Hahahahha~ apa kabar semuahhh^^? Setelah kemaren bawa epep dengan kesar horor-hororan, saya bikin lagi nih *ukh* . kalo yang udah baca dimohon jangan membunuh saya habis ini yak
*senyum kodok menawan*
Judul : A Little Dirty Desire
Pengarang : Kim Chi Hee
.
.
.
BUAKK BUKK BUAKK
Suara hantaman dua kepalan tangan polos tanpa pelapis yang melindunginya terdengar sangat nyaring saat dua tangan itu beradu pada samsak biru di depannya. Laki-laki cantik pemilik tangan itu makin gencar menghantam samsak di depannya, menumpahkan semua kekesalan hatinya, sesekali ia menendang kesal pada samsak tak berdosa itu.
"Brengsek! Sialan! Kau tahu aku lebih baik dari Kim Jaejoong!" Teriaknya marah. Kilatan kebencian dan kemarahan di matanya membuat paras cantiknya terhalang kabut kebencian.
"Mati kau ke neraka!" Satu tendangan kencang yang ia buat hampir berhasil membuat samsak itu terputus dari gantungannya.
"Hyung, kau bisa merusak samsak itu lagi. Kalau kau merusakannya lagi, ku jamin kau tak bisa menggunakannya lagi."
Laki-laki cantik itu terdiam, mencoba menteralisir napasnya yang memburu kesal. Kilatan-kilatan kemarahan di matanya masih membekas. Ia menatap tajam pada sepupunya.
"Kalau samsak itu rusak, aku masih punya gantinya."
"Apa?"
Laki-laki cantik itu tertunduk. Napasnya memburu, bagai habis berlari ribuan mil jauhnya. Membuat sepupunya itu merasa sedikit iba. Akhirnya tanpa pikir panjang sepupunya itu mendekatinya. Merangkulnya, sambil mengelus-elus pelan punggungnya. Mencoba menenangkan dirinya.
Namun sedetik kemudian entah mengapa laki-laki cantik itu terkikik geli, membuat sepupunya mengkerutkan dahinya.
"Kau kenapa?"
Laki-laki cantik itu mendongak refleks hingga sukses membuat sepupunya tersentak kaget.
Tangannya terangkat untuk mencengkram pundak sepupunya. "Kalau samsak itu rusak, aku masih punya dirimu Cho Kyuhyun."
Mata Kyuhyun melotot seketika. Alarm tanda bahaya di otaknya tiba-tiba saja menyala, memasang sebuah sirine untuk memerintahkan dirinya segera menjauh dari sepupu sinting di hadapannya.
"Ya! Apa yang kau lakukan Kim Heechul?"
Kyuhyun mulai merasakan bulu kuduknya berdiri saat kedua tangan Heechul merayap di sekitar lehernya. Kedua tangan itu mengelus'elus lembut lehernya, jujur saja hal itu membuatnya kegelian dan errr... sedikit terang—
Segera saja kalimat Kyuhyun terputus saat tiba-tiba Heechul mencekiknya brutal. "Kau tahu Cho Kyuhyun? Kau adalah calon kuat pengganti samsakku kalau samsakku itu rusak."
"Tidak! Kau mau membunuhku Kim Heechul? Kau sudah gila!" Jeritan pilu yang keluar dari mulut Kyuhyun sepertinya diabaikan begitu saja oleh Heechul.
"Nikmati saja manis."
"Heh! Hyung gila, kalau kau mau membunuh, bunuhlah laki-laki itu. Jangan aku! Mom! Help mehhh~"
Malam itu sepertinya malam yang akan sangat melelahkan dan menyakitkan bagi Kyuhyun, karena dirinya harus menerima pelampiasan kekesalan yang dipendam oleh sepupu gilanya.
"***"
Suara jam beker yang berbunyi nyaring -yang memang sengaja diseting oleh Heechul- mampu juga membangunkan Heechul. Namun naas bagi jam itu, pada akhirnya ia harus berakhir di tempat sampah karena sebelumnya dijinakkan oleh Heechul dengan cara melemparnya ke dinding. Sungguh malang nasibnya.
Heechul bangun dari peraduannya dengan mata setengah terpejam. Seperti zombie ia bangkit dari atas tempat tidurnya. Berjalan terseok-seok menuju kamar mandinya. Menabrak benda-benda yang tak sengaja dilewatinya.
Terlihat lingkaran hitam mata panda yang tercetak jelas di serta rambutnya kusut. Sungguh! Ia terlihat begitu menyeramkan. Jika ada yang bisa menggambarkan dirinya saat ini, zombi-lah yang paling tepat.
Heechul mengambil handuknya yang tergeletak sembarangan di atas sofa lalu berniat melakukan ritual paginya di kamar mandi.
