I'll tell you about Alices and their Story...
Plot 0: Prolog
Kekacauan, teriakan kesakitan juga kehilangan, dan suara sirine yang terus bergaung tanpa henti.
Jasad-jasad orang yang tidak sempat melarikan diri dari kematian, dan pemandangan yang dominan dengan warna merah.
Semua itu terpantul di kedua bola mata seorang bocah yang menatap lekat-lekat sebuah perwujudan bagai neraka yang tadinya adalah kota tempat dia berada.
Bibir mungil bocah itu bergetar karena takut. Tak pernah diduganya, sebuah hari istimewa dimana dia menginjak usianya yang ke sembilan harus berakhir seperti ini.
Mata aquamarine bocah itu berbalik menatap sesosok tubuh wanita dewasa yang kedua tangannya masih mendekap tubuhnya. Wanita itu telah menjadi dingin, dengan warna merah memenuhi tubuhnya dan bocah yang berada dipelukannya.
"Riku... Ibu akan melindungi... Riku..."
Seolah sebuah rekaman, semua peristiwa itu masih terekam dengan jelas di kepalanya. Bagaimana salah satu hari terbaik dalam hidupnya, justru berubah menjadi hari direnggutnya seseorang yang begitu berarti baginya.
Masih diingatnya dengan jelas, senyum indah ibunya yang berjanji akan membuatkannya kue begitu mereka tiba di rumah.
Masih diingatnya pula, betapa lepas dia tertawa saat itu, berlari mendekap sang ibu bersorak kegirangan karenanya.
Tapi secepat hal itu tiba secepat itu pula hal itu pergi.
Kota indah tempat dia berpijak telah porak poranda berubah menjadi lautan api. Langit yang tadinya berwarna biru cerah kini berubah hitam kelam. Orang-orang di sekitarnya telah terkapar tak bernyawa lagi.
Termasuk sang ibu yang dengan segenap dayanya menggunakan tubuhnya sebagai perisai hingga putranya itu masih dapat bertahan hidup.
Bocah itu hanya terdiam.
Masih menatap sang ibu yang telah meninggalkanya. Menatap surai perak sang ibu yang sama dengan miliknya telah ternoda oleh warna merah.
Di tengah kekacauan dan jeritan penuh penderitaan di sekitarnya, bocah itu masih tak bergerak karena takut dan tak mengerti.
Dunia indahnya telah musnah. Dan dapat dirasakannya kegelapan yang tak berujung mulai melambai di pelupuk matanya, membawanya ke dalam tidur yang diharapkannya tak perlu terbangun kembali.
Namun, di pertengahan sadar dan tidak, bocah itu dapat melihat sesosok makhluk raksasa putih menatapnya di tengah kobaran api dan asap hitam yang mengelilinginya.
Biru.
Itulah yang menatap balik manik aquamarine nya.
Kelinci putih besar dengan mata biru ditengah warna merah dan hitam.
Itulah hal yang terlihat di mata bocah itu sebelum kegelapan menutupi segalanya.
"Sampai tibanya hari dimana kau akan kubawa ke 'Wonderland',... Alice ku..."
-Plot 0: Prolog. End-
Dekita!
Baru kali ini saya berani ngepublish, dan benar-benar masih ting-ting dalam hal upload-meng upload...
semoga fic ini bisa dinikmati semua. _ (ngarep banget)
karena saya masih luar biasa pemula, jadi saya mohon bantuannya... jika ada salah atau ada yang aneh juga,... tolong jangan segan-segan untuk membantu saya... ^^
kritik dan saran para readers semua akan lebih berharga daripada sekeping koin emas eskrim ma****m (di dunia ) bagi saya...
Mwhahahahaha! *plak!
Arigatou.
