanmu pergi?" didengarnya lagi suara Chanyeol yang justru terdengar semakin tidak suka. Lalu setelah menunduk meminta maaf berkali-kali Baekhyun kembali memutar tubuhnya dan menghadap Chanyeol yang juga sudah berdiri dari duduknya.

"Kau datang kerumahku tanpa diminta dan pergi begitu saja setelah membuatku kecewa?" Baekhyun harus berpikir keras karena kesalahannya yang mana yang membuat Chanyeol kecewa, malahan harusnya Chanyeol marah padanya bukannya hanya merasa kecewa.

"Saya minta maaf, saya tidak seharusnya melakukan itu."

"Berhenti meminta maaf, kau sungguh membuatku semakin buruk. Katakan, kenapa kau memerlukan uang itu? Berapa banyak yang kau butuhkan?"

Baekhyun seketika mendongakkan kepalanya lalu menundukkannya lagi dengan cepat. Sempat bertatapan dengan mata tajam atasannya yang melihatnya lekat-lekat. Dirinya seperti wanita mata duitan setelah mendengar Chanyeol seperti bersedia akan membantu. Pipinya merona lagi.

"Baekhyun," ia tersentak hanya karena panggilan dari bos nya yang bahkan tidak terdengar membentak itu.

"K-kalau sajangnim bersedia, saya ingin meminjam 1 juta. S-ssaya membutuhkannya karena apartemen yang saya tempati sudah digusur."

"Digusur?" pekik Chanyeol tanpa sadar membuat suaranya meninggi hingga Baekhyun berjengit kaget.

"Pemilik bangunan sudah menjualnya untuk dijadikan toserba dan tidak mengatakannya terlebih dulu kepada penyewa." Tangan pemuda itu sudah terkatup rapat dan benar-benar jengkel. Gadis ini termasuk yang mudah ditindas. Pasti pemilik bangunan tempatnya tinggal adalah laki-laki mata duitan yang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang.

"Lalu kau akan tinggal dimana?" Baekhyun merasakan perasaannya menghangat karena mendengar nada bicara atasannya yang terkesan peduli padanya.

Lalu ia mengerjap beberapa kali membawa kesadarannya muncul dipermukaan.

"Saya berencana untuk tinggal di sauna sementara waktu."

"Sauna?" Chanyeol berteriak lagi, benar-benar kaget dari sebelumnya dan tidak menyangka bahwa Baekhyun akan melakukan hal itu alih-alih tinggal ditempat lain. Seperti hotel misalnya. Lalu ia kembali menelan rasa kesalnya ketika melihat Baekhyun mengangguk.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Tinggalah ditempat temanmu untuk sementara waktu." Perintah Chanyeol terdengar sangat bossie seperti biasa.

"Saya tidak bisa melakukannya sajangnim."

"Kenapa tidak bisa? Kalau kau disauna, tidak akan ada yang mengira apa yang akan terjadi padamu setelahnya. Bagaimana kalau ada laki-laki hidung belang yang menjebakmu?" sifat posesif Chanyeol mendadak muncul dan membiarkan Baekhyun melihatnya dengan mata terbuka. Mengabaikan rasa canggung yang tidak sempat ia pikirkan Chanyeol tetap menatap tajam pada wajah kecil Baekhyun.

"Karena semua teman-teman saya sudah berkeluarga, saya tidak enak mengganggu mereka, lagipula saya akan merasa canggung dengan suaminya. Jadi akan lebih baik jika saya tinggal di sauna." Dalam hati Chanyeol ikut membenarkan apa yang dikatakan oleh Baekhyun tapi setengahnya lagi menyalahkan keputusan Baekhyun yang memilih tinggal disauna.

"Lalu kau meminjam uang kepadaku untuk biaya hidupmu sementara waktu?" Baekhyun mengangguk. Merasa malu bahwa tujuannya mudah sekali ditebak.

Hari yang sangat ajaib. Baru tadi pagi ia masih menikmati nyamannya berada didalam apartemennya lalu malam harinya tahu-tahu bagunan itu sudah rata dengan tanah.