Setelah selesai dengan ritual paginya, Heechul dengan gerakan santai memakai kemeja dan celana panjangnya, tak lupa juga dasi dengan warna senada. Ia mematut dirinya di depan cermin. Memastikan bahwa dirinya telah mendekati kata sempurna.
"Kau yang terindah Kim Heechul. Dan laki-laki itu terlalu bodoh menolak pesonamu."
Heechul menyentuh wajahnya, menggerakannya ke kiri dan ke kanan. Tak ada celah atau cacat sedikit pun. Masih terus memuji tampangnya dalam hati, senyum sinis terukir di bibirnya.
"Kau, bodoh."
"***"
"Selamat pagi direktur Kim."
Satu kalimat yang selalu diucapkan heechul saat saingan terberatnya itu berpapasan dengannya. Sebenarnya bukanlah sikap manis dan sopan yang ingin yang ia tunjukan pada laki-laki muda di sampingnya kini, tapi sebuah tinju dari tangannya yang bersarang di wajah laki-laki itulah yang ingin ia berikan tiap pagi untuknya atau mungkin sebuah hantaman di perut, punggung, atau titik vital lain yang bisa membuat orang lain harus dirawat inap di rumah sakit yang ingin ia berikan, khusus dan spesial untuk atasannya itu—Kim Jaejoong.
"Hari ini, apa ada rapat?" Tanya Jaejoong.
Heechul tetap berusaha untuk tersenyum dan menjawab seluruh pertanyaan atasannya dengan baik dan sopan. "Tidak ada direktur."
"Begitukah? Baiklah batalkan semua janjiku saat makan siang, Hankyung akan datang ke sini."
"Baik direktur Kim. Semoga harimu menyenangkan." Heechul menunduk hormat saat atasannya itu beranjak pergi meninggalkannya.
Setelah yakin atasannya itu telah jauh darinya, Heechul buru-buru melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya. Pandangan matanya berubah, dari awalnya sangat ramah dan bersahabat, kini menyeramkan dengan kilatan-kilatan kemarahan terpancar dari sana. Bagai seorang nenek sihir yang ingin merebus anak kecil.
Heechul dengan langkah datar berjalan menuju meja kerjanya. Duduk di kursinya dengan tenang, mengeluarkan selembar kertas dan sebuah pensil, dan detik berikutnya ia mulai menggoreskan pensilnya itu di atas kertas. Membuat sebuah sketsa wajah manusia.
Tidak membutuhkan waktu lama, Heechul berhasil menyelesaikan sketsanya dengan sempurna. Ia menyeringai saat menuliskan tiga buah kata di bawah sketsa wajahnya.
KIM JAE JOONG
"Andaikan ini adalah alat vodoo."
Dengan kasar Heechul mencoret-coret sketsa yang telah selesai. Seperti orang kesetanan ia menusuk-nusuk kertas tak bersalah itu hingga membuatnya hancur berantakan. Heechul begitu serius mengerjakan kegiatannya tersebut, bahkan sampai mengacuhkan tatapan aneh teman-teman seruangannya.
"Sepertinya ia kumat."
"Apa penyakitnya kambuh?"
"Kasihan sekali dia."
Desas-desus yang dilontarkan teman-temannya bahkan tak membuatnya tak terganggu sama sekali. Ia malah tambah semangat merusak kertas serta sketsa yang telah dibuatnya tadi.
Beberapa saat berlalu, Heechul telah kembail ke dunianya. Ia mengegakan kepalanya yang sedari tadi tertunduk fokus, menatap teman-temannya dengan wajah ramah.
"Hai~" Sapanya kelewat ramah. Satu kata yang bisa menggambarkannya wajah Heechul kini—mengerikan.
"Kalian tahu, katanya kekasih direktur kita itu tampannya bukan main."
"Aku jadi ingin melihatnya."
Kasak-kusuk yang terjadi di dekatnya tak mampu mengusik Heechul sama sekali. Ia tetap anteng mengerjakan tugasnya –yang sebenarnya tidak seberapa banyak.
Namun, sebuah lemparan kertas yang tepat terjatuh di atas kepalanya membuyarkan konsentrasinya. Dengan berat hati Heechul akhirnya menolehkan kepalanya menatap beberapa pasang mata yang seakan-akan menyuruhnya untuk ikut serta perbincangan konyol itu.
"Kenapa?" Tanya Heechul malas.
"Kim Heechul, kudengar kau bersahabat dengan direktur sejak lama. Apa kau tahu seperti apa kekasihnya direktur? Yang namanya siapa, aku lupa." Salah satu temannya di sana akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Heechul.
"Hankyung, itu yang kudengar." Timpal temannya yang lain.