Tidak ada yang tersisah kecuali beberapa pakaiannya yang berhasil diselematkan oleh penghuni apartemen yang lain.

Baekhyun merasa malu dengan ketidak berdayaannya dan nasib sial yang menimpanya membuatnya terlihat menyedihkan dihadapan Chanyeol.

"Aku tidak setuju." Kepala Baekhyun dengan cepat mendongak supaya Chanyeol melihat matanya yang berkaca-kaca lalu berubah pikiran untuk tetap membantunya.

Chanyeol yang melihatnya hampir lemah dan jatuh dititik terdalamnya hanya dengan melihat mata berair menyedihkan itu.

Tapi lelaki itu tetap dalam ketidaksetujuannya.

"Tidak ada alasan bahwa kau akan tinggal di sauna. Kau akan tinggal di rumahku sampai aku mengijinkanmu untuk pergi dari rumah ini. Selebihnya kau tidak diijinkan untuk menolak tawaranku. Kau mengerti?" Baekhyun baru saja akan melayangkan protesnya kalau Chanyeol tak kalah cepat menambahkan. "Dan untuk biaya hidupmu akan aku tanggung. Kau tidak perlu khawatir."

"Sajangnim tidak perlu melakukannya karena-..."

"Kau tidak dengar apa yang aku katakan? Aku tidak menerima penolakan atau kau akan ku pecat." Seketika wajah Baekhyun memucat.

Bagaimana bisa Chanyeol tetap akan memecatnya sementara dirinya baru ditimpa kemalangan dan tidak ada orang lain yang bisa membantunya kecuali pekerjaan dari pria itu.

"Bayangkan Byun Baekhyun, kau tidak bisa hidup diluar sana tanpa pekerjaan dariku. Jadi jangan menolak kebaikanku." Chanyeol mengatakan kalimatnya dengan sungguh-sungguh yang terkesan dingin. Baekhyun meneguk ludahnya kasar.

Tidak ada salahnya menerima tawaran yang sangat menggiurkan dari Chanyeol, tapi ia tentu tidak dibesarkan untuk mengambil keuntungan dari orang lain tanpa membalas budi. Walau orang tuanya terletak jauh di Jepang, tapi ia tetap mengingat-ingat itu untuk bekal hidupnya.

Baekhyun melihat kearah Chanyeol yang terlihat seolah tak peduli Baekhyun akan menerima tawarannya atau tidak, alih-alih perasaan pria itu yang sedang kalut. Takut ditolak.

Ia mengenal sifat Baekhyun yang keras kepala dan tidak suka merepotkan. Maka berbekal sedikit pengetahuan itu Chanyeol juga sama cemasnya.

"Baiklah,"

Mata Chanyeol berbinar sekian detik lalu tergantikan oleh tatapan asing yang dilihat oleh Baekhyun.

Terlihat seperti tatapan nakal dan menggoda. Namun ia menggulirkan tatapannya kearah lain karena malu akhirnya tergoda juga dengan penawaran Chanyeol.

"Kenapa kau harus repot-repot menolak dan membuatku harus mengancammu dulu. Byun Baekhyun yang keras kepala." Tanpa sadar bibirnya sudah mengerucut lucu ketika mendengar Chanyeol mengatainya.

Tidak ada yang lebih menyenangan selain malam ini. Fakta bahwa ia akan tinggal satu atap dengan Baekhyun membuat Chanyeol kelimpungan hingga tersenyum-senyum sendiri tanpa sepengetahuan Baekhyun. Sekalipun ia kesal karena ulah tak bertanggung jawab pemilik apartemen tempat gadis itu tinggal tapi terselip rasa terima kasih kepada orang tak berotak itu. Berkat sifat serakah pria itu, akhirnya Baekhyun datang padanya dan seolah membuat rencananya semakin mudah. Chanyeol akan memanfaatkan kekuasaannya untuk menjerat Baekhyun. Oh, sungguh kejam. Tapi tidak ada cara lain selain melanjutkan jalan yang sudah tersaji didepannya dengan baik.

TBC