"Itu nama Koreanya, kalau nama aslinya Tan Hangeng kalau tak salah." Tambah yang lain.
"Ya kalian benar, kalian penasaran dengannya. Dia akan datang hari ini dari Cina. Kalian boleh melihatnya sepuasnya. Bahkan kalian bisa menculiknya lalu mengurungnya di penjara bawah tanah atau menguburnya hidup-hidup." Jawab Heechul datar.
Keheningan mendadak muncul. Ucapan Heechul barusan sebenarnya bernada datar dan biasa saja. Tapi masalahnya adalah, seorang Kim Heechul yang mengucapkan kalimat-kalimat itu. Siapa yang tidak takut mendengarnya?
"Ya sudah, sepertinya kau sedang fokus dengan pekerjaanmu." Ternyata teman-temannya telah menyadari perubahan raut wajah Heechul yang telah berubah dingin sedingin dank eras sekeras batu es di kutub.
Heechul mengangguk, tanpa banyak bicara lagi ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Entah mengapa aura gelap serasa mengerubungi dan memenuhi tiap inci tubuh Heechul. Seakan-akan ia siap meledak begitu saja.
"***"
Siang ini tak seperti siang-siang pada hari-hari biasanya. Jaejoong melarang semua orang untuk masuk dalam ruangannya kecuali Kim Heechul. Kenapa hanya pada Kim Heechul? Jawabannya, Jaejoong telah menyiapkan sebuah pesta kecil di ruangannya untuk menyambut kedatangan Hankyung dan Heechul juga turut serta di dalamnya.
Heechul sebenarnya malas untuk mengikuti pesta yang konyol dan tidak begrguna itu. Apalagi nanti ia harus melihat kemesraan antara Hankyung dan juga Jaejoong. Cih! Demi wajahnya yang sempurna dia sama sekali tak tertarik dengan hal itu.
Akhirnya setelah memikirkan rencana dengan cermat dan seksama Heechul dapat menemukan alasan yang tepat untuk kabur dari pesta konyol tersebut.
"Aku ada keperluan direktur Kim. Sepupuku sekarat di rumah sakit dan aku harus menjenguknya."
Jaejoong tertawa renyah, tak tahukah kini Heechul tengah memndam hasrat ingin menghajar wajahnya setengah mati. "Jangan panggil aku direktur di sini, kau kan temanku. Panggil namaku saja."
Heechul melengos malas saat Jaejoong mengalihkan perhatiannya pada Heechul, namun Heechul kembali tersenyum saat Jaejoong kembali menatapnya. "Baiklah Joongie."
"Nah begitu lebih baik."
"Aku pergi dulu Joongie." Heechul hendak berbalik, namun dengan cepat Jaejoong menhanannya.
"Tunggu dulu, bagaimana kalau pesta itu di adakan malam ini. Di apartemenku. Kau pasti sudah lama tak bertemu dengan Hankyung kan?"
Baru saja Heechul ingin buka suara untuk menyerukan penolakannya, Jaejoong buru-buru memotongnya dengan keyakinan Heechul pasti menyetujui usulnya. Sepertinya Jaejoong terlalu cepat mengambil keputusan dan menganggap Heechul menyetujui ajakannya.
"Baik, jam delapan, kujemput kau di apartemenmu." Setelah berkata demikian Jaejoong melenggang pergi meninggalkan Heechul yang memasang tampang masam.
"Seenaknya saja, dasar brengsek." Desis Heechul. "Yang begitu disukai olehnya? Cih! Selalu seenaknya." Heechul mendengus sebal.
"***"
Malam harinya, Heechul ternyata masih tak peduli dengan undangan Jaejoong, buktinya kini ia masih dengan santainya berkutat dengan kekasih kedua Kyuhyun alias PSP. Masih dengan menggunakan celana pendek dan kaus oblong longgar Heechul duduk bersila di atas sofa ruang tengahnya.
Tiba-tiba suara bel menggema di seluruh ruangan, Heechul yang masih sibuk dengan urusannya mengabaikan bunyi bel itu begitu saja. Sementara Kyuhyun yang baru saja menyelesaikan panggilan alamnya keluar toilet dengan dahi berkerut.
"Yah! Hyung! Kau masih bisa mendengar dengan baik bukan? Kenapa tak dibuka pintunya?" Seru Kyuhyun mencak-mencak.
"Kau juga mendengarnya bukan? Jika kau merasa terganggu silahkan buka sendiri." Jawab Heechul acuh.
Mulut Kyuhyun menggerutu sebal, ingin sekali ia mencekik sepupunya itu, hitung-hitung untuk membalaskan dendam pribadinya atas perbuatan Heechul kemarin malam. Tapi Kyuhyun tahu pasti, dia tidak akan pernah menang dari Heechul. Dengan langkah yang sengaja dihentak-hentakan Kyuhyun berjalan melewati Heechul –berharap kalau ulahnya itu mampu mengusik ketenangan Heechul yang tengah fokus dengan PSP di tangannya. Tapi ternyata tidak! Heechul sama sekali tak terasa terganggu sedikitpun.
"Sepupu menyebalkan." Seru Kyuhyun sepelan mungkin, takut terdengar oleh Heechul.
"Kenapa memangnya? Aku masih bisa mendengarmu."
Satu kalimat panjang dari Heechul membuat Kyuhyun tambah dongkol. Dengan kasar ia membuka pintu apartemen Heechul.
"Ya siapa?" Tanya Kyuhyun ketus.
"Heechullie ada?"
Kyuhyun membatu seketika saat melihat wajah cantik nan ayu milik tamunya. Mata Kyuhyun menyipit sebentar. Rasa-rasanya ia pernah melihat wajahnya. Kyuhyun memainkan bibirnya. Dan— Ting! Lampu bohlam di atas kepala Kyuhyun menyala seketika. Dia Jaejoong salah satu tersangka utama yang membuatnya harus menerima penyiksaan brutal dari sepupunya.
"Temannya Heechul hyung? Heechul hyung sudah menghilang di telan bumi."
"Kyuhyun, aku bisa mendengarmu. Siapa yang datang?" Seru Heechul dari kejauhan. Jauh sekali dari tempat Kyuhyun berdiri sekarang.
"Heechullie kau belum bersiap juga?" Teriakan yang terdengar nyaring membahana begitu saja.
Heechul yang terkaget bahkan hampir menjatuhkan benda hitam yang sudah dideklarasikan sebagai kekasih kedua Kyuhyun. "Ah, Jaejoong?" Tanya Heechul heran.
"Kubilang kan jam delapan kau kujemput? Ini sudah lewat dari jam delapan."
"Aku sengaja."
"Cepat kau ganti baju, kutunggu di mobil. Hankyung sudah menunggu."
"Tung—"
Dan Jaejoong sudah pergi begitu saja. Heechul melengos sebal melihatnya. Ingin sekali ia menghajar atasan sekaligus teman kecilnya itu. Apalagi dia adalah kekasih Hankyung. Cih! Makin besar hasratnya untuk membunuhnya.
"Jadi itu kekasihnya Hankyung yang juga teman kecilmu. Dia lebih manis darimu." Ejek Kyuhyun.
"Jangan ikut campur." Bentak Heechul.
Kyuhyun tidak terima dibentak. "Ini juga sudah jadi urusanku! Karena masalahmu itu tiap hari aku harus siap dianiaya olehmu. Bahkan kemarin kau hampir menghilangkan nyawaku."
Heechul memutar bola matanya malas. Ia kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan kembali fokus dengan PSP di tangannya.
"Cepat ganti baju sana. Kau ditunggu juga."
"Malas."
"Kembalikan PSPku."
"Aku akan menyewanya untuk malam ini. Berapa harganya?"
Kyuhyun mendecih sebal. Kyuhyun, kau tak akan pernah menang dari sang almighty satu ini. "Kau orang yang tidak baik karena membiarkan orang menunggu lama."
"Memang aku tidak baik. Baru tahu kau?"
Kyuhyun mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kim Heechul! Ku adukan pada bibi."
"Dasar pengadu." Cibir Heechul. Ia mendengus malas lalu setelahnya tersenyum sinis.
Kyuhyun lagi-lagi menggerutu sebal sambil berkacak pinggang. Memang tak mudah menghadapi Heechul, terlebih lagi saat mengajaknya berdebat. Jika kurang latihan, kau bisa terkena serangan jantung mendadak. Kyuhyun dengen kesal menutup pintu apartemen Heechul dengan kasar.
Namun, belum sempat pintu itu tertutup dengan sempurna, sebuah tangan menahannya. Kyuhyun mengerutkan dahinya saat menyadari itu. Ia pun melongokan kepalanya keluar dan betapa terkejutnya saat melihat Jaejoong kembali datang bersama dengan seorang laki-laki asing.
"Boleh aku masuk?" Tanya pria asing itu.
Kyuhyun mengangguk. Ia pun membuka lebar-lebar pintu apartemen Heechul, mempersilahkan laki-laki asing itu masuk bersama dengan Jaejoong di belakangnya.
"Kau masih belum berubah Kim Heechul."
Mendengar suara asing yang menyebut-nyebut namanya membuat Heechul lagi-lagi hampir menjatuhkan PSP Kyuhyun. Dengan geram ia bangkit dari duduknya.
"Yah! Siapa—" Mulut Heechul menganga lebar saat melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya.
"Hankyung?" Seru Heechul kaget.
